Bel pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu dan saat ini hampir semua siswa kelas XII IPS 1 sudah meninggalkan ruang kelas. Edgar dan gengnya tentu saja masih berada di dalam kelas karena memang sudah jadi kebiasaan mereka untuk menghindari ramainya murid lain yang berebut ingin meninggalkan lingkungan sekolah.
"Permisi..." ucap seseorang dari luar.
Siswa yang masih ada di dalam ruang kelas tersebut hanya menatap satu sama lain mengisyaratkan untuk melihat siapa orang di depan kelas tersebut. Tidak ada yang berkutik sama sekali. Edgar masih tetap memainkan ponselnya. Gio dan Egi yang melanjutkan menonton video game di satu ponsel yang sama. Dan Nando yang sedang duduk di atas meja.
"Gue juga... Ckck" ucap Nando sambil turun dari atas meja dan berjalan menuju pintu ruang kelas.
***
"Edgar Marcello anaknya bapak Harvey.. Ada yang nyariin lo noh di depan" ucap Nando yang tiba-tiba masuk ke kelas dan berjalan ke arah Edgar.
Edgar memalingkan pandangan dari ponselnya dan menautkan kedua alisnya.
"Palingan juga fans lo Gar" ucap Gio.
"Siapa si ganggu aja" ujar Edgar sambil berjalan menuju luar kelas yang di ikuti oleh Nando dibelakangnya.
Tidak lama kemudian Edgar kembali ke dalam kelas dan meraih tasnya berjalan meninggalkan Egi dan Gio yang masih sibuk menonton video game.
"Lo utang cerita sama gue" bisik Nando saat Edgar berjalan melewatinya.
"Du..duluan ya kak" pamit siswi yang saat ini berdampingan dengan Edgar dan hanya dibalas anggukan oleh Nando.
Tidak butuh waktu lama punggung Edgar yang berjalan bersama siswi itu hilang dari pandangan Nando.
"Ckck tinggal gue doang yang jomblo" batin Nando sambil mengelus dada dan bergegas kembali ke dalam ruang kelas yang tinggal tersisa Egi dan Gio.
***Motor milik Edgar sudah melaju pergi meninggalkan parkiran sekolah. Setelah bertahun-tahun akhirnya jok belakang motor Edgar diduduki oleh seorang perempuan. Sangat canggung suasana saat ini. Tidak ada yang membuka mulut satu pun. Padahal banyak sekali yang ingin diceritakan oleh gadis cantik itu kepada orang di depannya saat ini.
Sesampainya mereka dirumah, gadis itu langsung turun dari motor dan bergegas menuju ke dalam rumah. Tetapi langkahnya berhenti saat ada suara yang memasuki gendang telinganya.
"Besok-besok gak usah nyusul gue ke kelas. Balik sendiri, gak usah manja. Gak ada uang? Nanti gue transfer. Paham?" ucap dingin seseorang yang masih duduk di motor.
"E..iya.. Paham" ucap gadis itu sambil menoleh ke arah sumber suara dan kembali melanjutkan langkahnya. Tetapi lagi-lagi langkahnya terhenti.
"Oiya satu lagi. Orang sekolah gak boleh ada yang tau kalau kita ini adik kakak. Bilang aja kita tetanggaan" sambung cowok itu tanpa menurunkan nadanya sedikit pun.
"I..iya.." ucap gadis yang sedikit berlari masuk ke dalam rumah sambil menyembunyikan perasaan sesak di hatinya. Air mata sudah terjun tanpa diberi aba-aba oleh pemiliknya.
Ddrrttt....
Ponsel di sakunya bergetar. Cowok itu langsung mengambilnya dan membaca pesan yang tampil dari bilah notifikasi di ponselnya. Tanpa berfikir panjang ia langsung menyalakan motor yg masih di dudukinya saat ini dan bergegas meninggalkan area rumahnya.***
"Anak orang udah aman sampai rumahnya?" tanya Egi kepada Edgar yang baru saja sampai di basecamp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratello Maggiore
Teen Fiction"Gue cuma pengen ketemu sama orang yang bisa menghargai gue apa adanya dan bisa bimbing gue menjadi orang yang lebih baik lagi" -Vio- "Gue bisa jadi sosok yang lo impikan selama ini karena sosok yang gue impikan ada di diri lo" -Nando- "Gue? Orang...