"Siapa gadis yang kau gandeng itu Tuan Miller ?" Max hanya tersenyum tipis atas pertanyaan yang terlontar dari pria paruh baya didepannya ini. Gabriel Avavonic, CEO MShert. Salah satu pemilik situs hiburan yang terkenal di Jerman, teman bisnisnya juga.
"Mungkinkah dia Kekasihmu? Bukankah kau single?" Gabriel masih ngotot bertanya, sementara disampingnya, putrinya yang cantik bernama Letysa Avavonic terus menunggu jawaban dari Max dengan mimik serius, seratus persen yakin bahwa apa yang CEO MShert itu tanyakan adalah perwakilan dari pertanyaan putrinya. Hah!
"Tentu saja, apa aku terlihat berbohong kepada anda?" Gabriel Avavonic terdiam, matanya bergerak gelisah saat mendapati bahwa sudut ekor lelaki didepannya ini menatapnya tajam seolah memperingati jangan bertanya terlalu jauh atau bahaya akan mengintaimu. Well, mungkin rumor yang mengatakan bahwa Max adalah manusia kejam didunia bisnis adalah benar. Segera CEO MShert itu mengangguk paham, berpamitan dan mengajak putri cantiknya yang protes pergi dari sana.
Cih!
Max mendecih, ekor matanya beralih menggilas seluruh isi ruangan dengan matanya dan menemukan seorang gadis dengan gaun pinknya tengah kebingungan seperti gadis linglung. Ah, seramai apapun tempat ini, gadis itu selalu memancarkan aura yang membuat Max silau dan hanya memfokuskan pengelihatan padanya. Bahaya! Yora adalah racun.
.
.
.
Max sudah menaiki panggung dan memberikan sambutan kecil, mengalihkan perhatian seluruh tamu pesta agar terus menuju kearahnya bagai seorang pengikut setia. Beberapa gadis juga tengah melontarkan berbagai pujian padanya. Ah! Max memang bintang bagi semua orang yang hendak mencoba untuk menggenggamnya. Istilahnya seperti itu, menggenggam sebuah bintang ditelapak tangan kita? Hebat bukan?
Well, Yora merasa tidak nyaman saat ini, ada lelaki yang tengah memperhatikannya disudut sana. Saat lelaki itu menyapa dan mengatakan 'hai' padanya, gadis manis itu hanya mengangguk gugup dan berlalu pergi. Tapi siapa sangka jika lelaki itu ternyata mengikutinya.
"Jangan takut," Lelaki itu berbicara lumayan dekat dengannya, bahkan Yora merasa bahwa lelaki itu saat ini sudah ada dibelakangnya. Yora hanya menunduk, tak berani mendongak. Dia takut,Max masih memperhatikannya dari atas panggung di sela–sela pidatonya.
Grep!
Lalu sebuah lengan menahan tubuhnya yang akan menjauh pergi, Yora sontak terlonjak kaget dan kepalanya mendongak bertatapan dengan orang tersebut.
Oh, sempurna.
Yora mengedip, terbengong–bengong membuat si lelaki itu terkekeh kecil. Astaga! Yora terpaku, sepasang mata kehijauan itu membuatnya terpesona saat itu juga.
"Aku melihatmu seorang diri seperti orang asing disini," Dia melepaskan pinggang Yora dan mengangkat bahu. "Aku hanya menyapamu kok, aku melihatmu datang dengan Max tadi."
"Um," Yora hanya mengangguk, tidak tahu harus melakukan apa. Sementara lelaki tinggi gagah dengan wajah luar biasa tampan itu menatapnya intens.
"Aku Richard MaxTon." Dia mengulurkan tangannya dan Yora menerimanya ragu, senyum kecil dia paksakan dibibir hatinya.
"Yora Astan "
"Nama yang cantik secantik orangnya," Puji Richard dan Yora merona.
"Mau minum anggur?"
"Aku tidak suka alcohol, maaf!" Tolak Yora pelan dan lelaki bernama Richard itu mengangguk. Richard mengambil segelas anggur merah, menyeruputnya sendiri dengan ekor mata yang masih menatap Yora lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PrimRose ❤
Teen FictionYora BagaiKan mawar yang lugu,Polos dan Naif Yang Terjerat di sangkar Emas Maxwel Miller