Chapter 4

50 8 1
                                    

Bunyi alarm mengusik Sang Putri Tidur dari mimpi indahnya. Dia mengambil HP di meja dekat ranjangnya itu, mematikan alarm dan melihat jam. Pukul 5 pagi, 30 menit lebih awal bagi seorang Christy bangun. Rasanya malas 'tuk beranjak dari kasur kesayangan. Seolah kasur itu menggodanya untuk terlelap kembali. Namun, teringat bahwa hari ini pengurus OSIS harus berkumpul lebih awal. Dengan berat hati, ia berjalan meninggalkan tempat ternyamannya. Tak berselang lama, Christy siap berangkat ke sekolah. Kali ini ia berangkat dengan sepeda. Ada urusan mendesak yang membuat Papa tidak bisa mengantarnya dan Rissa.

***

Sepeda biru itu memasuki gerbang sekolah. Parkiran masih tampak sepi. Tentu saja, ini masih pukul 06.30, belum banyak orang yang datang di jam itu. Christy melangkahkan kakinya menuju kelas. Sepi, hanya ada lorong panjang. Setibanya di kelas, matanya menangkap sosok Chaca yang duduk di bangkunya.

"Pagii, Chaca!!" sapa Christy ceria, meletakkan tasnya di sebelah Chaca.

"Pagi. Eh, Ty, engko sido latihan mbe Pak Parjo kan?" tanya Chaca.

"Sidolah. And you know kan, mesti aku dikon mlaku mubengi sekolah nggo nyeluki cah padus," kata Christy masih kesal dengan Pak Parjo.

"Yang sabar ya, Kak. Sapa ngerti kan bar mubengi sekolah kowe tambah tinggi," goda Chaca tertawa, Christy mengerucutkan bibirnya.

Pintu kelas terbuka. Tampak seorang pria bertubuh tinggi dan tambun berjalan dengan anggun menuju bangku kedua dari baris kedua dari pintu kelas.

"Pagi, Seno!" sapa Christy hangat melambaikan tangan.

"Pagi, Christy!" balas Seno sambil meletakkan tasnya.

"Eh, Sen, wali kelase kene sapa eg?" tanya Christy.

"Kok kamu gak tau sih, Ty? Emang kemarin kamu ke mana?" tanya Seno heran.

"Lah kan kemarin aku OSIS," balas Christy.

"O iya Deng, lupa. Eh, loh tek gak nyimak grup?" tanya Seno.

"Uwis, tapi kan gak ada pembahasan tentang wali kelas, mbe kemarin aku mok lihat jadwal pelajaran," balas Christy.

"Oalah, wali kelasnya Bu Ayu, guru fisika, eh iya kayaknya piketmu hari ini deh. Gak piket po, Ty?" kata Seno.

"Eh, iya po? Ndi ndelok jadwal pikete," kata Christy.

Seno memberikan susunan jadwal piket kelasnya. Christy membacanya dengan cermat dan ternyata memang benar. Setelah mengucapkan terima kasih, Christy berdiri dan berjalan ke tempat alat kebersihan. Ia mengambil sapu dan mulai menyapu bagian paling ujung belakang di kelas itu.

"Aduhh, rajin e Christy," ejek Donita berjalan menuju bangku dekat Christy berada.

"Diam kau!" seru Christy kesal.

"Hahaha. Eh iya, engko kan pelajaran e Bu Tatik? Kowe melu pelajaran opo dispen OSIS?" tanya Donita sambil meletakkan tasnya.

"Hmm terserah sih, menurutmu gimana, Cha?" tanya Christy pada Chaca sambil meletakkan sapunya ke tempatnya semula.

"Melu pelajaran sek ae. Roh kan Bu iku gak ana toleran mbe cah OSIS. Opo meneh iki matematika wajib, materi akeh bund. Engko nek ketinggalan pelajaran malah saya diheem," jawab Chaca.

"Oh ya udah, eh terus daftar hadir e gimana?" tanya Christy.

"Halah, kan masih ada anak OSIS lain," sahut Donita sambil berjalan ke arah Chaca.

"O iya lupa, kalau gitu ya wis melu pelajaran sek," kata Christy sambil menepuk dahinya, dan duduk di sebelah Chaca.

Tak lama terdengar suara bel pelajaran pertama dan semua siswa segera menempati bangkunya masing-masing.

He is My SchieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang