Kalau dipikir-pikir, sudah lewat dua minggu sejak aku pertama kali membalas notes milik senior tahun kedua itu.
Kenapa jadi membahas itu? Hei, tinta kuning, bukankah kamu kelas satu? Apakah boleh berbicara tidak baik tentang gurumu ;) |
Siapa yang pertama kali bilang kalau Mitani Sensei itu kejam. Bukankah itu juga bisacara tidak baik ;) |
Tinta kuning, jangan meniru emotikonku >:( |
Dasar tukang marah, padahal sudah tahun kedua. |
Tidak ada hubungannya aku sebagai tahun kedua. Kalau dipikir-pikir, bukankah seharusnya kau memanggilku senpai? Hei, aku lebih tua satu tahun darimu. |
Tidak mau :u |
Dasar tinta kuning. |
Jangan panggil aku tinta kuning. |
Tinta kuning. |
Kalau diperhatikan, laci bangku ini sudah penuh dengan notes biru muda miliknya. Aku terkikik melihat hasil kelakuan kami.
"Hah.."
Aku jadi penasaran, siapa senior pemilik notes biru muda ini.
___
"Hoaam.."
Aku melangkah gontai. Rasanya jauh sekali berjalan dari gerbang depan menuju kelas. Apalagi sekarang hari Senin. Aku menghela napas.
Sambil berjalan, aku memperhatikan anak-anak cowok yang bermain basket di lapangan. Wah, energi mereka banyak sekali.
Kelas sudah berjarak tiga meter. Aku mengernyitkan dahi. Rasanya suara-suara dari dalam kelas terasa tidak familiar. Aku mendongak, melihat papan kelas. 1-4. Benar kok, ini kelasku.
Aku mengintip. Mereka semua adalah wajah-wajah yang tidak kukenal. Ada apa ini?
Buru-buru aku mengeluarkan ponselku, mencari kontak Anjou-san, ketua kelas 1-4. Nada sambung terdengar. Aku mengetuk-ngetuk ujung sepatuku di lantai, menunggu dengan tidak sabar.
"Halo?" Suara Anjou-san terdengan di ujung sana.
"Anjou-san, selamat pagi. Apa kelas kita hari ini dipindah? Karena sekarang di dalam kelas-"
"Hei," Anjou-san menggantung ucapannya. "Hari ini jadwalnya senior tahun kedua loh. Aiko, kamu di sekolah sekarang? Hahaha!"
Tawa Anjou-san memenuhi telinga kananku. Aku mengangkat sebelah alis. "Masa?!"
"Apa guna Tanaka sensei membagikan jadwal baru dua minggu lalu. Sensei sudah memberi tahu mulai tanggal 4 jadwalnya akan diganti," ucapnya, masih diselingi tawa.
Aku menatap langit-langit koridor sambil berusaha mengingat. Sepertinya sensei pernah berbicara mengenai hal itu. Aku tidak ingat.
Aku menghela napas panjang. "Baiklah kalau begitu. Maaf mengganggu pagimu yang tenang, Anjou-san."
"Tidak apa-apa. Semoga selamat di perjalan pulang, Aiko! Hahaha!"
Sambungan diputus oleh Anjou-san. Ah, tawanya menyebalkan sekali. Aku mengusap wajahku. Malunya!
Aku bersandar di jendela koridor depan kelas. Kaca jendelanya terasa hangat.
Tunggu. Aku melirik ke dalam kelas dengan cepat. Mumpung disini, bukankah aku bisa mencari tahu siapa senior notes biru muda itu? Ya ampun, kenapa aku baru kepikiran!
Sambil bersender, mataku mencari bangku tempatku duduk. Ah, siapa itu yang menghalangi? Tolong minggir.
Seolah telepatiku tersampaikan, orang yang menghalang bangkuku bergeser. Ah, kelihatan!
Sembari bergeser, orang itu berbicara agak kencang sehingga aku dapat mendengar perkataannya. "Kou, kau masih membalas anak kelas satu itu? Anak itu yang mana sih? Aku juga ingin tahu."
Senior yang dipanggil Kou itu tertawa. Poninya jatuh menutupi matanya bersamaan dengan tawanya. Kemudia dia membenarkan rambutnya, menyingkirkan poninya. Tangan kirinya memegang ballpoint. Mungkin dia habis menulis notes?
"Entahlah. Aku juga tidak tahu dia yang mana," ucapnya sambil menyelipkan noteske dalam laci, lalu dibalas dengan 'Eh~' temannya.
Aku memperhatikannya dalam diam. Rasanya detak jantungku bertambah cepat. Aku menutup mulutku dengan ponsel yang kugenggam. Bibirku mengulas senyum.
"Kou senpai ya.."
___
KAMU SEDANG MEMBACA
Notes Biru Muda
Ficção AdolescenteNamaku Aiko. Ini minggu ke dua sejak aku masuk SMA Isehara sebagai murid tahun pertama. Di tengah-tengah pelajaran Kimia, tanpa sengaja aku menemukan notes berwarna biru muda di dalam laci bangkuku. Notes itu hanya berisi keluhan seseorang tentang p...