Sesampainya di ruang guru, Christy segera mengedarkan pandangannya mencari Bu Cahya. Ia melihat sosok Bu Cahya di bagian guru IPA. Christy pun segera menghampiri Bu Cahya untuk memberikan daftar hadir.
"Permisi, Bu. Ini daftar hadir dari Gugus C. Semua siswa hadir, Bu," kata Christy sambil menyerahkan daftar hadir tersebut.
"Oh iya, terima kasih ya, Nak. Sekalian minta tolong bilang ke koordinator Gugus A dan B untuk segera mengumpulkan daftar hadir ini, ya," pinta Bu Cahya sambil mengecek kembali daftar hadir yang baru beliau terima.
"Baik, Bu, nanti saya sampaikan. Kalau begitu saya pamit kembali ke gugus," pamit Christy hendak beranjak dari tempat itu.
"Eh, tunggu sebentar, Christy. Ibu mau ngomong sebentar sama kamu. Ibu lihat kan kamu selalu cekatan dan disiplin dalam OSIS selama ini. Bagaimana kalau kamu ikut Forpis?" tanya Bu Cahya.
"Eh?? Boleh Bu? Saya kan bukan anak PMR," balas Christy terkejut.
"Loh tentu saja boleh. Saya lihat dari kinerja kamu di OSIS juga cukup bagus. Jadi tidak masalah kalau kamu mau ikut," jawab Bu Cahya sambil tersenyum.
"Mm tapi, Bu. Saya kan tidak pernah ikut PMR, kalau saya tidak bisa beradaptasi bagaimana, Bu?" cemas Christy.
"Tenang aja, saya percaya kamu pasti bisa kok. Adikmu, Rissa, juga ikut lo. Kan di PMR juga ada Chaca, Donita, dan Mutiara. Tenang saja, kalau kamu takut tidak ada teman, kan temanmu ikut PMR, jadi, kamu tidak akan sendri. Jadi, ikut ya, Christy?" kata Bu Cahya meyakinkan.
Christy berpikir cukup lama. Ia bingung apakah ia ikut atau tidak.
"Mm, saya coba pertimbangkan terlebih dahulu saja ya, Bu, saya masih bingung," jawab Christy dengan sedikit cengiran.
"O ya udah. Kalau kamu mau ikut, temui Bu Cahya ya. Bu Cahya pergi dulu ya. Ada berkas yang harus ditanda-tangani kepala sekolah," kata Bu Cahya sambil melangkah menuju ruang kepala sekolah.
Christy hanya tersenyum menanggapi dan bergegas kembali menuju gugusnya. Dalam benaknya, terngiang-ngiang tawaran Bu Cahya tadi. Karena hanyut dalam pikirannya, tak sadar ia telah menabrak seseorang.
"Aduh," "Auww.." kata Christy dan orang yang ia tabrak bersamaan.
"Heh, nek mlaku iku nganggo mri— Eh Iqbal, maaf, maeng aku ngelamun," kata Christy tersenyum malu.
"Oalah iya gapapa, ndek maeng aku yo gak ngingeti dalan. Kowe gapapa eh?" tanya Iqbal cukup khawatir.
"Iyo, gapapa kok. Santuy. Meh ning ndi eg?" tanya Christy.
"Iku. Meh manggil guru selanjutnya, soale wis wayahe ganti materi," kata Iqbal tersenyum tipis.
"Oalah, ya wis aku ndisikan ya. Tiati," kata Christy bergegas pergi tanpa menunggu balasan dari Iqbal.
Iqbal tersenyum menatap punggung Christy yang semakin menjauh.
***
Suara ricuh dan teriakan terdengar dari dalam ruangan itu. Christy menatap kekacauan itu sambil menghela nafas lelah.
"Perhatian!! Diharap semua tenang!! Diam dekk!!" teriak Chaca tapi tak ada satu pun yang merespon.
"Mbak, adik-adik e gak gelem meneng i, pie?" kata Fajar mencoba ikut menenangkan kelas.
"Sek diluk, tak njupuk sesuatu," kata Christy sambil berjalan menuju penggaris kayu di pojok ruangan.
Cetarr.. Cetarr...
"Bisa diem gak dek?" geram Christy.
"Tunggu gurunya dengan tenang. Gak usah ribut sendiri. Kalau sampai ada yang buat rusuh, maju ke depan hafalkan pembukaan UUD 1945 alinea 1-4. Mengerti?" teriak Christy menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Schield
RomanceApa yang berpikir olehmu ketika mendengar kata cinta pertama? Bahagia? Sedih? Untuk pertama kalinya merasakan apa itu yang namanya cinta. Tentu indah dan sulit tuk dilupakan bukan? Tapi, bagaimana jika cintamu itu terhalang oleh sebuah perbedaan ima...