Sembari bersenandung, Ane tengah sibuk memasak di dapur mungilnya. Kamar apartemen yang dia tempati bisa dikatakan cukup luas. Ada satu kamar tidur di sana, ruang tengah yang cukup luas, kamar mandi beserta dapur kecil untuk memasak dimana ada ruangan sempit di dekat dapur yang Ane tata menjadi ruang makan.
Sesekali dia menoleh pada kursi yang dia letakan di dapur, tersenyum lebar saat mendapati sosok anjing putih tengah meringkuk di sana. Tentu dia yang meletakan sang anjing di sana dengan dalih dia kesepian dan ingin ditemani anjing yang dia beri nama Lala tersebut.
Tanpa dia ketahui sejak tadi si anjing yang sebenarnya jelmaan dari Alcander, tidak henti-hentinya memutar bola mata bosan. Dia juga beberapa kali menguap lebar, terlebih aroma pedas dari sambal yang sedang dibuat Ane benar-benar membuat hidungnya tak nyaman. Sejak berubah menjadi anjing, indera penciumannya memang dua kali lipat lebih tajam dibanding sebelumnya.
" Sebentar ya Lala, kalau aku udah selesai masak, kita makan sama-sama. Kamu pasti udah laper kan?" tanya Ane. Dia berjalan menjauhi panci berisi sup sayur asam yang sedang dia buat. Mendekati Alcander dan mengelus puncak kepalanya lembut.
" Lala, kamu lucu banget sih. Aku gak pernah lihat anjing selucu kamu."
Ane mengangkat tubuh Alcander, saat gadis itu mendekatkan wajahnya, Alcander tiba-tiba panik. Dia menepis wajah Ane dengan tangan mungilnya. Namun Ane tak gentar, dia terus mendekatkan wajah dan mengecup lembut hidung anjing dalam gendongannya. Ane tak tahu, ya sama sekali tak tahu bahwa tindakannya ini membuat anjing malang itu malu setengah mati.
" Sialan." gerutu Alcander, sayangnya Ane tak bisa mendengarnya.
Alcander memberontak minta dirinya dilepaskan karena Ane sedang mendekapnya erat. Dia tak bisa banyak melawan karena luka di kakinya yang masih berdenyut sakit.
" Ok ... Ok ... aku lepasin kamu. Kamu itu ya gak bisa diem."
Dengan hati-hati Ane menurunkan Alcander dan meletakannya lagi di atas kursi.
" Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana. Aku lanjutin dulu masaknya."
" Memangnya siapa yang mau pergi? kakiku sedang sakit, mana bisa aku pergi." sahut Alcander dalam hatinya.
Ane masih bersenandung riang, sedikit lagi dia menyelesaikan masakannya.
Ketika sup sayur asam yang dia masak akhirnya mendidih, Ane bersorak girang membuat Alcander yang mengantuk itu seketika terkesiap, nyaris terjatuh dari kursi kecil yang dia tempati.
" Gadis itu berisik sekali. Terlebih suka mengagetkan orang lain, menyebalkan. Aku benar-benar tidak suka padanya."
Dengan cekatan Ane menata meja makannya dengan berbagai hidangan yang dia masak sendiri. Tak banyak masakan yang dia buat, hanya ada tempe goreng, telur dadar, sambal dan terakhir sup sayur asam.
Tak lupa dia menuangkan makanan anjing pada piring plastik yang dia siapkan untuk tempat makan anjing peliharaannya. Piring itu dia letakan di lantai, dekat kursinya. Setelahnya, dia mengangkat tubuh Alcander, meletakannya dengan perlahan di dekat piring yang sudah berisi banyak makanan anjing.
" Makan yang banyak ya, supaya Lala cepet sembuh dan gemuk badannya." Kata Ane. Puncak kepala Alcander, Ane elus penuh sayang, membuat Alcander lagi-lagi memutar bola matanya malas.
" Gadis ini tidak sopan, beraninya memegang kepala putra mahkota." Gerutu Alcander untuk kesekian kalinya, tak peduli meski dia tahu Ane tak bisa mendengarnya.
Ane kembali duduk di kursinya, menatap sekali lagi pada si anjing yang tengah mengendusi makanannya. " Selamat makan Lala." ujar Ane riang.
" Sudah ku katakan aku ini laki-laki. Jangan memanggilku Lala lagi, gadis aneh!"
YOU ARE READING
MY DOG IS A CROWN PRINCE
FantasyChapter sudah dihapus karena pindah ke Dreame/Innovel Alcander merupakan seorang putra mahkota dari sebuah kerajaan di abad ke-18. Hidupnya berubah total setelah terkena kutukan yang merubah dirinya menjadi seekor anjing. Ketika dirinya terlempar k...