"Ega?"
Ingatan tentang masalalu tersebut terhenti saat mendengar panggilan dari Bi Jum, yang mana beliau adalah asisten dirumah ini, yang sudah bekerja sejak Diega masih sangat kecil. Entah apa yang membuat Bi Jum betah bekerja disini sampai sekarang, yang jelas Diega sangat amat bersyukur dengan adanya beliau. Karena dengan adanya Bi Jum membuat Diega sedikitnya merasakan adanya sosok seorang ibu, sosok yang selama ini selalu ia ingin rasakan. Mereka sudah terbilang dekat, oleh karena itu Diega akan sangat marah jika Bi Jum memanggilnya dengan ada embel-embel Tuan.
"Iya bi? " saut Diega dalam kamarnya, dengan segera ia meletakkan kembali poto yang tadi sempat ia pegang ketempat semula.
"Jangan lupa sarapan." ucap bi Jum diluar kamar dengan sedikit berteriak.
"Iya" sahut Diega, ia melihat arloji yang terpatri di tangan kirinya. Matanya sedikit membulat karena melihat jam yang menunjukan pukul 07.53 yang mana sebentar lagi bell sekolah akan segera berbunyi dan gerbangnya akan ditutup.
"Aku ambil roti aja, telat" dengan sedikit terburu-buru Diega mengambil roti tawar dan langsung melahapnya. Minggu ini ia sudah terlambat sebanyak 2 kali, jangan sampai kali ini terlambat lagi untuk ketiga kalinya. Ia sedikit berlari menuju garasi, tempat motor kesayangannya diparkirkan.
Sementara Bi jum yang melihat majikannya pergi dengan sedikit terburu-buru hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. Sudah biasa pikirnya.
***
"Pulang sekolah ada acara Sya?" tanya Bagas yang mengekori langkah sang pujaan hati yang nampaknya sedikit sekulitan membawa buku paket yang sedikit banyak, sepertinya akan dibawa untuk pembelajaran dikelasnya."Sini bukunya" tanpa persetujuan, Bagas mengambil semua buku dari tangan sang gadis.
"Berat kak" ujar si gadis dengan jepit hijau dirambutnya yang bergelombang itu.
"Iya berat, makanya biar aku aja yang bawa."
"Makasih"
Disya Kazara, gadis cantik dengan senyum manisnya itu mampu membuat siapa saja betah melihatnya. Gadis yang menjabat sebagai sekretaris dari anggota osis itu mampu membuat seorang Bagas Mahardika jatuh terhadap pesonanya. baik, memang siapa yang tidak mengagumi sosok di sampingnya ini? sosok sempurna, begitulah anak-anak disini menyebutnya.
"Jadi?" ucap Bagas.
"Hm?"
"Pulang sekolah kamu ada acara?" ulang Bagas untuk pertanyaan yang tadi belum sempat ia dengar jawabannya."Hari ini ada perkumpulan osis dulu kayanya kak" jawab Disya, mereka telah sampai didepan kelas XI IPA 1 yang tak lain adalah kelas Disya, kelas yang dikenal dengan murid-murid pintar dan unggulan.
Mereka menjadi pusat perhatian saat memasuki kelas, hampir seluruh siswa di sini sudah tau tentang kedekatan dua sejoli itu. Untungnya hampir semua orang mendukung mereka menjadi pasangan. Dengan Bagas sang pria genius dan Disya gadis sempurna.
"Kabarin pulang jam berapanya ya, aku tunggu. Kita pulang bareng" selalu seperti itu. Tanpa bertanya Bagas selalu bertindak sesuai kemauannya, membuat Disya mau tak mau menyetujui. Akan percuma jika menolak, kakak kelasnya itu tidak mau mendengarkan.
"Aku balik ke kelas dulu"
"Kakakkkkkk" pekik Disya karena rambutnya menjadi sedikit berantakan.
Sementara sang pelaku, hanya terkekeh kecil, lucu rasanya melihat wajah memerah karena menahan kekesalan dari gadis pujaannya.
"Jadian aja sih kata gue mah"
Disya hanya mendelik mendengar kalimat dari teman sebangkunya itu, ia menyerahkan beberapa buku paket yang tadi sempat dibawakan oleh Bagas kepada Kinta. bermagsud meminta bantuan untuk ikut membagikan buku paket kepada teman sekelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIEGA (On-Going)
Fiksi Remaja(Follow dulu sebelum baca) Berawal dari sebuah taruhan membuatnya kembali merasakan bagaimana hidup yang sesungguhnya setelah dipertemukan dengan sosok yang lemah lembut. Sosoknya yang mampu membuat ia bangkit dari lingkaran gelap. Belasan tahun...