s e p u l u h

330 24 6
                                    

Happy reading📖

"Aku ngga masalah kalo kamu ngga bisa balas perasaan aku. Karena aku tau cinta itu menurut bukan menuntut."

Galaksi kini tengah duduk bersandar pada tembok di depan kelas Salsa. Ia benar-benar menepati ucapannya selepas pulang sekolah untuk mengajak Salsa bermain. Ia ingin hari ini adalah hari paling terindah dalam hidup Salsa. Entah kenapa ia bisa bersemangat seperti ini.

Ia melihat jam yang bertengger manis di pergelangan tangan kanannya. Waktu menunjukkan pukul '15:45' yang berarti sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi yang menandakan akan berakhirnya waktu belajar mengajar di sekolah.

Berbicara kenapa Galaksi sekarang sudah berada di depan kelas Salsa, padahal bel pulang belum terdengar? Ya karena kelas Galaksi tengah jam kosong. Alhasil ia keluar kelas terlebih dahulu. Ia tak ingin jika Salsa pulang terlebih dahulu jika ia tak menunggu Salsa.

'Kriiing kriiing kriiiiiingg!'

Bel tanda berakhirnya aktifitas belajar-mengajar pun telah berbunyi. Ia mengintip ke arah kelas Salsa yang kini tengah memasuk-masukan bukunya ke dalam tas. Ketua kelas mulai memimpin untuk berdoa sebelum semua siswa-siswi berebut untuk pulang terlebih dahulu.

Ketika semua siswa mulai keluar dari dalam ruang kelas. Galaksi bangkit dari duduknya dan bersandar pada dinding di samping pintu.

Galaksi yang melihat Salsa melewatinya begitu saja tanpa ada sapaan. Bahkan untuk menengok pun tidak. Apakah Salsa tak melihat dirinya?

Galaksi berjalan mendekat ke arah Salsa. Ia menggapai tangan Salsa. Seketika Salsa membalikkan tubuhnya. Salsa terdiam. Kemudian ia mengalihkan perhatiannya pada tangannya yang kini tengah di genggam oleh Galaksi.

"Udah aku tungguin dari tadi. Eh tiba-tiba langsung pergi gitu aja. Di kira engga cape apa nunggu berdiri lama-lama. Emang kamu ngga liat aku tadi?" Tanyanya padaku.

"Eum.. maaf Gal. Tadi aku ngga liat kamu."

"Dan aku kira ucapan kamu tadi pagi di kantin itu bohongan. Ternyata bener kalo kamu mau ngajakin aku main?"

Galaksi menganggukkan kepalanya. "Ya beneran lah. Masa iya aku mau bohongin kamu." Tangannya mencubit hidungku.

Galaksi semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tanganku. Aku mengerutkan keningku, kenapa Galaksi tiba-tiba menggenggam erat tanganku?

"Salsa." Ucap seseorang memanggil namaku. Sontak saja aku langsung berbalik badan. Ternyata Jason tengah berjalan menghampirinya.

Jason berhenti tepat di depanku dan juga Galaksi. Aku mengikuti kemana arah pandangan Jason. Paham dengan apa yang ada di pikiran Jason, aku langsung melepas genggaman tangan Galaksi, namun sepertinya Galaksi enggan tuk melepaskannya. Tak berselang lama Jason menggapai tangan sebelah kiriku. "Ayo pulang, Sa." ajak Jason padaku.

Bagaimana ini? aku harus ikut dengan siapa? Tanganku juga di genggam erat oleh dua cowok di sampingku. Mengapa mereka tak ada satupun yang mau melepaskannya. Tanganku sakit di tarik seperti ini oleh mereka.

Aku menoleh pada Jason, akan tetapi sepertinya Jason tak mempedulikan akan kehadiran Galaksi. Dan aku beralih menoleh pada Galaksi yang lantas menarik tanganku begitu kencangnya, mungkin karena ia kesal Jason tak mau melepaskan tanganku. Kini ia menyentak genggaman tangan Jason sampai akhirnya genggaman tanganku dengan Jason terlepas. "Enak aja Salsa pulang sama lo. Orang Salsa maunya pergi sama gue. Ya kan, Sa?" Galaksi bertanya padaku. Iris matanya menatap tepat di mataku.

Diary Salsa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang