Jam pelajaraan pertama sudah dimulai sejak dua puluh menit yang lalu. Buku cetak kimia milikku sudah terbuka di atas meja, tapi dia tidak menarik perhatianku.
Aku memandang ke luar jendela. Langit pagi berwarna biru cerah. Sesekali angin bertiup, menggerakkan pohon-pohon di lapangan olahraga.
"Untuk latihan soal nomor 3, coba kalian perhatikan rumusnya di halaman berikutnya,"
Aku membalikkan halaman buku cetak dengan malas. Ah, aku butuh pensil.
Tanganku masuk ke dalam laci meja, meraih tepakku. Tak sengaja, punggung tanganku menggesek sesuatu. Permukaannya halus, tapi ujungnya tajam. Aku mengernyit, mengaduh pelan.
Aku menundukkan badan, mencoba mengintip laci. Sebuah notes persegi berwarna biru muda menempel di sisi samping laci. Aku meraih cepat. Tertulis coretan asal disana.
Kenapa belajar Sastra Inggris jika Bahasa Jepang saja masih KKM? |
"Pft-"
Sontak, semua mata tertuju padaku. Sensei menaikkan satu alisnya, seakan bertanya apa-yang-salah.
Reflek aku menutup mulut, lalu membungkuk pelan, meminta maaf. Setelah memberiku tatapan tajamnya, sensei kembali menerangkan nomor 3.
Aku memerhatikan notes biru muda di tangan kananku.
"Sastra Inggris.. Senior tahun kedua?" gumamku. Aku tersenyum kecil. Kuambil tepak di dalam laci, lalu mengeluarkan ballpoint bertinta kuning.
Jangan marah-marah sama Sastra Inggris, LOL |
Kutempel kembali notes itu di pinggiran laci. Sambil menempel, aku terkekeh kecil. Apa bakal dibalas?
___
KAMU SEDANG MEMBACA
Notes Biru Muda
Teen FictionNamaku Aiko. Ini minggu ke dua sejak aku masuk SMA Isehara sebagai murid tahun pertama. Di tengah-tengah pelajaran Kimia, tanpa sengaja aku menemukan notes berwarna biru muda di dalam laci bangkuku. Notes itu hanya berisi keluhan seseorang tentang p...