Bagian Tiga

12 2 0
                                    

"Hanum, udah makannya belum? "
Tanya Dijah, membuyarkan lamunanku
"Hah, apa?" Tanyaku
"Lah, daritadi belum beres juga makannya, lama amat,  kamu lagi ngelamunin apalagi Hanum sahabatku yang cantik ini, tapi cantik an aku. "
"Aku, aku...ah engga lagi ngelamun juga. "
"Boong bangetdah, keliatan tuh muka yang jelek tambah jelek deh kalo lagi ngebohong haha.. "
"Apaansih, gangerti !" Ucapku sambil melanjutkan makan
" Aku nunggu dikamar ya, mau beres-beres baju soalnya nanti Sabtu mau pulang ke Tasik. "
"Hah, pulang? Ngapain pulang kan Senin kerja cape dijalan dong. "
" Kata siapa Senin kerja? Kamu kemana aja Hanum?  Senin tanggal merah, jadi aku pulang Sabtu sore kesini lagi Senin siang. Lagian aku udah kangen banget sama Mamah, adik aku juga mau ada acara lomba hadroh hari Minggu di aula desa jadi pengen datang, pengen liat dia tampil."
"Dijah, bang Yudha ngajak ketemu. Gimana dong?" Tanyaku sedikit berkaca-kaca
" Lah kok, malah mau nangis sih? Kan harusnya bahagia mau ketemuan, siapa yang nyamperin? Dia? Terus mau kesini kapan?  Bawa orangtuanya ga?" Tanya Dijah, sambil duduk didepanku

Dijah memang sudah tau mengenai hubunganku, aku sering curhat, Dijah pendengar baik, dia juga menjaga rahasia hubunganku dengan Bang Yudha yang seorang non muslim.

"Aku bingung, dia ngajak nikah tahun depan. "
"Serius Num, terus dia mau masuk Islam? " Tanya Dijah sedikit kaget

Dibalik kaca dapur, tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedang mengintip mendengarkan pembicaraan mereka.
Dia, tersenyum sinis seolah-olah dia akan memenangkan sebuah juara.

" Dia serius, dia mau mengikutiku masuk islam, dia ingin menjadi seorang mualaf dia akan belajar agama Islam bersama ibunya, dan belajar Islam ke Bang Azam seorang sahabatnya dia bilang seperti itu padaku. Dijah, aku belum siap, aku takut. Aku takut kalo jalan yang aku pilih salah besar, aku takut dengan keluargaku. Aku bodoh, kenapa dulu engga memikirkan kedepannya. Aku terlalu mengikuti hawa nafsu hiks..hiksss.. " Air mataku, sudah tak kuat terbendung akhirnya aku menumpahkannya didepan Dijah.  Dijah menghampiriku, Ia memeluk mengelus pundakku.

"Istighpar, Num. Berprasangkalah baik sama Allah, siapa tau kamu sosok yang Allah pilihkan untuk jalan tersampaikannya hidayah agar ia memeluk agama Islam. Tapi aku saranin, kamu coba istikharah, coba berbicara pada keluarga jangan di sembunyikan. Aku percaya Hanum pasti bisa melewati masa ini. Udah jangan nangis, nanti tambah jelek haha" Ucap Dijah, mencoba menghibur dengan mengekspresikan mimik wajahnya yang kocak. Aku tertawa melihat tingkah nya.

"Tuhkan cantik, kalo senyum. Udah yuk, ke kamar siap-siap 12 menit lagi masuk kerja. " Ajak Dijah
"Kamu duluan, aku mau nyuci piring, gelas dulu. "

       Di mess peraturannya kalo setiap selesai makan, minum, masak harus segera di bersihkan. Begitula dengan jadwal piket membersihkan kantor atau mess teratur sangat disiplin.

Setelah aku bersihkan, segera ke kamar menyiapkan berkas yang harus dibawa ke kantor koperasi.
Jarak, kantor dan mess sangat dekat hanya tiga menit sudah sampai.

" Jah, Dijah cantik, minta parfum ya ini udah abis punya ku.."
Ucapku sedikit memelas
"Pake aja, gausah minta. Aku juga minta sampo kan tadi, oh iya pulang kerja ke grosir ya aku mau beli sampo, sama pelembab ini udah abis, sekalian kamu beli parfum. "
"Iyadeh, ayoo. "
" Num, berangkat sekarang yuk, lima menit lagi kata teh Lala mau ada meeting gitu. "
" Bentar, bentar aku dandan dulu. "
" Ya Allah, Hanum. Daritadi ngapain aja sih, belum dandan? "
" Aku dah dandan, kan aku tadi mewek jadi kan makeup aku luntur"
"Gemes deh pen nabok, cepetan! "
" Iya..iya"
"Aku nunggu diluar ya, cepetan dandannya"
"Udah belum?" Tanya Dijah sambil teriak, aku segera keluar
" Udah bu, ayo berangkat. "
" Num, ga salah? " Tanya Dijah, sambil mengerutkan keningnya
" Apanya yang gak salah? Cantik ya? "
" Aduh Num, kerudungmu nak. Ganti cepet, sekarang hari Kamis pake kerudung Hitam. Aku duluan ya, maaf ga bisa nunggu takut kena amuk Nenek sihir si Mela tukang absen." Jelas Dijah, sambil pamit berangkat duluan

"Sial, Kenapa bisa sih salah pake. Ini mata kayaknya udah ga bener, masa navy keliatan Hitam sih ahhhhhhh kesiangan kan. Mana si Dijah duluan lagi, kena omel sendiri deh. "
Ucapku sambil mencari kerudung hitam, setelah dipakai aku langsung mengunci mess lalu berangkat ke kantor sambil lari, karena udah telat dua menit.
   
     Sampai di kantor, nafasku ngos-ngosan orang-orang melirik ku untung saja meeting belum dimulai.
"Kamu kenapa Hanum, kok ngos-ngosan gitu? " Tanya teh Lala
"Aduh teh, tadi Hanum kesini lari. Gara-gara salah pake kerudung, maaf saya telat. "
" Tenangin diri kamu, duduk dulu atur nafasnya. Meeting belum dimulai, pak Ardi belum sampai masih dijalan. " Ucap teh Lala, menyuruhku duduk
"Tau gasih, seorang yang alim, yang lugu kelihatannya shaliha ternyata dia pacaran sama laki-laki non muslim loh bahkan katanya mereka mau nikah, kaya engga ada laki-laki muslim aja, atau emang dia memilih rupa, harta nya hahaha" Ucap Mela, melirik ke arahku ia terlihat sangat puas

"Siapa Mel?sama orang mana?"  Tanya Anggi, teman satu kamar Mela
" Coba tanyain ke orangnya langsung Hanum Almahira. Orangmana katanya Hanum, pacarmu itu?" Jawab Mela
"Engga nyangka, masa sih Num pacaran sama non Muslim, udah ga kebagian stok laki-laki Muslim? " Tanya Safna, sambil menyerahkan buku absen

Deg, jantungku tak terkontrol
Mataku memanas
Kakiku bergetar
Bibirku kaku, lemas rasanya tak bisa ber kata apa-apa.

.
.
.
Gimana gengsss, kalo kamu berada diposisi Hanum?
Jangan lupa vote😘

Sebuah PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang