2. Pisah Kelas

4 2 2
                                    

Kelas kita mungkin pisah
Tapi hati kita harus tetap satu

A cia cia cia

🌻🌻🌻

Ciiiit....

Motor matic merah itu berhenti tepat di samping sebuah tiang parkiran dengan sempurna diiringi suara rem yang berdecit memekakkan telinga. Happy turun dari motor itu dengan bibir yang tertekuk. Sedangkan di belakangnya berdiri cowok dengan senyum mengembang lebar.

"Py,"

Tak ada sahutan apapun dari Happy.

"Py."

Masih tak ada jawaban.

"Py!"

Happy membalikkan badannya dengan kesal. Bibirnya masih tertekuk, bertanda dia masih marah dengan Utara.

"Py,"

Kesabarannya habis sudah, dari tadi Utara terus menyebut namanya tanpa menjabarkan apa maksudnya.

"Pa pi pa pi. Lo kira gue sapi."

"Hehehe.."

Yang diajak bicara kini malah cengengesan. Bener bener stres nih bocah.

"Ya udah. Hep,"

Happy menaikkan satu alisnya. Bingung sendiri dengan apa yang diucapkan Utara.

"Kata lo tadi jangan pake Py. Ya udah gue panggil Hep. Nama lo kan cuma Happy, nggak ada embel embel lainnya."

Happy langsung membalikkan badannya lagi meninggalkan Utara yang kini berlagak 'sok' lugu. Utara bener bener sudah membuat moodnya hancur di hari pertama kelas 12 nya.

Happy berjalan menghampiri Kumala, teman kelas 11 nya dulu yang kini sedang berdiri di depan mading.

"Hai, La. Udah nangkring aja lo pagi pagi." sapa Happy.

"Hei, Py. Ya iya, dong. Harus semangat. Btw, kita sekelas lho.."

Happy membelalakkan matanya. Senang rasanya bisa sekelas lagi dengan Kumala, teman satu bangkunya dulu sekaligus sahabatnya.

"Oh ya? Kita duduk bareng lagi, ya? Ya?" pinta Happy.

"Biasa aja kali. Seneng amat keliatannya," bukannya Velisa yang menyahut, malah makhluk astral tadi pagi yang muncul. Utara kini sudah berdiri di belakang Happy.

"Yee.. sirik aja lo. Bilang aja lo ngarep sekelas bareng gue. Iya, kan?" sahut Kumala.

"Idih.. Kegeeran lo. Btw, gue kelas apa?"

"Mana gue tahu, liat aja sendiri noh di mading". jawab Kumala.

Utara mau tak mau harus berdesak desakkan dengan murid lainnya. Dengan mudah, dia sudah sampai di depan mading karena tubuhnya yang lihai berliuk liuk di tengah kerumunan.

Tak lama kemudian Utara menghampiri Happy dan Kumala dengan raut sedih. Dia berdiri di depan Kumala. Yang membuat Kumala mendongak untuk melihat wajah menyedihkan milik Utara.

" Kenapa lo? Itu wajah apa karpet lipat? Ditekuk mulu," kata Kumala yang merasa ada yang salah dengan Utara.

"Gue kelas XII Ipa 3," sahutnya lesu.

"Terus kenapa?" tanya Happy yang tak mengerti.

"Oo.. Gue paham. Lo sedih karena nggak sekelas sama gue dan Happy, kan? Ya ampun Ut, santai aja kali, walau kita beda kelas, tapikan masih bisa ketemu. Iya nggak, Py?" jawab Kumala.

"Emang kita kelas berapa sih, La?" tanya Happy yang bahkan kelasnya sendiripun dia tak tahu.

"Lo sama si Kumal kelas XII Ipa 1. Sedih aku tuh," kata Utara dengan nada yang dilebih lebihkan.

"Ya elaah.. Lebay amat lo. Lagian, gue kan masih bisa nebeng lo, jadi masih sering ketemu, kok." kata Happy berusaha menghibur sahabatnya itu.

"Nebeng aja lo pentingin. Tapi bukan itu alasannya. Gue sedih karena pasti kalo jamkos nanti gue suntuk, soalnya nggak ada yang bisa gue kerjain, Py."

"Lo kerjain aja tuh Cecep. Dia juga takut kecoa kok," kata Happy enteng.

"Tapikan sensasinya beda,"

"Sensasi apaan, sih. Eh btw, itu di bawah nama gue kok ada nama Reece Bibby? Siapa sih dia? Nggak pernah denger gue." kata Kumala berusaha mengalihkan topik pembicaraan setelah tadi dilihatnya sekilas nama yang asing itu.

"Reece? Namanya bule, ya. Murid baru palingan." jawab Happy.

"Gue nggak peduli mau dia bule, mau dia bule, mau dia kecebur got, atau apapun. Gue masih sedih kenapa gue pisah kelas sama lo, Py."

Happy memutar bola mata malas. Sedangkan Utara masih menunjukkan wajah cemberut yang dibuat buat. Utara memang begitu manja. Entah itu di luar lingkungan sekolah ataupun masih di sekolah. Yang tak keduanya sadari adalah sebuah senyuman terpaksa dari Kumala yang hinggap sedari tadi.

"Tau ah, Ut. Yuk La masuk ke kelas." kata Happy sambil menggandeng tangan Kumala.

"Yuk."

"Eh tunggu.. Gue masih mau ngomong dulu," ucap Utara menghentikan langkah Happy dan Kumala.

"Apaan, sih?" kata Happy sewot.

"Kelas kita mungkin pisah. Tapi hati kita kita harus tetap satu. Ea ea ea ea" kata Utara gaje.

"Kan.. Penyakit bucin lo kambuh, Ut. Kayaknya lo kebanyakan ngikutin akun quotes galau, deh." jawab Happy sambil berlalu meninggalkan Utara yang kini sedang jingkrak jingkrak nggak jelas.

Sedangkan Kumala hanya menunduk dan pasrah tangannya ditarik Happy. Pipinya terasa memanas dan tak hentinya dia menahan senyum yang enggan luntur dari wajah manisnya.

🌻🌻🌻

Hai..
Menurut kalian gimana ceritanya?
Jangan lupa vote ya...
Tetap jaga kesehatan🤍

(Bonus potonya si Blek)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bonus potonya si Blek)

Love Again • New Hope ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang