BAB 03 - YANG TERBAIK

9.2K 703 30
                                    

BAB 03 - YANG TERBAIK

[ Dear, Adriana, anak Papa satu-satunya.

Jujur, beberapa hari ini firasat Papa udah enggak enak. Dan kemarin, Papa udah atur perjodohan kamu dengan Mahendra. Maaf, Papa enggak sempet bilang apa-apa. Tapi, sedari dulu, Papa memang udah berniat untuk menjodohkan kamu dengan dia. Karena Papa tahu kalau dia bisa dipercaya.

Oh, iya, Ri. Jika suatu hari nanti surat ini benar-benar sampai ke tangan kamu, artinya Papa udah enggak ada lagi di dunia ini. Tolong, kamu terima Hendra ya, dan menikahlah dengan dia. Karena Papa udah menitipkan kamu ke dia, dan dia juga menyanggupinya.

Papa tahu, kamu pasti enggak akan nolak permintaan Papa yang satu ini, Ri. ]

Lalu di bagian bawah surat itu terdapat sebuah tulisan tempat, juga tanggal kapan surat itu dibuat. Tak lupa, tanda tangannya Riandi pun ikut tersemat di atas tulisan ‘Papanya Adriana’.

Riana langsung mendongakkan kepala untuk menghalau air matanya, agar air mata itu tidak menetes saat itu juga. Ia sangat hafal dengan tulisan tangan yang terdapat di atas kertas yang sedang dipegang olehnya sekarang. Ia tahu, jika tulisan itu memang tulisan almarhum ayahnya.

“Dan kalau kamu masih enggak percaya, kamu bisa tonton videonya.” kata Diandra dengan suara bergetar, dan Riana langsung menatap layar ponsel milik mendiang ayahnya yang baru saja disodorkan oleh ibunya.

Sebuah video yang dibuat oleh sang ayah sudah terputar di sana.

“Hai, Adriana ... kesayangannya Papa.” Di dalam video itu Riandi tampak terkekeh sendirian.

Melihat dari wallpaper yang terlihat di belakang tubuh ayahnya, Riana tahu kalau video itu diambil di dalam kamar orang tuanya.

"Papa mau bacain surat buat kamu, nih, Ri."  Kemudian, kepala Riandi tampak menunduk, dan ia pun mulai membacakan sesuatu, yaitu isi surat yang sedang dipegang oleh Riana sekarang.

Riandi terlihat sedang menahan tangis saat membacakan isi surat itu sampai habis. Meski begitu, dia tetap mempertahankan senyuman di bibir. Bibir itu terlihat bergetar, bahkan suaranya juga terdengar seperti bisikan pelan.

Setelah menonton video itu sampai selesai, Riana segera mengembalikan ponsel itu kepada ibunya dengan mata yang sudah terlihat memerah. Karena ia sedang menahan tangisnya yang siap pecah.

“Aku butuh waktu, Ma.”

Hanya kalimat itu yang mampu Riana katakan, lalu menarik beberapa lembar tisu dari tengah-tengah meja kopi di hadapannya.

Selanjutnya, Riana pun segera berlalu dari sana. Tanpa menolehkan kepalanya ke arah dua orang yang juga sama sedihnya atas kepergian Riandi dari dunia yang fana ini.

***

Namanya Mahendra Wijaya. Memiliki satu adik perempuan berumur 4 tahun di bawahnya yang sudah lebih dulu menikah, juga Princess kecil cerewet yang cukup menyebalkan, yang tak lain adalah anak kandung dari adiknya.

Dijodohkan dengan putri semata wayang dari teman kuliah ayahnya adalah hal yang tak terduga, tetapi Hendra tetap menyetujuinya. Selain karena sang Ibu yang terus merecoki hidupnya tentang pernikahan, ia juga merasa tidak tega dengan keadaan teman ayahnya yang katanya bisa pergi kapan saja dari dunia ini. Bahkan ia juga sudah sempat berbicara dengan teman ayahnya itu, dan mengatakan kalau pria paruh baya itu tidak boleh berbicara sembarangan, apa lagi sampai merasa pesimis dengan keadaan.

Take Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang