ʙᴀʟɪ ᴅᴀɴ ᴋᴇɴᴀɴɢᴀɴ

80 20 3
                                    

Husein Sastranegara International Airport. Seumur hidup Kejora tinggal di Bandung, belum pernah dia melangkah lebih jauh dari basement. Dia agak gugup karena belum pernah naik pesawat. Berbeda dengan Narendra yang terlihat tenang, sesekali tertawa melihat wajah pucat Kejora. Tak lama setelah matahari terbenam, gadis pirang ini menelfon untuk minta bantuan membereskan koper dan Narendra bersyukur tidak menghiraukan panggilan Kejora, karena jika dirinya kembali tidur mungkin dia akan berakhir menyeret dua koper milik Kejora. Narendra tidak habis fikir mengapa gadis ini membawa banyak hoodie, tujuan mereka ke Bali bukan Kutub.

"I can't believe kita benar-benar berangkat," ujar Kejora membuka pembicaraan setelah mengunyah potongan biskuit terakhirnya, Narendra tertawa mendengar betapa semangatnya Kejora.

"Sudah tidak gugup?" tanyanya.

Kejora menggeleng. "Sepertinya tidak seburuk itu,"

"Apa yang membuatmu begitu yakin?"

"Kamu sering naik pesawat dan kamu terlihat baik-baik saja," ucap Kejora membela diri. "Oh iya, sampai disana ajak aku jalan-jalan ya?"

Narendra melirik arlojinya. "Kita sampai disana tengah malam, yakin mau jalan-jalan?"

Kejora menepuk dahinya. "Maksud aku besok pagi Narendra,"

Narendra tertawa sambil mengacak puncak kepala Kejora. "Buang bungkus biskuitnya, ayo masuk,"

"Yeay ayo kita ke Baliii!"

✧๑᩿࿐

Narendra mengunci layar ponselnya setelah menerima telfon dari Bunda yang sudah menunggu di lobby. Senyum manis terukir dibibirnya, rindu akan kampung halaman terbayar sudah. Rasanya tidak sabar menunggu matahari terbit, menjamu sepasang mata dengan pemandangan pantai. Memikirkan pantai, kaki Narendra jadi gatal ingin merasakan deburan ombak serta hangatnya pasir.

Sama halnya dengan Kejora. Meski kurang nyaman dengan suasana bandara yang sangat berbeda dengan bandara di Bandung, tetap saja dia tidak dapat menutupi perasaan senang. Jadi teringat detik-detik landing tadi, Kejora takut karena pesawatnya tidak stabil tapi matanya tidak bisa berpaling dari lampu-lampu kecil dipinggir pantai Jimbaran.

"Narendra!" yang dipanggil menoleh setelah mendengar suara wanita yang sangat familiar ditelinganya.

Kejora terdiam melihat reuni kecil didepannya, manis sekali mendengar nada bicara Narendra yang spontan melunak saat berbicara dengan Bundanya.

"Nah begitu dong rambutnya rapih, Bunda jadi suka lihatnya," ujar Bunda memuji anaknya.

Narendra merotasikan matanya, masih jengkel karena terpaksa memotong rambut gondrong yang susah payah dia rawat.

"Oh iya Bunda, ini Kejora," ucap Narendra mengenalkan setelah Kejora mencium tangan Bunda.

Bunda membenarkan kacamatanya. "Ah pantas saja Narendra sampai izin untuk mengajakmu kemari, manis sekali rupanya,"

Kejora terkekeh mendengar pujian dari Ibu Narendra. "Terimakasih Tante. Tante juga ngga kalah cantik kok,"

"Terimakasih juga Kejora, oh iya panggil saja Bunda, jangan Tante ah." balas Bunda Narendra.

"Ah iya Bunda,"

✧๑᩿࿐

Kejora merebahkan tubuhnya diranjang besar nan empuk setelah melihat melirik jam dinding diatas lemari, sudah pukul 2 dini hari, tubuhnya sudah sangat lelah namun matanya tidak kunjung terpejam. Kejora terbangun dari posisi tidurnya dan memutuskan untuk memandangi sekitar agar matanya lelah, kamar tamu milik keluarga Narendra luas sekali, sepertinya lebih luas dari ruang tamu rumahnya di Bandung.

remedy ; jungkook (ft. rosé) ✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang