ᴏʀɪᴇɴᴛᴀsɪ

129 35 13
                                    

Hembusan angin malam menusuk kulit gadis yang sudah kesekian kalinya mendesis. Pakaiannya masih lembab, hoodienya juga basah karena terlempar ke dalam genangan air tadi sore. Hari yang tidak begitu menyenangkan, nyaris saja dia mati mengenaskan jika lelaki disampingnya ini tidak mengorbankan diri untuk menyelamatkannya.

Entahlah bagaimana cara untuk berterima kasih kepada lelaki setulusnya.

"Apa tanganmu bisa dipakai menyetir?" si gadis membuka pembicaraan.

Yang diajak bicara menggelengkan kepala. "Teman saya akan datang menjemput. Bagaimana denganmu?"

"Ah, aku akan pulang jalan kaki," jawabnya.

"Lebih baik saya antar, saya tidak setega itu membiarkan seorang gadis berjalan sendirian saat malam hari," ujar Narendra.

"Terimakasih kamu sangat baik, tapi aku sudah sangat sangat merepotkanmu hari ini,"

"Tidak masalah, tunggu sebentar lagi temanku sampai," yang dimaksud adalah Dirgantara, dia sangat panik saat Narendra memberitau bahwa tulang bahunya tergeser akibat berbenturan dengan spion mobil saat menolong seorang gadis, saat ini Dirgantara sedang dalam perjalanan untuk menjemput Narendra.

"Ngomong-ngomong, kamu terlihat terburu-buru tadi," ucap Narendra melanjutkan pembicaraan.

"Aku terlambat bekerja, seharusnya part timeku mulai jam 5 sore." Senyum gadis itu memudar. "Jadi aku absen, untung ada temanku yang sedia menggantikan untuk hari ini,"

"So, you do part time? Where?" tanyanya, agak malu karena merasa kalah mandiri dari seorang gadis.

"Cafe Kultur. Kind of dessert cafe, pretty near from here,"

"You're baking?" Narendra kembali bertanya, kali ini dengan nada penasaran.

"Usually, but I mostly replace barista," jawab si gadis, menahan tawa karena mendengar nada penasaran yang sangat asing ditelinganya.

"Cool. I'll visit you cafe next time," kata Narendra sebelum kembali ke posisi duduknya.

Berkat perkataan lawan bicaranya barusan, si gadis jadi punya ide.

"You like coffee?" tanyanya.

"So much,"

"Kabari aku saat kamu berkunjung, akan kutraktir secangkir kopi dan satu keik sebagai tanda terimakasih. Bagaimana?" tawar si gadis.

"Made by you," jawab Narendra.

Si gadis mengangguk semangat. "Deal?"
"Deal," Narendra balas mengangguk.

Tepat setelah pembicaraan itu selesai, Dirgantara dengan nafas terburu-buru muncul didepan mereka berdua.

"Asal lo tau Ren, gua lari ngejar bus sampai perempatan apartemen," ucap Dirgantara membuat Narendra terkekeh. "Kejora? Lo ngapain disini?"

Narendra ber-oh ria setelah mengetahui nama gadis disampingnya ini sambil merutuki diri sendiri, kenapa tidak terfikir untuk berkenalan.

"Lo kenal dia? Dia gadis yang gua tolongin tadi," ucap Narendra.

"Ohh lo nolongin Kejora tadi. Dia satu fakultas sama kita Narendra, masa ngga kenal?" balas Dirgantara membuat Narendra mulut Narendra kembali membentuk lingkaran.

Si gadis terkekeh. "Oh iya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Kejora Diajeng Serafin, you can call whatever you want," tangannya terulur untuk menjabat lawan bicaranya.

Berbeda dengan Narendra, dia mematung setelah mendengar nama itu, lagi. Memang mungkin saja ada ratusan orang memiliki nama yang sama dengan gadisnya, tapi memiliki nama yang sama dengan wajah nyaris sama? Perbandingannya sangat sedikit, bahkan belum Narendra temukan.

Melihat Narendra mematung, Dirgantara berdeham menyadarkan temannya.

"Oh, nama saya Sadewa Raden Narendra, panggil saja Narendra," ucap Narendra memperkenalkan diri. "Kejora ya? Serafin lebih terdengar akrab, can I call you Serafin?" lanjutnya setelah membalas jabatan tangan lawan bicaranya.

"S-sure, you can call me Serafin," ucap gadis didepannya.

✧๑᩿࿐

Waktu menunjukkan pukul sepuluh saat mobil Narendra berhenti didepan rumah Serafin. Narendra memandangi rumahnya yang sederhana namun sangat rapih, beberapa tanaman yang tumbuh subur membuat rumahnya terlihat asri. Sangat berbeda dengan flatnya yang sangat.. tidak berpenghuni..

"Sudah sampai," ujar Dirgantara yang menyetir menggantikan Narendra.

"Terimakasih atas tumpangannya dan sekali lagi terimakasih Narendra," ucap Kejora sembari membuka pintu belakang penumpang.

Narendra menurunkan kaca jendelanya untuk pamit.

"Iya sam-"

"Terimakasihnya sama Narendra aja nih?" sindir Dirgantara.

"Ehh iya lupa ada Dirga, terimakasih juga ya," ucap Kejora lengkap dengan senyum manisnya.

"Iya sama-sama Kejora," balas Dirgantara.

"Lekas sembuh Narendra, kabari aku jika kamu akan berkunjung ke cafe, terimakasih banyak telah menolongku dan maaf jadi merepotkan," ucap Kejora sekali lagi.

"Tidak masalah, yang penting kamu baik-baik saja. Oh iya, kamu tinggal sendiri?" tanya Narendra.

Kejora mengangguk, "Sebenarnya ada satu orang lagi, tapi sudah dua bulan ini tidak ada kabar jadi saat ini aku sendirian," lanjutnya.

"Oh kebetulan sekali. Flat Narendra tidak jauh dari sini, mampir saja jika kamu bosan. Dia sering kesepian, aku sampai sedih melihatnya," ucap Dirgantara asal bicara, berakhir dengan death glare dari Narendra.

"Rumahmu dimana Narendra?" tanya Kejora.

"Beberapa blok dari sini," jawab Narendra.

"Baiklah, sampai jumpa dikelas besok," ucap Kejora pamit kepada Narendra dan Dirgantara sebelum berjalan masuk ke halaman rumah.

Kepergian Kejora membuat Narendra menghela nafas panjang.

"Kenapa Ren?" tanya Dirgantara.

"Lelah," jawab Narendra sebelum memejamkan kelopak matanya, Dirgantara percaya karena temannya baru mengalami kecelakaan, tentu saja lelah.

"Lelah," jawab Narendra sebelum memejamkan kelopak matanya, Dirgantara percaya karena temannya baru mengalami kecelakaan, tentu saja lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🖇️ don't forget to hit the star button!

remedy ; jungkook (ft. rosé) ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang