Jangan lupa follow akun Dreame atau Innovel: ruangbicara
***
Rasanya baru kemarin Riana menolak Hendra setelah membaca isi surat yang ditulis sendiri oleh mendiang ayahnya. Tetapi kenyataannya, dua bulan setelah hari itu, kini ia sudah resmi menyandang status sebagai istri sahnya Mahendra Wijaya.
Mulai sekarang, mereka berdua akan tinggal bersama di apartemennya Hendra yang lumayan luas dengan tiga buah kamar tidur yang salah satunya memiliki kamar mandi dalam, dan satu kamar mandi luar yang terletak di dekat mini bar. Ruang tamu dan ruang TV-nya tidak memiliki sekat selain bufet setinggi pinggul orang dewasa, dan di bagian dapurnya terdapat meja makan mini yang dilengkapi dengan empat buah kursi.
Untuk ukuran seorang laki-laki, apartemennya Hendra termasuk apartemen yang rapi, dan hampir semua interiornya didominasi oleh warna monokrom yang khas laki-laki sekali.
“Kamu bisa susun semua pakaian kamu di sini,” ucap Hendra sembari membuka salah satu pintu lemari pakaian di dalam kamarnya yang sengaja dikosongkan untuk baju-bajunya Riana.
Riana hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Terus itu kamar mandinya,” tunjuk Hendra ke arah pintu berwarna hitam yang terdapat di dekat lemari pakaian.
Lagi-lagi hanya anggukan kepala yang Riana berikan. Sehingga Hendra mulai merasa canggung, karena perempuan itu belum juga membuka suara semenjak mereka berdua menginjakkan kaki di dalam apartemennya.
“Oh iya, aku belum sempet nanya soal ini ke kamu, Ri.”
Riana langsung mengerutkan dahinya begitu mendengar ucapan Hendra barusan. “Soal apa?” tanyanya dengan suara pelan.
“Kamu enggak keberatan kan kalau tidur sekamar sama aku?” tanya Hendra kemudian, yang membuat Riana langsung mendelik kesal ke arahnya.
“Seharusnya kamu tanya itu sebelum bawa aku masuk ke sini, Mas.”
Hendra langsung terlihat salah tingkah. “Sorry, Ri. Aku lupa tadi.”
Namun, Riana hanya diam saja.
“Jadi, gimana? Kamu mau tidur di kamar ini sama aku, atau ....”
“Di sini aja, enggak apa-apa.” Riana membalas ucapan Hendra saat itu juga. Lagi pula, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Karena ia yakin, kalau laki-laki itu tidak akan berbuat macam-macam.
Tak lama kemudian, Hendra sudah meninggalkan Riana di dalam kamarnya sendirian untuk memberikan ruang kepada perempuan itu agar segera menyusun semua pakaiannya ke dalam lemari pakaian.
Namun, Riana malah sibuk mengamati beberapa bingkai foto berukuran sedang yang terpanjang di dinding kamar begitu Hendra pamit pergi ke luar ruangan.
Dari semua foto yang terpajang di sana, Riana sama sekali tidak menemukan wajah perempuan di pesta pernikahannya kemarin. Lalu, ia pun segera beralih ke arah meja nakas yang terletak di sebelah kanan tempat tidurnya Hendra. Karena nakas itu juga dipenuhi dengan cukup banyak bingkai-bingkai foto berukuran kecil.
Sebelah tangan Riana bergerak untuk mengambil salah satu bingkai yang ada di urutan paling belakang. Bingkai foto itu berukuran lebih kecil dari bingkai yang lainnya, sehingga foto itu nyaris tidak terlihat, dan terkesan seperti sedang disembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Your Heart
Lãng mạn[SLOW UPDATE] Di hari pemakaman ayahnya, Adriana tak menaruh curiga apa-apa kepada lelaki asing yang tanpa disadari terus berdiri di samping ibunya. Tetapi sebulan setelah hari pemakaman, lelaki asing itu malah datang ke rumah, dan ibunya juga menga...