e m p a t

483 89 15
                                    

Happy reading📖

“Manusia itu mempunyai otak untuk berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, agar tak ada kata penyesalan di kemudian hari.”

Pagi ini Galaksi berangkat terlalu pagi. Semalaman ia tak dapat tidur, padahal semalam hujan turun dengan begitu derasnya. Mungkin, suasana seperti itu kebanyakan orang-orang memanfaatkannya untuk beristirahat. Karena, jatuhnya hujan bagaikan sebuah dongeng. Bahkan di saat itu pula banyak orang enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya.

Tujuan awal Galaksi berangkat ke sekolahan adalah taman belakang sekolah. Ia ingin tidur sejenak sebelum banyak siswa-siswi yang berangkat ke sekolah. Ia merebahkan dirinya di kursi panjang. Tasnya ia gunakan sebagai bantal. Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone. Tangan kirinya berada tepat di atas dahinya agar sinar mentari tak begitu menyilaukan mata.

*****

Salsa baru saja tiba di sekolahan. Ia melihat jam yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya itu. Waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi kurang 10 menit. Ia tersenyum dan memegang erat-erat sisi tasnya. Bibirnya yang pucat ia tutup dengan liptint. Ia melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah seperti biasanya.

Baru beberapa langkah Salsa menginjakkan kakinya di taman belakang sekolah, ia memundurkan langkah kakinya menjauh dan berbalik badan untuk meninggalkan taman itu. Namun, baru selangkah kakinya tanpa sengaja menginjak ranting kering, sehingga, dia membangunkan pemuda itu, mungkin pemuda itu tidak menyalakan musiknya yang tersambung dengan earphone.

Galaksi menolehkan kepalanya. Pandangan mata mereka sempat bertemu beberapa detik sampai pada akhirnya Salsa memutuskan kontak mata itu. Salsa memalingkan wajahnya ke samping. Galaksi melepas earphone nya, ia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri Salsa.

Galaksi kini tengah berada tepat di hadapan Salsa. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Mungkin merasa canggung atau merasa bersalah atas kejadian kemaren di kantin. “Eum ... lo ngga papa?” Tanyanya.

Mendengar penuturan dari pemuda di hadapannya itu, Salsa mendongakkan kepalanya agar bisa leluasa menatap Galaksi. Ternyata, Galaksi juga tengah menatapnya.

“Mata itu—“ Batin Salsa.

“Rasanya senang, Ca. Kita bisa sedekat ini.”

Galaksi mencoba merubah raut wajahnya kemudian melambaikan tangannya di depan wajah Salsa. “Halo?”

Salsa terkesiap dan langsung mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya.

“Lo udah ngga papa?” Tanya Galaksi mengulang pertanyaannya.

Diam. Salsa tetap diam di tempat. Seakan-akan mulutnya terkunci rapat-rapat agar tak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya. Bahkan kedua kakinya mengajaknya untuk berbalik badan dan meninggalkan taman itu dan juga pemuda di hadapannya ini. Salsa baru saja akan melangkahkan kakinya, tangannya sudah terlebih dahulu di tarik oleh Galaksi. Alhasil dirinya berbalik badan dan langsung menubruk dada bidang Galaksi. Salsa meronta, mencoba mendorong dan menjauhkan Galaksi, namun Galaksi justru semakin mengeratkan pelukannya.

“Pelukan ini—rasanya seperti aku tengah dekat dengan-nya.”

“Jika aku harus terus berpura-pura tak mengenalmu, aku rela, Ca. Asalkan kamu tetap berada di sampingku seperti ini.”

Diary Salsa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang