039. Sayang!

9.1K 783 611
                                    


Airin sedari tadi sudah duduk merunduk dengan terisak sembari memejamkan matanya erat. Berdoa, semoga Syahid baik-baik saja. Arjuna di sampingnya menggerutu pelan karena tidak tahan juga mendengar tangisan Airin yang menular membuat ia sesekali mendongak berusaha menarik kembali bulir hangat pada kelopak matanya.

"Emang ini rumah duka? Kenapa pada nangis bombay gini?" geram Erisa yang hanya duduk memangku dagu menatap teman-temannya yang berwajah sendu. "Syahid tuh cuma luka lebam. Gak patah tulang apalagi mati, kenapa harus nangis alay begini sih," tambah gadis itu lagi memprotes. Padahal dalam hati khawatir juga dengan keadaan Syahid yang masih terbaring di ruangan UKS ditemani oleh kedua kembarannya. "Hadeuh," gerutunya masih kesal membuat Wisnu yang sedari tadi diam menyuruhnya diam. Erisa sontak mengatupkan bibirnya rapat walau menyempatkan mendecih kecil.

Kean menghela kasar masih menyender pada tembok dengan memeluk tangan di depan dada. Kelima sekawan itu kompak menghembuskan nafas gusar masih merasa cemas dengan keadaan Syahid di dalam sana yang semalam tiba-tiba tumbang di koridor. Dari semalam Syahid demam tinggi sampai membuat pemuda itu bergumam-gumam tidak jelas. Pemuda itu juga terlihat kelelahan dengan wajah pucatnya sampai keringat dingin nampak pada pelipisnya membuat teman-temamnya harus duduk begadang di depan UKS.

Beberapa murid terlihat berjalan mendekat ke arah mereka dengan takut-takut. Ikut khawatir juga dengan keadaan anak sulung Azzam itu.

"Syahid masih belum sadar juga?"

"Dia beneran gak bisa ketolong ya?"

"Ini semua kan salah kami, karena ngebuat Syahid harus berjuang sendiri. Kami itu terlalu egois,"

"Kami minta maaf. Kalau saja kemarin kami gak ngunciin dia, mungkin kejadian ini gak bakalan terjadi."

"Iya. Padahal Syahid tuh sudah bantuin kami sampai cariin kami makanan juga,"

"Kami minta maaf."

Wisnu menghela pelan lalu melangkah maju untuk menengkan teman-temannya. "Menyesal gak akan pernah selesaiin masalah. Walaupun kalian berulang kali bilang maaf, Syahid gak akan kembali seperti dulu." Ujar pemuda itu tegas dengan sorot mata tajamnya. "Kalian semua harus terima perasaan bersalah itu. Agar semuanya terasa impas, walau itu cuma alasan kalian agar merasa baik-baik saja." Tambah pemuda itu lagi membuat Arjuna dan Kean mengangkat alis tinggi. Bingung dengan perubahan sikap mantan ketua OSIS itu. Apalagi dari semalam, Wisnu hanya duduk melamun dengan berulang kali menghela nafas gusar. Pemuda itu yang paling terlihat merasa bersalah dan menyesal. Seakan ialah yang menyebabkan semua masalah ini.

Erisa yang duduk memangku tangan memandangi Wisnu lurus. Gadis itu tahu betul apa yang ada dipikiran pemuda itu. Erisa awalnya tidak percaya kalau Wisnu benar-benar berubah. Benar-benar melepas topengnya selama ini. Topeng seorang sosok teladan bagi semua murid Aurora yang ternyata adalah dalang dari semua masalah.

Erisa memicingkan mata menatap Wisnu lekat. Bagaimana bisa seorang monster yang menakutkan seperti Wisnu mendadak berubah jadi manusia . Bisa merasakan yang namanya perasaan peduli, takut dan juga perasaan lainnya.

Pintu UKS terbuka membuat mereka semua sontak berdiri dengan wajah penuh harap. Wisnu sampai berdiri di sebelah Syaqila yang terlihat tersenyum menatapnya.

Erisa baru paham. Ternyata Syaqila penyebabnya. Gadis manis inilah yang membuat Wisnu kembali menjadi manusia. Yang menuntun pemuda itu keluar dari lembah kegelapan. Dan mungkin sekarang, Wisnu sedikit bisa melihat cahaya kebahagiaan.

"Gimana keadaan Syahid?" Tutur Arjuna maju dengan mendorong pelan tubuh Wisnu ke samping membuat pemuda itu terbentur tembok di sebelahnya. "Kalem dong bego. Gak usah dorong-dorong," umpat Kean merasa gemas dengan tingkah temannya ini. Arjuna mencibir kecil walau menurut dan menarik lengan Wisnu meminta maaf.

The Secret Of Aurora [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang