"lo nyakitin sahabat gue?
berarti lo berurusan sama gue"
──────♡──────
Jika biasanya malam giliran bulan yang menjadi pengusa langit, kali ini berbeda. Langit sepi tanpa kehadiran sang bulan. Gumpalan awan hitam tercetak jelas, menambah kesan betapa suramnya malam ini. Perlahan, rintik hujan nenyentuh bumi. Semakin lama semakin deras.
Seorang gadis dengan rambut yang dicepol asal memakai jaket hitam dan celana jeans hitam, tengah berjalan kaki di bawah guyuran hujan, sesekali gadis itu menyeka air hujan yang mengenai wajahnya, dari kejauhan ia melihat sosok gadis lain yang ia kenali gadis itu menangis dihadapan seorang pria yang tak berkutik di depan gadis itu.
"Amii..." Lirih gadis bejaket hitam itu sambil mempercepat langkahnya mendekati gadis lain yang sedang menangis.
Semakin dekat gadis itu dengan gadis yang bernama Ami, tenyata benar itu adalah Amira Nur Pratama sahabatnya yang tengah menangis di depan sebuah kafe ditemani seorang pria yang hanya diam tak berniat menenangkan Ami. Dengan persaan marah gadis itu berdiri di depan pria berpeci tersebut dan berniat meletakan pukulan, pria itu kaget melihat ada gadis berjaket hitam yang berniat melayangkan pukulan kepadanya tapi...
DUARRR...
"Allahuakbar," kaget laki-laki itu ketika mendengar petir. Sementara gadis yang akan melayangkan pukulannya terdiam dengan tangan yang terapung di udara, Ami yang sedang menangis pun mendongkak dan kaget setengah mati melihat gadis dengan jaket hitam yang hendak melayangkan pukulan kepada laki-laki di depanya.
"Ana kamu mau ngapain?" panggil Ami kepada gadis dengan rambut yang dicepol itu, ya gadis itu bernama Ana atau lebih tepatnya Anatasya Gabriela Pratiwi sahabat Ami di sekolahnya, sahabat yang selalu membela Ami, sahabat yang selalu ada, sahabat terbaik yang pernah Ami miliki.
Mendengar namanya dipanggil, Ana menurunkan tangannya dan berbalik ke arah sahabatnya.
"Lu kenapa Mi ? Lu diapain sama dia?" Bukanya menjawab, Ana malah balik bertannya sambil menunjuk laki-laki berpeci itu.
"Aku enggak apa- apa Na, aku juga enggak di apa-apain sama dia," jawab Ami yang saat ini telah berhenti menangis.
"Lu jangan boong Mi, kalau lu enggak diapa-apain kenapa lu nangis?" Tanya Ana pada Ami dengan suara khawatir.
Sementara laki-laki berpeci itu, tertegun melihat gadis yang tadi hendak memukulnya, tapi terhalang dengan munculmnya petir. -alhamdulillah enggak kena tonjok.
"aku bener-bener enggak apa-apa Na," ucap ami sambil tersenyum.
Seakan baru tersadar, Ami melihat jaket Ana yang sudah basah kuyup. "Yaampun Ana pakaian kamu basah!"
"Kan hujan jadi basah, noh baju lo juga basah." Ana memunjuk baju Ami yang sedikit basah jauh dengan pakaian yang dia pakai. Jika pakaian Ami sedikit basah lain halnya pakaian Ana, pakaianya seperti pakaian yang baru dicuci dan belum dijemur.
"Tapi lebih basah pakaian kamu Ana, kalau kamu sakit gimana?" tanya Ami dengan khawatir.
"kalau sakit liburan gue nambah Mi, yaudah pulang yu!" Ajak Ana.
Berhubung hujan mulai reda, Ana langsung memegang tangan Ami dan hendak meninggalkan tempat itu.
"Ehh Amira!" Panggil laki-laki yang seakan baru tersadar dari lamunannya.
Tapi bukan Ami yang berbalik, melaikan Ana yang berbalik.
"Ngapain lu manggil sahabat gue?" Tanya Ana dengan nada tidak bersahabat."Eh itu téh saya aja yang anter Ami pulang," ujar lelaki itu sopan tanpa menatap mata sang lawan bicara.
Ana menatap kesal ke arah pria tersebut. "Téh,Téh,Téh lu pikir gue teh celup hah!? Ami pulang sama gue, dan lu kalau ngomong sama orang itu liat matanya!"
"Bukan kitu atuh téh, kan Amira sama saya datang kesininya. Jadi saya juga yang harus ngaterin Amira pulang téh. Saya enggak mau liat mata tétéh karena itu zina mata téh, belum mihrim," sahut laki-laki itu dengan nada yang tak kalah sopan dari sebelumnya.
"Terserah lo! Ami pulang sama gua, dan ya satu lagi, karna lo diem aja liat cewek nangis ini hadiah buat lo." Ana mendekat kearah laki-laki itu dan dukk... Ana mendang tulang kering lelaki itu dan meninggalkanya dengan senyum remeh ala Anatasya G.P.
"Ayo Mi pulang!" ajak Ana pada Ami yang tengah meringis melihat Ana menendang tulang kering lelaki itu. Apakah Ana tidak tau kalau laki-laki itu jago beladiri silat?
"Ehh tapi itu gimana kasian?" Ami berkata sambil melirik laki-laki berpeci itu yang sedang mengelus tulang keringnya.
Ana lantas menarik tangan Ami untuk meninggalkan Laki-laki berpeci itu. "Udah enggak apa-apa itu pelajaran udah buat sahabat gue nangis."
"Tapi na aku ga nagis gara-gara dia"
"Udah ga usah belain laki-laki lembek gitu"
"Tapi Naa..."
"udah lah ayo pulang gue udah kediginan," ucap Ana sambil mempercepat jalanya. Sementara itu, Ami sesekali menengkok kebelakang memastika bahwa lelaki berpeci itu baik-baik saja dan Ami mendapat anggukan dari lelaki tersebut bahwa dia baik-baik saja.
Ana dan Ami berjalan dengan hening sampai Ana membuka suara.
"Lo nginep di kosan gue aja ya Mi, lagi pula ini udah malem." Ana melihat jam di ponselnya yang menunjukan pukul 20.30 wib.
Memang kafe tadi tidak terlalu jauh dengan kosan Ana. Jadi ia tidak usah repot-repot memesan taksi, lagi pula jarak dari kafe itu ke rumah Ana hanya beberapa meter saja.
"Tapi besok kan aku sekolah Na, aku juga belum izin sama mamah papah."
"Besok gue anterin lo ke Sekolah, nanti sampe di kosan gue izinin ke om sama tante."
"Aku juga kan enggak bawa seragam."
"Pake dulu seragam sekolah gue."
"Terus kamu pake apa?"
"Lo lupa ya? gue kan masih punya jatah liburan 3 hari lagi dari bu Sarah," jawab Ana sambil mengerat kan jaketnya karna kedinginan. Ana-ana jaketlu kan basah bego:v.
"Ohh iya aku lupa hehe," ucap Ami sambil tersenyum.
Jatah liburan yang Ana maksud adalah Skorsing, Ana di skor selama 1 minggu karna ketahuan membully kakak kelas. Sebenarnya tidak seperti itu, Ana tidak membully kakak kelas. Ana hanya memberi pelajaran kepada kakak kelas tersebut, karena membully Ami yang bersetatus sebagai pacar dari ketua OSIS di sekolah yang bernama Rifal Adiananta Widjaya, ya kakak kelas mereka itu membully Ami karna mereka tidak rela Rifal lebih memilih Ami.
Sebenarnya Ami tak mempermasalahkan hal tersebut, tapi bedahalnya dengan Ana. Dia menemui kakak kelasnya itu, sehingga terjadialah aksi keroyok antara Ana yang melawan 3 kakak kelas sekaligus, tapi jangan panggil Ana jika dia tidak bisa menang. Sehingga aksi itu berakhir dengan kakak kelas yang bonyok dan Ana yang masuk BK, kemudian mendapat jatah libur bulannanya.
"Yuk masuk Mi, sorry berantakan gue belum beres-beres." Ana mempersilahkan Ami masuk. Kosan Ana ini memang tidak terlalu besar, tapi nyaman. Ana memang memutuskan untuk mandiri, dari pada harus ikut dengan salah satu orang tuanya.
Ana memang terlahir dari keluarga yang mampu secara material, tapi tak mampu dalam menjaga keharmonisan keluarga. Orang tuanya cerai saat Ana resmi menjadi anak SMA. Meskipun Ana tinggal di kosan, orang tuanya selalu mengirim uang bulanan untuk Ana, itupun hanya selaki Ana gunakan untuk membayar uang pendaftaran sekolah dan untuk membeli kendaraan bermotornya. Untuk membayar kosan Ana bekerja paruh waktu di sebuah kafe dekat sekolahnya, dan setiap libur sekolah Ana membantu melatih Anak - anak kecil yang belajar karate di sebuah yayasan.
"Mi gue ganti baju dulu ya, lo kalau mau ganti baju ambil aja di lemari," ucap Ana yang di iya kan oleh Ami.
Malam semakin larut, Ana dan Ami pun tertidur disebuah kasur minimalis milik Ana.
______________________________________
VoteComent nya kawan
Jangan segan untuk memberi saranㅤ✎↷: -------
ㅤ| RaniRahmawati |
KAMU SEDANG MEMBACA
R&A {HIATUS} JANGAN DIBACA BERANTAKAN BANGET
عشوائيPersahabatan dua orang insan dilibatkan dalam cerita yang rumit dimana salah satu dari mereka mencintai pria yang ternyata telah di jodohkan degan sahabatnya. Perjodohan itu membuat luka bagi sang gadis yang mencintai lelaki tersebut sementara gadis...