Damar, Cahayaku.~*~
Setelah kita berdua menangis bersama, saling berpelukan erat, tak henti-hentinya Mas Damar mencium kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir, bibirku. Pancaran matanya menyiratkan kesedihan, tapi di balik itu semua. Ia menatapku penuh cinta.
"Jihan,"
"Iya Mas?"
"Kamu belum mandi"
Segeraku lepas pelukan itu, menatapnya dengan kesal. Yang di tatap hanya tersenyum tanpa merasa bersalah karena merusak momen romantis kita
"Yuk mandi" itu bukan ajakan, tapi perintah. ia menarik pelan tanganku menuju kamar.
Hilang sudah kekesalanku, bahkan, sekarang aku mesem-mesem sendiri kaya orang baru jatuh cintaMas Damar mulai melepaskan kaus hitam yang di pakainya, menyisakan punggung lebar tempat ternyaman setelah kasurku. aku hanya diam menyaksikan, hingga Mas Damar mulai melapas ikat pinggangnya aku segera memalingkan muka.
Jujur aku selalu merasa malu. Rasanya aneh buat aku. Walaupun aku tahu, aku dan Mas Damar sudah tahu letak-letak tahi lalat di sekujur tubuh kita, Bahkan di tempat terpencilpun."Mau mandi berdua?" aku tersentak kaget, Mas Damar sudah berdiri di depan ku.
"Enggak, kamu duluan aja Mas" Aku segera menghindarinya dengan menyibukkan diri mengambil baju tidur untukku dan Mas Damar
Sambil menunggunya selesai mandi, aku bermain ponsel, mendownload drama korea untuk nanti aku tonton saat Mas Damar sibuk dengan berkas-berkas kerjanya
Tidak lama kemudian, harum pohon pinus menyerbak hingga kepenjuru ruangan saat Mas Damar selesai mandi, ia hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya, tangannya sibuk mengeringkan rambunya dengan handuk,
Aku menarik tangannya dan mendudukkan Mas Damar di pinggir ranjang, kemudian aku mengeringkan rambutnya. Ia hanya diam memperhatikan aku. Tatapannya membuatku gugup dan malu"Sudah selesai" Aku tersenyum sambil menyisir rambutnya dengan jari-jariku, rambutnya sudah mulai panjang, ingatkan aku untuk menyuruhnya bercukur.
"Jihan," Tanganku berhenti. Aku membalas Tatapannya, Mas Damar tersenyum, tapi kali ini senyumnya terlihat mesum. Ya ampun maaf Mas
Aku tahu ini akan mengarah kemana,
Mas Damar mulai menarikku untuk terlentang di ranjang, saat ia ingin mencium. Ku arahkan telapak tanganku hingga bertabrakan dengan bibirnya
Aku hanya tersenyum menyebalkan melihat raut wajahnya yang kesal
"Kamu lupa sekarang tanggal berapa Mas" Semakin lebar aku tersenyum saat mendengar Mas Damar mengumpat
Ia segera bangun dan memakai pakaian dengan wajah kesalnya itu,
"Cepat mandi, nanti nasi uduknya keburu jadi es" Apa sih Mas Damar, receh banget
***
Setelah makan uduk bersama, aku dan Mas Damar menonton tv di ruang tengah. Maaf, hanya aku yang menonton tv sedangkan Mas Damar sibuk dengan kertas-kertas kantornya,
Saat sedang serius, ketampanannya menjadi berkali-kali lipat, bener deh. Aku cuma senyum-senyum enggak jelas liatin Mas Damar. Sesekali keningnya berkerut setiap melihat kertas-kertas itu
Tiba-tiba aku teringat seseorang. Dia juga tampan seperti Mas Damar. 11,12. Seseorang yang pernah Ku impikan menjadi suamiku, tapi aku bersyukur mempunyai Mas Damar yang tidak bisa di bilang jelek juga.
"Kangen ih" Aku berucap tanpa sadar, walaupun pelan tapi Mas Damar mendengarnya
"Kangen siapa?" Mas Damar bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop
"Kangen suami impian masa SMA aku Mas"
Mas Damar langsung menatapku dengan tatapan tajamnya, Niat ingin mengerjainya segera hilang, tapi aku tak gentar, maaf Mas
"Jangan bercanda Ji""Siapa yang bercanda" Aku mencoba menahan tawa saat Mas Damar semakin kesal
"Siapa Jihan"
"Mas mau tahu? Tapi ada syaratnya"
"Enggak perlu. Biar nanti saya aduin ke ibu kamu"
"Yaudah kalo gitu"
"Sekali lagi saya tanya. Siapa Jihan?"
"Namanya Ceye Mas"
Keningnya semakin berkerut, Mas Damar mencoba mengikis jarak kita dengan tatapan tajamnya
"Nama panjangnya siapa?"
"Park Chan--"
"Ish sakit Mas!"
Belum kelar aku berbicara Mas Damar langsung menyentil keningku"Huh, halu kamu" Mas Damar terkekeh dan melanjutkan pekerjaannya, mengabaikan aku yang masih kesal padanya
"Udah keselnya, Lily di dalam kamar kita sudah mulai layu, besok kita ke toko bunga"
Tuhkan, dia tahu banget cara buat bikin aku luluh lagi, senyum-senyum enggak jelas lagi, Mas Damar melihat kearahku, ia bergidig ngeri saat senyumku semakin lebar
"Kamu nyeremin Ji"
***
Terimakasih telah membaca cerita Mas Damar yang gak di kasih jatah sama Mba Jihan
Masih kurang ya? Maaf ya pren
Regard,
Uriganic, yang paling suka liatin cogan

KAMU SEDANG MEMBACA
DAMAR'JI
ChickLit"Selamat pagi Jihan, butuh teh atau morning kiss?" "Jihan peluk saya dong, Saya letih habis pulang kerja" "Saya paham, selain Kamu suka makan dan bunga lily, Kamu juga suka Saya kan? Cinta mati malah" Aku mencitai mas Damar dengan segala kepedean ny...