MY DOG 02

425 45 4
                                    

JAKARTA, 2020

Gadis itu menyisir rambutnya serampangan, membiarkan rambut pendek selehernya tampil apa adanya tanpa dihiasi apa pun. Lantas dia bergegas menyaut tas selempangnya, menyampirkan di bahu dan berlari meninggalkan kamarnya.

Masih berlari-lari kecil, dia mengambil sepatu flat hitamnya yang tertata rapi di rak sepatu. Dia nyaris memegang kenop pintu namun urung saat mengingat sesuatu.

" Haduuh, rotinya ketinggalan." Ujarnya, terburu-buru melepas sepatunya dan berjalan ke arah dapur. Dia mengambil sepotong roti bakar yang sudah dia bakar dan diolesi selai stroberi sebelum mandi tadi.

Gadis itu kembali berjalan tergesa-gesa untuk memakai sepatunya, dan kali ini benar-benar membuka pintu kamar apartemennya. Setelah mengunci pintu apartemen dari luar, dia berlari menuju lift. Dilihatnya pintu lift nyaris tertutup, dia semakin mempercepat larinya.

" Akkhhh ... tolong tunggu!!" teriaknya pada beberapa orang yang berada di dalam ruangan lift. Beruntung seseorang menahan tombol agar pintu lift tetap terbuka. Alhasil gadis itu masih sempat untuk bergabung bersama mereka.

" Terima kasih." Ucapnya pada sosok pria yang berbaik hati menahankan pintu lift untuknya.

Aneila Anggun Ramania itulah nama gadis tersebut. Biasa dipanggil Ane. Seorang gadis dewasa yang tahun ini menginjak usia 21 tahun itu terbilang baru satu minggu menetap di Jakarta. Di Rose Building Apartemen lebih tepatnya. Dia awalnya menetap di Kota Indramayu dan baru merantau ke Jakarta setelah tiga bulan yang lalu dirinya dinyatakan lulus dari salah satu Universitas tempatnya menuntut ilmu. Jika bukan karena kebaikan tetangganya yang membawanya ke Apartemen ini, entah dimana Ane akan tinggal di Ibukota. Dirinya merupakan anak rumahan yang tidak pernah meninggalkan kota kelahiran sebelumnya.

Hari ini, hari pertama Ane berangkat ke tempat kerja. Dua hari yang lalu dirinya mengikuti interview di salah satu perusahan besar, beruntung dirinya diterima.

Ane mencoba mengatur napasnya yang masih terengah sembari menggigit roti bakar di tangan kanan yang tadi belum sempat dia makan.

Ane menoleh ke samping kiri, tersenyum saat mendapati seorang wanita paruh baya menatap dirinya.

" Sarapan bu." Tawar Ane ramah. Si ibu mengangguk disertai senyum, mempersilakan Ane melanjutkan makannya. Tak membutuhkan banyak waktu, roti bakar itu berhasil berpindah tempat ke dalam perutnya.

Gadis ini terbilang memang ramah pada semua orang. Berkepribadian ceria dan menyenangkan. Meski sebenarnya dia juga ceroboh dan pemalas. Itulah salah satu alasan dirinya nyaris terlambat di hari pertamanya berangkat bekerja.

Pintu lift terbuka lebar ketika tiba di lantai dasar gedung apartemen bertingkat 35 lantai tersebut. Kamar apartemen Ane terletak di lantai 20. Dia menghela napas lega karena akhirnya tiba di lantai tujuannya.

Dengan terburu-buru dia berjalan meninggalkan gedung apartemennya. Banyak taksi yang berderet di depan gedung apartemen, bisa saja Ane menaiki salah satunya untuk mengantarkannya ke kantor, namun Ane tak melakukan itu. Dia memilih berjalan menuju halte bus yang memang tak terlalu jauh dengan gedung apartemennya.

Irit dan tidak boleh boros serta harus rajin menabung merupakan moto hidupnya.

Ane sudah bersiap menaiki jembatan penyeberangan menuju halte jika saja telinganya tak mendengar suara ribut dari arah jalan raya. Bahkan suara seorang wanita yang menjerit histeris ikut tertangkap indera pendengarannya.

Rasa penasaran Ane mengambil alih akal sehatnya, mengabaikan waktunya yang mepet dan nyaris terlambat, Ane pun bergabung dengan kerumunan orang-orang di pinggir jalan. Ane menerobos melewati kerumunan orang guna melihat apa gerangan penyebab keributan ini terjadi.

MY DOG IS A CROWN PRINCEWhere stories live. Discover now