042. Triple Sya

8.6K 767 560
                                    


"Buruan ambil mineral dua karton lagi di gudang sono!"

Kean mendengus kasar lalu beranjak hendak pergi. Kesal juga sedari tadi dengar suara cempreng Arjuna yang berisik juga tidak berbobot ini.

"Gue ambil sendiri nih?" Kata Kean menggerutu masih belum bergerak pergi, "yaelah manja benar lo, berasa anak perawan. Dua karton aja elah bukan dua puluh karton," balas Arjuna tanpa beban dengan sesekali menyenggol lengan Syahid yang sedang menenggak minumannya membuat pemuda itu terbatuk kecil lalu menyemburkan airnya keluar. "Ck. Ya temaninlah, di sana gelap."

Arjuna berdecak kasar lalu berdiri mengusap kepala Kean lembut. "Harus mandiri ya sayang, malam ini jatahnya Syahid. Jadi abang nemanin istri pertama dulu ya, jatah kamu besok zeyengkuuuuu.... "

"Geli anjirrr, najis banget hadeuh." Umpat Kean mendorong kasar wajah sahabatnya itu sampai Arjuna terjengkang ke belakang.

Syahid yang melihat adegan kekerasan itu hanya menghela pelan dengan kembali meminum sisa mineralnya.

Kean mengalah lalu melangkah pergi seorang diri. Mantan atlit taekwondo itu berjalan menyusuri koridor yang agak gelap itu lalu berbelok dengan berlari kecil. Pemuda itu tersentak kaget saat melihat bayang-bayang seseorang duduk merunduk di belakang pilar membuat ia hampir latah kaget.

Kean itu orangnya kagetan. Ia juga parnoan apalagi sama cewek-cewek yang berambut panjang yang hobinya terbang malam-malam pake gaun putih terus belakangnya bolong.

Kean menarik nafas lalu memberanikan diri mendekat walau berusaha menetralkan jantungnya yang berpacu cepat karena ketakutan. "Punten mbak."

"Eh? Qila?" Tutur pemuda itu melihat Syaqila yang kini mendongak menatapnya sendu dengan kelopak mata yang sudah basah. Gadis itu tersenyum samar lalu berdiri dengan sekilas mengerjap berusaha menarik kembali bulir hangat pada kedua bola matanya. "Elo nangis?"

"Enggak. Cuma kelilipan tadi pas lari ke sini," balas Qila berbohong lalu kembali membuang muka ke samping dengan bibir bawah bergetar kecil. Kean mendesah panjang, menatap gadis di depannya yang berusaha tegar dan menyembunyikan kesedihannya. "Kalau mau nangis, nangis aja. Gue temanin di sini," ujar pemuda itu lembut masih khawatir. "Gue gakpapa,"

Kean kembali menipiskan bibir dengan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Bingung juga harus bagaimana. Di satu sisi, pemuda itu yakin kalau gadis ini sedang menyembunyikan luka dan Kean ingin menghiburnya. Dan di sisi lain, Kean tidak bisa memaksa Syaqila untuk bercerita padanya. Karena Kean bukanlah siapa-siapa. Hanya teman. Sekali lagi te-man.

Derap langkah mendekat membuat Kean menoleh dan sontak tersenyum lega melihat Syahid yang kini melirik Syaqila yang terdiam.

Syaqila merunduk dalam. Entah kenapa ingin kembali menangis lagi melihat kembarannya. Gadis berkerudung itu terdiam dengan bahu bergetar naik-turun membuat isaknya perlahan terdengar. Melihat itu Kean jadi panik sendiri dan dilemah. Antara ingin mendekat dan melangkah pergi membiarkan saja dua orang itu di sana.

Syahid menghela pelan lalu melangkah maju dengan menatap pipi sembab Syaqila yang memerah menahan isaknya. "Ck." Decaknya dengan menjulurkan tangan mengusap air mata kembarannya lalu menghela pelan. Pemuda itu menarik nafas panjang berusaha mengisi rongga dadanya yang hampa. Entah kenapa sesak melihat Syaqila menangis begini. "Gakpapa, nangis aja." Tambahnya sudah merengkuh lembut Qila dengan menepuk pelan bahu adiknya pelan membuat Syaqila perlahan kembali terisak kuat sampai tersedu. Bahkan, sesekali gadis itu terbatuk kecil dengan sesegukan di sela tangisnya. "Syahiiiiid, aku harus gimana sekarang? Hng? Aku harus gimana?" Ujarnya masih sesegukan.

Syahid menggigit bibir dengan kembali mengeratkan pelukannya sembari mengusap kepala sang adik berulang kali.

"Kean, tolong panggilin Syahir ya." Katanya menoleh ke samping membuat Kean sontak berbalik walau menyempatkan melirik Syaqila yang masih terisak dalam pelukan abangnya.

The Secret Of Aurora [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang