Arts

2.3K 44 5
                                    

“Bagaimana dengan lukisannya tuan Im, kau bersedia memasangkannya ke galeri? Aku juga tidak begitu profesional, ini pilihan paling bagus yang kumiliki.” Si lelaki tampan ini bersikeras menyusun kalimatnya agar bisa mencapai tujuannya, namun terlihat Tuan Im tetap menolaknya. Si lelaki tampan yang bernama Park Jimin ini menghembus napas mendengar kata yang malah semakin mematahkan semangatnya padahal ia sudah senang jika saja lukisannya bisa tiba sampai galerinya apalagi bonusnya juga sangat memukau.

“Atau aku menggambar yang lain lagi tuan, mungkin kau akan menyukainya? Tuan, Tuan!” Jimin membuang peralatannya melihat Tuan Im pergi begitu saja dari jangkauannya. Lelaki paruh baya itu kembali mengenakan topinya, berjalan santai membelakangi Jimin yang terlihat disoroti oleh jiwa keamarahan. “Awas saja kalau sampai ia kembali kesini, aku pasti tidak akan memberikan lukisan ini kepadanya!” Hembusan napas yang tidak teratur berada pada Jimin, ia sangat kecewa apalagi sesudah mendengar perihal tentangnya yang baik hati dari sahabat karibnya tersebut.

“Apanya yang baik? Sikap angkuh seperti itukah? Aku juga tak paham, baiklah aku akan mencobanya lagi dan—,” Rintihan si gadis membuat Jimin otomatis menoleh kepadanya, dia lupa kalau saja ia sempat membuang jatuh peralatan lukisnya. Gadis tersebut terus saja mengaduh lantas tubuh mungilnya terbawa menuju ke ruangan serba putih itu yang kini ditutupi oleh tirai krim muda. “Dia tidak apa-apa kan? Aku khawatir terhadapnya dan ini semua terjadi juga karena kecerobohanku hehe.” Jimin tersenyum lebar sembari mengusap tengkuknya, lelaki lain yang diyakini sebagai pemeriksa gadis cantik tersebut menggeleng melihat tingkah laku yang masih manja seperti biasanya.

“Sudah.. Dia sudah sadar tuh!Aku kembali ngurusin tugasku ya, lain kali hati hati bagaimana saja sih kamu ini, bisa sampai membuatnya seperti ini untung saja ia baik-baik saja.” Acakan lembut didapati oleh Jimin, lambaian tangan si pemeriksa membuat lamunannya bersatu namun sekejap saja ia memutuskan kontak itu, Jimin pun mengambil gelas kemudian menuangkan air mineralnya. “Mari kubantu! Hati-hati..” Sembari Jimin berucap, kedua tangannya memapah tubuh mungil tersebut, “Humn.. Aku ada dimana? Kau ini juga siapa? Kenapa aku ada disini? Aku ada dimana sebenarnya? Aku ingin mengumpulkan sesuatu yang penting!” Kepalanya berdenyut nyeri, kelima jemari lentiknya menyentuh permukaan dahi seriring berganti memijat pada pangkal hidungnya.

Jimin sontak menahan pundak si gadis,“Kau ini baru bangun dan maafkan aku juga atas perihal tadi, kau terjatuh karena kecerobohanku, aku minta maaf sekali lagi.”

“Jadi, kau yang membuatku seperti ini? Aish! Menyebalkan!” Pembicaraan yang terus terang tersebut malah membuat perasaan Jimin sejuk ditambah lagi bibir moncongnya terus ditampilkan saat ia mengoceh, bagaimana bisa mengemaskan seperti ini he? Jimin menunduk kemudian menyembunyikan senyuman manis yang dimiliki lantas gadis cantik ini berhenti beserta kepala Jimin otomatis menaik; bersitatap dengan gadis yang barusan ditemuinya tersebut. “Omong-omong nama kamu siapa nona? Kau tidak takut terus bercerita denganku seperti ini?” Jimin takut juga bahwa ia akan dilaporkan pada polisi lantaran ingin berniat melakukan suatu hal yang sama sekali di luar dugaannya.

“Aku.. Kenalkan Minatozaki Sana, kau bisa memanggilku Sana dan nama kau juga tuan?” Gadis yang bernama Sana ini mengulurkan tangannya kepada Jimin, lantas diterima secara tangkap oleh sang lelaki. “Aku Park Jimin, kau boleh memanggilku Jimin.” Sana mengangguk paham dan ber-oh-ria sehabis mengetahui nama Jimin, kini tubuhnya terjungkit kaget seraya menutup rapat mulutnya. Hah? Bagaimana mungkin ia bisa bertemu dengan lelaki yang diyakini sebagai pelukis andalan di kotanya. Bahkan lukisannya pantas untuk diacungkan jempol dan seingat-ingat Sana juga ia pernah mendapat berita harga lukisannya juga sangat fantastis.

“Jadi ini kau Park Jimin, Tuan JM yang selalu dipromosikan oleh galeri besar di kotaku, Aaa! Sungguh ini kau Tuan!?” Sana kembali melonjak kaget lalu mencoba menyentuh wajah tampan sang lelaki, Jimin yang mendapat perlakuan tersebut hanya bisa berdiri di tempat dengan pasrah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang