Sudah 3 jam berlalu tetapi sampai saat ini perempuan itu masih terus menangis sejak kejadian tadi. Dinding berwarna hijau tosca dengan kasur yang dibalut dengan sprei berwarna abu-abu ditambah sejuknya ruangan membuat siapa pun yang ada didalamnya merasa nyaman.
Sudah lama ia rindu dengan kasur yang sedang ia tiduri saat ini. Gadis itu rindu dengan suasana kamarnya, rindu dengan aroma ruangannya yang masih sama sampai sekarang padahal sudah hampir empat tahun ia meninggalkan kamarnya ini.
Pajangan dinding dan beberapa foto yang menempel di dindingnya masih sama seperti dulu. Hanya ada satu yang berubah yaitu orang-orang yang ada di dalam foto itu. Tidak selengkap dan sehangat dahulu.
"Kalau seperti ini lebih baik gue tinggal sama tante Jen" batinnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 tetapi tetap saja gadis itu tidak ingin beranjak dari tempat tidurnya saat ini. Ia masih sangat terpukul sejak kejadian siang tadi.
"Hallooo anak ayah.... Apa kabar??" Ucap seseorang laki-laki paruh baya yang tiba-tiba saja masuk kedalam kamarnya dan langsung memeluk gadis yang berada di atas kasur kamar itu.
"Ayaahhhh... Aku kangen.... Aku baik-baik aja kok" ucapnya sambil membalas pelukan laki-laki paruh baya itu.
"Loh kok mata kamu sembab? Are you ok?" Ucap ayahnya sambil memegang kedua pipi anaknya dan menghadapkan wajah anaknya itu ke arahnya.
"Hmm... I'm okey" ucapnya lesu.
"Anak ayah ternyata sudah besar yaa, padahal waktu itu baru aja ayah timang-timang" ucap lelaki itu sambil terkekeh.
"Iyaa lah kan aku di sana dikasih makan sama tante Jen. Lagian sih ayah nggak pernah jenguk aku ke sana"
"Kalau ayah jenguk kamu, nanti kerjaan ayah gimana? Nanti kalau ayah nggak kerja, uang untuk berobat kamu dari mana? Yaudah ayah mandi dulu yaa nanti kita lanjut ngobrol lagi bareng bang Edgar juga" ucap laki-laki itu sambil mengelus kepala gadis perempuan di depannya itu lalu pergi meninggalkan kamar tersebut.
"Alhamdulillah masih sama seperti dulu" batin gadis itu.
***
"Shit" ucapnya sambil mengusap rambutnya gusar.
Seorang remaja laki-laki yang terlihat sangat frustasi sedang duduk di kursi yang terletak didepan meja belajar kamarnya. Saat ini ia sedang fokus memainkan handphone yang ada di genggaman tangannya.
"Wey"
"Ada yang bisa ke basecamp sekarang? Gue gabut nih"Gio : Bisa
Nando : Gabut atau lagi ada masalah nich? Hahaha... Gue bisa
Egi : Otw
"Temenin gue buruan, gue otw sekarang"
Ia mengirimkan beberapa pesan singkat ke salah satu grup di aplikasi chatnya itu lalu bangkit dari kursinya dan meraih jaket yang tergantung di pintu kamarnya. Dengan sangat terburu-buru ia menuruni satu persatu anak tangga.
"Edgar mau kemana? Ngga kangen sama adikmu ini?" Ucap laki-laki dari arah meja makan yang sedang duduk bersama seorang gadis cantik.
"Mau keluar sebentar yah" ucapnya tanpa menengok ke arah sumber suara.
"Hey.. nggak sopan kamu yaa kalau orang tua ngomong tuh liat mukanya" omel sang ayahnya, tetapi remaja laki-laki itu tetap tidak menghiraukannya. Terlihat tatapan nanar dari kedua orang yang sedang duduk di meja makan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratello Maggiore
Teen Fiction"Gue cuma pengen ketemu sama orang yang bisa menghargai gue apa adanya dan bisa bimbing gue menjadi orang yang lebih baik lagi" -Vio- "Gue bisa jadi sosok yang lo impikan selama ini karena sosok yang gue impikan ada di diri lo" -Nando- "Gue? Orang...