Part 5

1 1 0
                                    

Hanbin menggeliat pelan saat merasakan matanya sangat silau oleh panasnya matahari, remaja tampan itu kemudian membuka matanya, merasakan hawa dingin menyapa tubuhnya. Hanbin menatap kesamping, menemukan kumpulan awan bergerak ringan, pandangannya kosong melayang jauh, mengabaikan keramaian disekitarnya.

"Selamat pagi Hanbin Astan, anda butuh sesuatu?" Seorang wanita cantik kemudian mendekatinya, tersenyum ramah menanyakan apakah dia membutuhkan sesuatu.

"Kopi," Sahutnya tanpa menoleh.

"Apa perlu dengan tambahan biscuit?"

"Ya,"

"Baiklah, tunggu disini sebentar." Gadis itu kemudian beranjak pergi, meninggalkan Hanbin yang kembali merenung. Lelaki itu menghela nafasnya pasrah. Dia rindu Noonanya, dia rindu Yora. Bagaimana keadaan kakaknya tersebut? Apa pria itu memperlakukannya dengan baik? Apa Yora menderita disana? Hanbin menyesal karna saat ini dia terlalu lemah sehingga tidak mampu melindungi kakaknya. Kedua tangannya terkepal kuat, dalam hati kecilnya lelaki itu berjanji pada dirinya sendiri. Bahwa nanti, suatu saat dia pasti akan menjadi kuat dan kembali untuk menjaga kakaknya tersebut.

"Noona, aku merindukanmu." Lirihnya pelan, kemudian aroma kopi tertangkap oleh indra penciumannya. Aromanya yang pahit kembali mengingatkannya pada Yora. Biasanya setiap pagi, Noonanya akan selalu membuatkannya satu cangkir kopi panas sebagai penyemangat. Noona..

.

.

.

Yora menggantungkan keranjang kayu sulam dilengan kirinya, sementara tangan kanannya masih sibuk memetik berbagai macam bunga segar didepannya itu. Aroma mawar, melati, krisan dan anggrek menyebarkan wangi yang semerbak, mekar sempurna siap untuk dirangkai.

"Sudah berapa lama kau merawat kebun ini Ilhoon?" Tanya Yora, memetik krisan putih dan mencium aromanya dengan hikmad. "Kau merawatnya dengan baik," Lanjutnya dengan senyum manis. Sementara Ilhoon dibelakangnya hanya tersipu malu atas pujian Yora. Disampingnya juga berdiri Ara yang hanya diam menemani sang Majikan.

"Aku baru bekerja disini nona, sekitar dua bulan yang lalu. Saat aku datang, taman ini hanya lapangan bola yang tidak terurus." Yora nampak terkejut mendengar itu, gadis manis tersebut kemudian menatap Ilhoon dengan tak percaya.

"Benarkah?"

"Ya nona," Ilhoon membungkuk kecil, memperhatikan Nonanya yang kembali berkutat mengumpulkan bunga-bunga segar itu.

"Apa yang akan Nona lakukan dengan bunga-bunga itu?"

"Merangkainya, tentu saja."

"Apa aku boleh membantu?" Tanya Ilhoon pelan, membuat Yora menatapnya dengan senyum cantik.

"Dengan senang hati," Ilhoon membulatkan matanya senang. "Ayo bantu aku memetik bunga lebih banyak, agar aku bisa merangkainya lebih cepat." Yora melambai memberi perintah agar lelaki itu ikut memetik bunga disampingnya, Lelaki muda itu mengangguk, dia berniat mendekati Yora, namun langkahnya terhenti saat sang Tuan datang, berjalan santai mendekati mereka. Tak merasakan Ilhoon membantu memetik bunga didekatnya, gadis itu memanggil nama lelaki itu sambil membalikkan badannya.

"Ilhoon, kau bi-" Kalimatnya terhenti dipangkal tenggorokan saat mengetahui apa yang tengah terjadi saat ini. Yora menelan ucapannya dan memilih bungkam, terdiam membisu saat mendapati sepasang mata kelam itu kembali menatapnya dengan tatapan intens, seolah mata itu dapat menelanjangi tubuhnya saat ini juga.

"Kenapa berhenti?" Max melipat kedua tangannya didepan dada, tersenyum samar melihat gadis manis itu tidak bisa berkutik. "Lanjutkan saja Yora," Ucapnya. Yora terdiam, menekan segala rasa takutnya dan memberanikan diri melakukan apa yang dia ingin lakukan saat ini.

PrimRose ❤ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang