Enam tahun yang lalu...
Seorang anak yang berumur sepuluh menjelang sebelas taun tengah duduk didepan gerbang sekolah, ia sedang menunggu jemputan sang ayah. Hari ini ia begitu senang karena beberapa jam yang lalu ia mendapat dua piala sekaligus sebagai penghargaan dari kepala sekolah karena telah menjadi siswa terbaik tahun ini dan juga memenangkan lomba catur tingkat nasional sebagai juara ke dua.
Walaupun ada rasa sedih menghinggap di hatinya karena sang ayah tidak bisa datang saat pembagian rapot dan pembagian hadiah. Tapi hal itu tak berangsur lama saat mendengar jika ayahnya akan menjemputnya sepulang sekolah.
Sudah hampir setengah jam namun sang ayah tak kunjung datang. Ia berpikir untuk segera pulang namun ia takut jika ia pulang ayahnya datang tuk menjemput. Kemudian ia memutuskan tuk menunggu kembali. Kenapa perasaannya mulai gelisah?.
Namun sudah sepuluh menit berlalu ayahnya tak juga datang, kemudian ia memutuskan tuk pulang dengan berjalan kaki. Tapi langkahnya terhenti saat melihat neneknya datang menghampirinya.
Kenapa nenek kemari?
Apa ayah menyuruh nenek untuk menjemput ku?
Begitulah isi pikiran anak kecil itu saat ini. Pasalnya neneknya tak pernah mau untuk menjemputnya. Jangankan menjemput, bertegur sapapun dia enggan.
"Nenek? Nenek kenapa kesini? Liat Nek. Diega dapet piala dari kepala sekolah "ujar Diega dengan penuh bahagia karena untuk pertama kalinya neneknya datang menjemput.
"Dasar anak sialan!" umpat Ella sambil melihat piala yang dipegang Diega. Kemudian ia merebut piala itu, dan melemparnya ketanah hingga terbelah menjadi beberapa bagian.
Pyarr...
Piala itu pecah seketika, Diega yang melihat itu hanya bisa menatapnya.
Plakk...
"Ne-Nenek kenapa pukul Diega? kenapa piala Diega juga dilempar?" tanya Diega kecil, memegang pipinya yang memanas karena mendapat tamparan dari sang nenek. Walaupun ini bukan tamparan pertama kali, tetap saja rasanya masih sangat menyakitkan.
"Gara-gara kamu, anak saya meninggal!" ujar Ella dengan mata yang memerah menahan amarah.
"Diega salah apa?" cicit Diega yang kala itu sangat ketakutan.
"Kamu masih nanya salah kamu apa? Ah bukan, bukan salah kamu. Tapi kesalahan anak saya karena telah membiarkan kamu lahir, dan membawa kesialan di keluarga saya!" ujar Ella dengan berteriak.
Karena teriakan tersebut, membuat keduanya menjadi pusat perhatian. Apalagi saat ini mereka tengah berada di sisi jalan, membuat siapa saja yang lewat dapat melihat mereka.
Kala itu, Diega hanya terdiam lalu menunduk menahan air mata yang meronta ingin keluar. Ia bingung kenapa neneknya sangat membencinya? kenapa tiba-tiba mara? Apa kesalahannya?
"Kamu tau apa yang terjadi kepada anak saya saat akan menjemput anak sialannya?" tanya Ella menatap Diega dengan penuh kebencian.
Diega mendongkakan kepalanya tuk menatap sang nenek dengan mata yang sudah memerah menahan tangis.
"GARA-GARA KAMU ANAK SAYA MENINGGAL!!! KALO AJA KAMU GAK NYURUH ANAK SAYA BUAT JEMPUT, GAK AKAN GINI JADINYA. KAMU ITU CUMAN PEMBAWA SIAL DI KELUARGA SAYA DIEGAA!!! " teriak Ella.
Deg...
"Diega?"
"Ega? "
***
Hallo-hallo guys
Gimana? Masih gak jelas ya ceritanya?😅 . Mohon maklum ya hehe namanya juga masih belajar, aku bakal tingkatin lagi deh.
Enjoy with my story yayayaya.Salam sejahtera😊
Galuh shoutika :)Kalo suka, Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, Makasih. See you di part selanjutnya ea :)
Btw, ada cerita apa hari ini teman-teman?
Semoga selalu bahagia yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
DIEGA (On-Going)
Teen Fiction(Follow dulu sebelum baca) Berawal dari sebuah taruhan membuatnya kembali merasakan bagaimana hidup yang sesungguhnya setelah dipertemukan dengan sosok yang lemah lembut. Sosoknya yang mampu membuat ia bangkit dari lingkaran gelap. Belasan tahun...