Aurora

64 2 0
                                    

Happy Reading!
..
.

"Jim, kau yakin akan pergi sejauh itu?" Seo Yun menarik lengan Jimin. Tampak ada keraguan di wajahnya.

"Seo Yun." Jimin menggenggam kedua tangan kekasihnya, tidak lebih tepatnya calon istrinya itu.

"Aku berjanji akan cepat menyelesaikan pekerjaanku dan segera kembali." Jimin tersenyum lebar, eyesmile miliknya tampak begitu jelas. Seo Yun ikut tersenyum.

"Janji?" Seo Yun mengangkat jari kelingkingnya.

"Janji." Bukannya mengaitkan jari telunjuknya juga, Jimin malah mencium pucuk kepala Seo Yun.

"Baiklah, pergilah mereka menunggumu di sana." Seo Yun menjauhkan dirinya, mendorong dada bidang milik Jimin.

Tanpa sepatah katapun, Jimin membalikkan badannya dan meninggalkan Seo Yun begitu saja. Seo Yun sedikit sedih, padahal sedari tadi ia menantikan satu kalimat dari bibir Jimin.
Ia memperhatikan Jimin dari belakang, pria itu kini tumbuh dewasa menjadi sosok yang pemberani dan gagah. Ya, Jimin adalah seorang Panglima Tempur. Jabatan itu ia dapatkan karena ketangguhan dan keberanian sosoknya dalam berperang, jika mendengar namanya saja sudah membuat bulu kuduk musuh berdiri ketakutan.

Seo Yun terus memperhatikan Jimin, sampai Jimin menginjakkan kakinya ke pembatas antara kapal dan jembatan dermaga itu. Sepertinya Jimin tidak akan mengucapkan kalimat itu. Dia melihat punggung Jimin menghilang karena masuk ke dalam kapal yang berukuran sangat besar itu.

Seo Yun membalikkan badannya, menenteng keranjang roti miliknya dengan gaun yang di terpa angin. Ia tampak begitu anggun dengan rambut panjangnya yang terurai.

"SEO YUN AHH!!" Suara itu menghentikan langkah kaki Seo Yun dan melihat ke arah suara itu, itu suara Jimin. Menampakkan separuh badan Jimin yang terlihat di bagian depan kapal dengan melambaikan kedua tangannya, ia tampak begitu bahagia.

"AKU MENCINTAIMU, SEKARANG DAN SELAMANYA!"

Sebuah kalimat yang berhasil membuat air mata Seo Yun lolos, padahal dia sudah menahannya sedari tadi. Namun sepertinya untuk momen kali ini dia gagal.

Dia akan merindukan sosok Jimin, Jimin yang begitu perhatian dan menyayanginya dengan tulus. Jimin yang selalu menghibur dirinya setiap saat. Jimin sudah seperti tempat bersandar dan pengaduan terakhir Seo Yun, dia sangat-sangat mencintai Jimin. Tidak ada bandingannya.

"Aku juga mencintaimu, Jim." Seo Yun terlarut dalam suasana sendu ini, sampai-sampai ia lupa kalau kapal yang di naiki Jimin sudah menghilang dari dermaga. Ia menghapus air matanya, mencoba merapikan kembali penampilannya.

*****

"Seo Yun-ssi!" Pria itu melambaikan tangannya. Seo Yun membalas dengan senyum anggun khas miliknya.

"Hi, Hwall! Apa kabarmu?" Seo Yun menyapa kembali Hwall yang tampak begitu bersinar hari ini.

"Kenapa kau suka sekali memanggilku dengan sebutan Hwall? Jelas-jelas namaku Hyunjoon, bisa saja Hyun atau Joon." Hwall tampak protes.

"Kau tahu Hwall, kau itu sangat menggemaskan jika sedang protes seperti ini." Seo Yun mencubit pelan hidung Hwall dan mempercepat langkahnya.

HIRAETH // BLIND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang