3. Bobi dan Kutilang

48 12 7
                                    

"Terkadang perbuatan orang tualah yang membentuk perubahan pada anak."
________________🖤__________________

Kurang dari 10 menit Ana sampai di kafe tempatnya bekerja, yaitu kafe Delima. Ana masuk ke dalam kafe dengan tulisan close yang tertempel di pintu kafe. Tepat saat membuka pintu, terdengar suara lonceng yang menarik perhatian seorang barista berkepala plontos.

"Woyy Kutilang ada apa lu pagi-pagi kesini?" Tanya pria dengan kepala plontos itu kepada Ana.

"kerja lah Bob."

"Bob bob bob nama gue Miko Dwinata, jauh jauh lu panggil gue bob lu kira sepongebob? dan ngapain kerja? sekarang belum waktunya kerja Lang!" Miko melemparkan sebuah cleaning cloth yang ia gunakan untuk bersih-bersih ke arah muka Ana. Dan hap, cleaning cloth tersebut dapat Ana tangkap dengan mudah.

"Lo juga apaan manggil gue Kutilang hah!? Bodo amat lah, males gue di kosan." Ana mendudukan tubuhnya disalah satu bangku di kafe itu.

"Lo kan emang kutilang Na. Kutilang kurus, tinggi, langsing. Atau lebih tepatnya lu itu cungkring," ucap Miko sambil tertawa, tapi tawa itu hilang bertepatan dengan cleaning cloth menyumpal mulutnya. "Sialan lu Na, itu lap bekas bersihin meja." Miko menjitak kepala Ana.

"Main jitak mulu lo, udah kaya si kikuk aja." Ana mengusap kepalanya. Kikuk adalah panggilan kesayangan seluruh Siswa PANCASILA kepada guru Fisika di sekolah.

"Anjir gue disamain sama tu guru? enak aja lu." Miko duduk di hadapan Ana. "Gue masih kepo atas dasar ape lo manggil gue bobi?" Tanya Miko.

"Bobi, Botak biadab. Cocok sama lo, udah botak biadab lagi," jawab Ana sambil memainkan handphonenya.

"Sekate-kate lu kalau ngemeng, mirip Zayn Malik gini lu kata botak biadab, kurang dihajar lu."

"Kasian Zayn malik namanya di pake sama Bobi."

"Terserah lo dah kutilang, kaga bakal menang lawan lo. Btw kenapa kaga sekolah? Perasaan sekarang jam sekolah dah."

"Biasa jatah libur bulanan," jawab Ana sambil meminum air putih yang ia bawa di tasnya.

"Di skors lagi? Ubah Na kebiasaan lo itu. Lo udah kelas 12, kurang-kurangin nakalnya. Ga kasian sama orang tua lo?" Inilah kebiasaan yang Miko sayangkan dari Ana, Miko tau Ana bukan anak nakal, Miko tau Ana anak yang berprestasi, tapi itu ketika sekolah menegah pertama. Miko tau karna Miko kakak kelas Ana ketika SMP dan SMA, tapi Miko telah lulus dua taun yang lalu. Miko menyadari perubahan Ana saat Ana masuk SMA. Ana menjadi lebih tertutup, bahkan bisa dibilang lebih nakal, dan Miko tau penyebabnya adalah perceraian yang terjadi antara ibu dan ayah Ana.

"Jatah liburan bang Bob, bukan skors. Buat apa gue kasian sama mereka? mereka aja ga kasian sama gue," jawab Ana dengan mata berkaca-kaca, ini yang paling membuat Ana malas membahas orang tua.

"Jangan gitu Na. Apa pun itu mereka tetep orang tua lo, karena ada satu hadist yang artinya Ridho allah tergantung pada ridho orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua tapi gue lupa hadistnya kaya gimana."

"So lo bang pake hadist segala, kaga hapal lagi hadistnya." Ana terkekeh, sebenarnya Ana merenungi ucapan Miko.

Tak terasa sekarang waktunnya kefe buka, karyawan lain pun telah banyak yang datang.

Satu-persatu pelangan mulai berdatangan ada yang bergandengan, ada yang sendiri, ada pula yang beramai-ramai, tak jarang juga banyak Siswa Siswi SMA PANCASILA yang datang ke kafe ini, tapi entah mengapa tak ada satupun Siswa yang mengetahui Ana bekerja disini kecuali Ami.

Part terpendek wkwk
Jangan lupa vote comment nya yaaa:>

R&A {HIATUS} JANGAN DIBACA BERANTAKAN BANGET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang