SANDARAN
°°I found you, meet you°°
____________________Alarm
.
.
.
Nico' meet dayTassia menghentikan langkahnya. pikiran dan hati masih tidak selaras untuk saat ini. Berkecamuk dalam ego masing masing, ingin lanjut menghampiri Kaisar di gerbang sana, atau menelpon dengan alasan tidak bisa. Alarm singkat yang menampilkan sebaris kalimat tidak ingin Tassia lupakan, berhasil membuat Tassia khawatir dengan langkahnya.
Hatinya yang menang. Maaf, untuk saat ini Tassia membutuhkan rembulan yang untuk menutupi malam pilunya. Terus melangkah tanpa memikirkan resiko kedepannya. Yang penting, hatinya bisa tenang bagaimanapun caranya.
Tangan kanannya membuka pintu mobil, kakinya terlebih dahulu merasakan dinginnya di dalam mobil. Kaisar diam, hanya beberapa kata yang keluar dari mulutnya diikuti dengan senyuman pahit. "Jangan mikirin Nico, hari ini lo sama gue.""Harus begitu?" Tanya Tassia, dengan polosnya. Ia mengenakan safetybelt, dengan serius ia menyandarkan punggungnya dengan kursi seolah sedang menumpahkan sejenak emosinya. "Malah didiemin."
"Pokoknya lo have fun sama gue, nggak usah mikirin yang lain." Kaisar menancap gas, membelah ibu kota dengan fokusnya ia ke arah jalan yang terbilang cukup ramai. Malamnya menyebalkan, tapi Tassia membuatnya bisa lebih baik.
☕☕☕
"Iya, dengan Vanny disini. Ini siapa ya?" Jawab Vanny yang mengerang. Ia melirik jam di dinding kamarnya. Jarum pendek menunjukkan pukul sebelas malam.
"Nico."
Jawaban Nico dari seberang telpon membuat Vany menegakan tubuhnya serentak dari dirinya yang baru saja terbangun oleh dering panggilan telpon.
"Ada apa ya?" Tanya Vanny, panik. Mengapa bisa bisanya Nico menelpon Vanny malam seperti ini?. Vanny berusaha setenang mungkin sambil menghela napasnya. "Tumben" timpalnya."Gue di depan tempat tinggal Tassia." Suara Nico terlalu tenang. "Lo lagi nginap? Kalau lagi nginap tolong bukain pintunya dong."
"LO DI INDONESIA?!" Teriak Vanny yang terlalu keras. Pasalnya Tassia sedang pergi menonton konser bersama Kaisar dan di saat bersamaan Nico sudah di Indonesia. "Tunggu."
Vanny mengganti baju tidurnya dengan baju yang sopan. Ia berlari ke sana kemari merapihkan pakaiannya lalu mencari kunci rumah. Berjalan menuju pintu utama dan tangganya sibuk mencari kontak Tassia. Gadis itu tidak mengangkat telponnya. Vanny berdecak sial.
Ia menghembuskan napasnya sebelum membuka pintu.
Klek. Suara pintu terbuka. Langsung menampilkan sosok pria dewasa dengan setelan kasual dan seikat bucket bunga baby breath. Vanny berani bersumpah, kalau Nico bukan milik Tassia saat ini pasti dia sudah jatuh cinta untuk kesekian kali melihat pria yang hampir sempurna di depannya.
"Hai" sapa Vanny. Berusaha menenangkan suasana dirinya. "Tassia lagi kerumah orang tuanya."
"Jangan bohong." Sela Nico dengan wajahnya yang masih sama datarnya. "Gua udah kerumah orang tuanya. Dia nggak ada."
Vanny terdiam. Dia sudah salah berbicara.
Suara mobil berhenti dari belakang punggung Nico. Membuat Vanny dan Nico menoleh ke sumber suara. Mata Nico menangkap sesuatu yang membuat dirinya geram. Tassia turun dari mobil setelah Kaisar membukakan pintu untuknya. Nico masih diam dan Vanny tidak ingin salah bicara. Hasilnya mereka hanya memandangi perlakuan manis Kaisar kepada Tassia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Senior 2 : SANDARAN
Roman pour AdolescentsPerjalanan mereka belum berakhir Hubungan jarak jauh kali ini menjadi pembatasnya Tidak ada status? Namun mereka punya komitmen. Sandaran menjadi tempat istirahatnya.