SANDARAN
°°U'r cool°°
____________________
Suara gesekan antara dua besi berbunyi sedikit nyaring. Menyampirkan totebag besarnya di lengan kanan. Gadis manis dengan rambut terkuncir sudah menyiapkan dirinya begitu siap. Perkuliahan di mulai kembali, kali ini dengan adanya Nico sudah pasti ia akan bahagia. Sekarang, dan seterusnya. Dua sudut bibir tidak henti hentinya tertarik menciptakan senyum hangat di pagi harinya. Menunggu manusia dingin di depan pagar tempat tinggal. Melirik arloji di tengah suasana matahari sedang menghangat. Hari ini kebetulan Tassia dan Nico punya jam kuliah yang sama.Mobil sedan hitam berhenti di depan Tassia. Kaca mobil itu bergerak turun. Nico dengan senyuman manisnya menyapa Tassia tanpa ragu dan hangat. Tatapan teduh seolah memang ini yang membuat Tassia tidak bisa pergi dari Nico.
"Selamat beraktifitas kembali." Sapa Nico. Setelah itu ia turun dari mobilnya. Memutar, dan kini berdiri di depan Tassia yang masih tersenyum senang. "Kita sarapan dulu ya." Ajak Nico, tangannya membuka pintu mobil dan mempersilahkan Tassia masuk untuk duduk di kursi samping Nico.
Tassia menoleh ke kanan, melihat Nico yang bersiap untuk menancap gas mobilnya. "Tanpa kamu jemput aku kayak gini, aku bisa jalan kaki kok ke kuliahan"
"Sama - sama." Balas Nico tidak peduli omongan panjang Tassia. Ia fokus dengan jalanan di hadapannya.
Melihat Nico bingung. Di detik berikutnya iya baru menyadari ucapan Nico. "Terimakasih atas jemputannya." Tassia melepaskan senyumnya.
Nico hanya berdehem membalas ucapan Tassia.
Tidak butuh waktu lama, Nico sudah mendapatkan makanannya melalui Drive thru. Dua makanan cepat saji. Nico membagi satu bungkus untuk Tassia. Ia meminum minuman yang ia pesan tadi.
"Nanti pulang kuliah, ada yang mau aku omongin sama kamu." Ucap Nico.
Tassia menunjukan jarinya dengan lambang oke ke Nico. Mulutnya penuh dengan burger yang sedang ia lahap.
☕☕☕
Tugas kuliah menyuruh Tassia menyita waktunya untuk menyibukan dirinya mencari buku yang harus ia baca kali ini. mendatangi satu persatu rak buku tinggi yang menata rapih buku buku dari segala hak cipta. Ia menatap satu persatu kelompok buku, lalu judul buku yang ada di punggung sampul. Bukunya terletak sedikit lebih tinggi di rak atas.
"Plis deh," Tassia menyumpahi dirinya sendiri dan memohon agar buku itu datang kepadanya dengan sendiri.
Tassia berjinjit, tangannya terus berusaha meraih buku yang berada di rak atas. Dengan susah payah Tassia tidak juga mendapatkannya. Ia terus berusaha, tangannya sedikit lagi sampai. Namun ada tangan lain yang meraih buku itu lebih cepat. Tubuh orang di belakang Tassia menutupi dirinya yang terbilang sedikit lebih pendek dari orang di belakang.
Gadis manis itu berbalik setelah ia tau bahwa bukunya sudah dibantu ambil oleh seseorang di belakang.
"Kalau nggak nyampe, bilang. Punya mulutkan?" Tanya Kaisar yang ternyata membantu Tassia mengambil buku.
Tassia menatap Kaisar dingin. Ia meraih dengan kasar buku yang di tangan Kaisar lalu pergi meninggalkan lelaki itu. Tassia duduk di area baca perpustakaan. Kaisar ikut menyusulnya dan duduk di samping gadis itu. Meletakan tasnya di atas meja lalu mengeluarkan laptop yang ia bawa dari dalam tas.
"Ini kontrak kerja yang om gue kasih. Coba baca dulu nanti tinggal gue print kalau lo setuju." Jelas Kaisar menyodorkan laptopnya ke arah Tassia.
Gadis itu melirik Kaisar sebentar. Lalu matanya kembali melihat ke arah layar laptop. Membaca semua kata perkata yang ada di layar itu. Tassia menyetujui. Ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior 2 : SANDARAN
Teen FictionPerjalanan mereka belum berakhir Hubungan jarak jauh kali ini menjadi pembatasnya Tidak ada status? Namun mereka punya komitmen. Sandaran menjadi tempat istirahatnya.