Yora kembali terbangun saat lagi–lagi dia tanpa sadar tertidur. Dia menatap sekeliling, menemukan sebuah kamar besar nan elegan tengah mengurungnya saat ini. Well, Yora yang terlalu lelah dan pusing itu tertidur sesaat setelah si pengawal berwajah dingin bernama Lucas tadi memang membawanya –ah tepatnya– mengurungnya disini karna fakta bahwa lelaki itu mengunci pintu dengan rapat dan menutup akses keluar dari sini tanpa memberikannya kesempatan. Gadis itu menggeliat kecil kemudian bangkit dari ranjang queen size bersprai satin putih itu menuju kearah jendela. Mentari telah kembali keperaduan terganti langit malam yang kelam, Yora kemudian meraba sekitar mencari saklar lampu. Mengendap–endap disisi tembok sampai tangannya menemukan sebuah benda kotak kecil disana dan,
Clik!
Lampu besar ditengah kamar bersinar terang, membuat kamar yang tadinya remang itu menjadi terang benderang. Yora mengedip. Wow! Kamar ini benar–benar mewah dengan segala perabotan yang super mahal dan mengkilat. Lemari kaca besar, meja rias, nakas dan pot besar berisi bunga latullip segar diujung ruangan, tiga kali lipat lebih besar dari kamar mungilnya dirumah. Ah, memikirkan rumah, bagaimana keadaan adiknya? Bagaimana Hanbin sekarang? Apakah lelaki itu sudah makan? Apa yang dia lakukan? Apa dia baik–baik saja? Kyungsoo kembali mendudukkan dirinya disisi ranjang, kembali berfikir. Apa yang sebenarnya tengah terjadi? Apa yang Ayahnya rencanakan? Ini rumah siapa dan siapa lelaki menyeramkan yang bernama Maxwel Miller tersebut? Pertanyaan tanpa jawaban yang pasti itu kembali membuatnya merasa pening luar biasa. Yora terdiam, menarik nafas panjang mencoba menenangkan diri dari pemikiran buruknya. Tidak tidak, dia tidak sedang diculik kan? Lagipula jika dia diculik, pasti saat ini dia sudah bangun disebuah tempat kumuh dengan mulut terplester dan tangan serta kaki terbogol. Membayangkan itu membuat Yora bergidik, setidaknya dia harus bersyukur karna dia terbangun dikamar yang wajar. Meski dia tidak tahu apa yang akan menantinya nanti. Lamunannya terbuyar, gadis manis itu kemudian tersentak kecil saat mendengar suara ketukan pintu serta suara kunci yang terdengar diputar. Yora segera saja bangkit dengan waspada, siapa tahu lelaki menyeramkan itu yang datang, siapa tahu kan?
"Selamat malam noona, makan malam sudah siap." Seorang pelayan wanita dengan pakaian putih serta rok hitam selutut dengan topi renda hitam itu mendorong sebuah trolli berisi penuh makanan mendekati Yora setelah menutup pintu.
"Selamat malam. Namaku Yoon Moo, tapi noona bisa memanggilku Momoi, aku ditugaskan oleh Tuan Kim untuk membantumu."
Eh? Ditugaskan? Membantu?
"A..apa?" Yora fikir dia bukan tamu istimewa dirumah ini sampai seorang pelayan pribadi mendatanginya. Lagipula, dia tadi sudah diperlakukan dengan kasar, dia diseret masuk. Pelayan muda itu tersenyum melihat gurat ragu diwajah Yora, dia kemudian membuka lemari besar tersebut, mengeluarkan piama tidur tipis berwarna hitam dan meletakkannya diatas ranjang.
"Makanlah sebelum supnya dingin, aku akan menyiapkan air hangat untukmu." Momoi kembali tersenyum, kini gadis itu memasuki kamar mandi yang berada disebelah barat untuk menyiapkan air panas. Yora termenung, mengedip kearah makanan diatas trolli yang menggoda tersebut. Satu mangkuk nasi putih hangat, Soup daging Zuppa khas Italia, omelet, salad dan satu gelas tinggi air mineral. Menghela nafas ragu, gadis manis itu menunduk memegangi perutnya yang mulai meronta. Tidak, bagaimana jika pelayan bernama Momoi tadi hanya memanipulasi dengan berbuat baik dan malah memasukkan racun kedalam makanan ini?
"Kenapa belum dimakan noona?" Momoi muncul dibelakangnya sambil mengerutkan dahi, dia menatap Yora yang terlihat mau namun ragu. Sejenak dia terdiam membaca ekspresi wajah Kyungsoo dan terkekeh kecil.
"Aku tidak mungkin meracunimu noona, kau tamu istimewa disini, mana mungkin aku membunuhmu." Momoi mengedikkan bahu, mengambil satu sendok besar mangkuk dan memasukkannya kedalam mangkuk lain yang berisi nasi hangat.
"Nah, makanlah. Noona pasti lapar." Yora masih diam, tidak merespon, menatap gadis pelayan didepannya dengan perasaan dilema luar biasa. Dia lapar, tapi..
"Noona.."
"Um, a..apa tidak apa–apa?" Maksudnya Yora sedang diculik, apa bagus menerima makanan dari sipenculik? Terlihat tidak baik namun perutnya tidak bisa dijak berkompromi. Gadis itu kemudian dengan ragu menerima mangkuk pemberian Momoi, menatapnya sejenak dengan ragu sementara pelayan muda itu terus mendesaknya untuk segera makan. Sambil mengucapkan do'a agar dia diberi keselamatan, Kyungsoo mengambil satu suapan dan membawanya dengan ragu kedalam mulutnya. Terdiam sejenak sebelum mengunyahnya dengan perlahan.
"Bagaimana?" Bola mata Yora melebar. Tidak, dia tidak merasakan lehernya tercekik atau sakit karna reaksi racun. Tapi Astaga! Sup ini luar biasa enak. Binar cerah muncul dimatanya, dan dengan semangat Kyungsoo mulai membawa makanan itu dengan cepat kemulutnya, membuat Momoi tanpa sadar tersenyum senang. Diam–diam menghela nafas lega. Pasalnya, nyawanya tengah menjadi taruhan jika dia kembali dengan trolli yang masih penuh tanpa disentuh.
"Dara, kepala koki disini adalah yang terbaik noona, sesekali anda harus mencicipi semua keajaiban yang dia ciptakan."
.
.
.
Yora mengerang segar saat tubuh mungilnya keluar dari dalam bathup. Dia meraih selembar handuk putih yang telah disediakan kemudian melilitkan handuk tersebut kedadanya, membiarkan ujungnya jatuh menjuntai sampai setengah pahanya. Aroma German Chamomile menguar dari seluruh tubuhnya, membuat Yora menjadi segar dan sewangi bayi. Sambil bersenandung kecil, gadis manis itu meraih gaun tidur pemberian Momoi. Gaun terusan tipis berwarna hitam, menatap gaun tidur itu sambil berfikir apakah dia harus memakainya atau tidak. Yora sebenarnya merasa ragu, pasalnya gaun ini terlalu tipis. Tapi baju yang dia pakai dari rumah tadi sudah basah, selain itu, dia juga tidak tahu dimana kopor berisi pakaiannya. Tidak mungkin dia akan memakai pakaian awalnya yang basah kan? Menghela nafas pasrah menyadari tak ada pilihan, Yora segera memakai gaun tersebut dan keluar dari kamar mandi.
"Wow." Suara rendah itu. Yora terkejut, meringsut mundur demi mendapati sosok lelaki tegap tengah bersandar di kusen jendela yang gelap dan tertutupi oleh bayang–bayang rembulan dan tengah melemparinya dengan tatapan tajam. Yora mendadak merasakan ketakutan yang luar biasa tepat saat lelaki itu melangkah mendekat ke arahnya, ekor matanya menilik gadis mungil didepannya dari atas ke bawah dan tersenyum kecil.
.......
KAMU SEDANG MEMBACA
PrimRose ❤
Teen FictionYora BagaiKan mawar yang lugu,Polos dan Naif Yang Terjerat di sangkar Emas Maxwel Miller