Lelaki itu segera menutup pintu mobilnya dan berlari menyebrang jalan setelah melihat seorang gadis dengan laptop dipelukannya tengah melintas diujung jalan.
"Serafin," Narendra berteriak memanggil si gadis. Kembali dia berlari saat lawan bicaranya tidak merespon panggilannya.
"Come on talk to me," Narendra memegang pergelangan tangan Kejora, membuat si pemiliknya terpaksa berhenti jika tidak ingin berakhir dengan pergelangan tangan yang sakit.
"Aku terlambat masuk kelas Narendra, lepas," tak perlu Kejora menghentakan tangan seperti yang sudah tiga kali terjadi, kali ini Narendra yang melepaskannya.
Narendra memandangi tubuh mungil Kejora yang berjalan pergi meninggalkannya. Sudah seminggu lebih Kejora mengacuhkannya, tidak makan siang bersama, tidak berbagi meja dikelas hari Rabu, tidak menghabiskan sore di Cafe Kultur, bahkan saat berpapasan saja Kejora enggan membalas senyumnya, atau sekedar menoleh.
Dirgantara dan Yovanca yang ikut panik ingin sekali membantu Narendra, tapi dia bilang jika dia ingin menyelesaikan masalah ini sendiri. Dirgantara jadi merasa bersalah karena dirinya lah yang mengingatkan Narendra untuk membahas masalah ini dengan Kejora agar tidak ada salah paham, justru malah menghasilkan kesalahpahaman yang besar dipihak Kejora. Bukannya Narendra tidak berusaha, dia sudah kerumah Kejora untuk meluruskan masalahnya namun diusir oleh si pemilik rumah, juga di tempat kerjanya, Narendra tidak diusir tapi Kejora tidak ingin menemuinya sama sekali.
Sempat dirinya dibuat naik pitam karena melihat Kejora jalan berdua dengan salah satu lelaki yang memiliki nama di fakultas seni. Jadi dia membalas Kejora dengan membiarkan gadis pengirim undangan—Ratu namanya, masuk kedalam mobilnya dan mengantarnya pulang, sengaja dia lakukan didepan Kejora. Namun keesokan harinya dia mendapat jambakan dari Yovanca atau tepatnya sebuah hadiah untuk kelakuan Narendra kemarin.
✧๑᩿࿐
Kejora menoleh kekiri setelah kursi sebelah kanannya diisi oleh beberapa mahasiswa yang mulai berisik, bahkan sesekali tertawa sambil menepuk nepuk meja. Sudah setengah jam dia dibuat menunggu dikantin oleh Yovanca. Kejora tidak begitu menyukai kantin karena disini terlalu ramai dan tempat berkumpulnya mahasiswa seperti beberapa gadis disebelah kanannya ini. Namun Yovanca menyukai kantin, karena cafeteria terlalu datar untuknya yang ekstra.
Kejora memutuskan untuk menunggu sebentar lagi sebelum matanya menangkap sosok lelaki berkemeja putih dan ripped jeans dengan tangan yang bertengger didalam saku celana seraya membuat posisi menunggu. Entahlah apa yang ditunggu, Kejora berusaha keras untuk tidak peduli. Jujur sebenarnya Kejora ingin bicara namun rasa kecewanya masih terasa, dia takut perkataan yang keluar dari mulut Narendra akan mengecewakannya lagi dan jujur lagi, Kejora tidak tega melihat Narendra tanpa tawanya ditambah lagi setelah mendengar perkataan Dirgantara beberapa hari yang lalu.
"Bagaimana kabarnya?"
"Narendra olahraga seharian Ra, sesekali keluar hanya untuk mengambil energy drink yang sudah habis. Sebaiknya lo ngobrol deh sama dia, kasian nanti sakit,"
Terkutuklah hatinya yang mudah iba.
Batas kesabaran Kejora sudah habis, jadi Kejora bangun dari kursinya dan pergi meninggalkan kantin, persetan dengan Yovanca, siapa juga yang suka dibuat menunggu tanpa alasan jelas?
Baru beberapa langkah menjauh dari kantin, seorang gadis dengan flatshoes putih sudah menghentikan jalannya. Kejora mendongak untuk memastikan siapa yang menghentikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
remedy ; jungkook (ft. rosé) ✨
Fanfic[slow update] #1 remedy ²² '⁰⁵ '²⁰²⁰ #2 jamaisvu ²² '⁰⁵ '²⁰²⁰ Tidak ada kebetulan yang sedetail itu. Kejadian dua tahun lalu yang setia menghantuinya kembali terulang. Sedikit demi sedikit, potongannya kembali tersusun. Mimpi atau bukan, Narendra p...