Kaianna menarik napasnya berbunyi, berpura-pura terkejut sementara Brendon menahan suatu lonjakan karena si wanita menggerakan pinggulnya.
"Aku gak nyangka kamu bakal bilang gitu, Baby, padahal awal ketemu kamu kayak fans yang gampang pingsan gegara liat idolanya." Kaianna tertawa pelan.
Brendon memejamkan mata sementara Kaianna mendekatkan bibirnya ke telinga si pemuda, berbisik dengan erotis.
"Dan aku gak nyangka, dari nada kamu, kayaknya kamu nolak aku. Not really suprised karena aku tau betapa innocent dan loyal-nya kamu, Baby. Tapi, kamu yakin bisa menahannya? Kamu gak mau ngambil keuntungan menikah sama aktris papan atas kayak aku, hm? Poor little boy, you can have anything you want right now, dengan jadi milikku."
Brendon terus menggeleng.
Kaianna menjauhkan badannya. "Oh, dan lagipula pernikahan kita siarannya publik, semua orang tau. Kamu ... gak bisa lari dari ini."
"Saya bisa." Brendon meringis. "Dengan bongkar semua kebusukan Anda ... Anda gak sebaik publik kira!"
"Semua selebriti itu makai topeng, Baby. Dan oh, bongkar apanya? Kamu gak bakal bisa lakuin itu, dan gak akan mau karena aku yakin ... kamu bakalan suka ini." Ia tertawa mengejek. "Kamu bakalan suka ini ...."
Brendon siap mengangkat tangannya, meronta, namun nyatanya ....
Kaki dan tangannya dirantai.
"Semua selebriti makai topeng." Wanita cantik itu mengerlingkan matanya.
Pintu diketuk terdengar, Kaianna turun lagi dari badan pria itu sementara Brendon kini berusaha membebaskan diri namun nyatanya percuma, rantai terlalu berat dan kuat bahkan mengencang membuatnya hanya bisa berbaring saja.
Kaianna membukakan pintu, mengambil nampan berisi makanan dari pelayan yang mengantarkan, sebelum akhirnya menutup pintu lagi. "Makanannya datang ...."
Brendon menatap frustrasi Kaianna yang meletakkan makanan di meja samping kepalanya, ia membuka wadah yang menutupi dan terlihatlah seonggok ayam panggang besar di sana. Aromanya membuat rasa lapar meningkat namun daripada itu ... di diri Brendon dominan emosi lain ... takut.
Terlebih, ketika Kaianna mengeluarkan sebuah botol kecil dari laci, semacam obat, kemudian menuangkan air ke gelas sebelum akhirnya dengan pipet penutup itu meneteskannya ke sana.
"Tenang aja, bukan racun, kok. Cuman viagra."
"Hah?" Brendon langsung panik mendengarnya, berusaha membebaskan diri ketika Kaianna menghampiri dengan segelas air itu. Mencoba meminumkannya ke Brendon yang kini menutup rapat-rapat mulutnya.
"Buka mulut kamu!" perintah Kaianna sebal. Brendon terbatuk karena cairan itu masuk melalui hidungnya. "Tuh, kan! Makanya santai aja!" kesalnya, dan kesempatan kala terbatuk di mana mulut Brendon setelahnya terbuka pun ia gunakan untuk memasukkan cairan itu.
Sekalipun berusaha ia keluarkan lagi, percuma, ada yang tertelan secara spontan oleh pemuda itu ....
Kaianna duduk di samping tempat tidur, memainkan rambut Brendon yang terlihat gelisah, tersenyum kecil.
"Sssttt ... sssttt ...." Kaianna menatap bagian bawah pria itu. "Wah ...." Tangan itu mulai menjalar ke sana ....
"HUA!" Brendon terbangun dari tidurnya, terduduk, napas terengah, dan keringat bercucuran. "Huh ... astaga ... cuman mimpi ... cuman mimpi ...," gumamnya menutup mata, memegang keningnya kemudian.
Dirasa tenang, ia membuka matanya kembali.
Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991
KAMU SEDANG MEMBACA
MENDADAK SUAMI [Brendon Series - E]
Roman d'amour21+ "Santai, Babyboy." Sebuah suara seksi membuat Brendon menenggak saliva, ia mengenal suara itu dan kala ia menoleh ia menatap dengan horor. "Uh ... Baby, jangan tegang, kek liat hantu aja." Ia menemukan seorang wanita dewasa cantik yang memakai b...