Bagian Empat

6 2 0
                                    

Aku lupa bahwa hidup tidak akan selamanya lurus, tidak akan selamanya kebaikan berpihak padaku.
        
        Aku lupa, nikmat-Nya sering terabaikan karena terbuai dunia.
Aku harap Allah tidak membenciku,
Aku tau, aku perlu ujian ini untuk mengasah kehidupanku, untuk memberi bumbu pada kisah hidup ini.

Aku akan terima semua ini, aku tidak akan lari aku akan tetap mencoba berdiri menyelesaikan semua ini...

"Aku tidak bisa menolak pada siapa aku jatuh cinta, maaf ini urusan pribadiku. Katakan pada saya dimana letak kesalahan yang saya telah buat ke kamu Mela. Sehingga dengan senangnya aib ku, seenaknya kamu sebar ke orang-orang. " Tanya Hanum, sambil berdiri menatap Mela

Mela, terdiam. Suasana riuh menjadi hening tatkala Hanum angkat bicara.

"Kalian hebat sekali, dengan bahagianya kalian menertawakan kehidupan oranglain. Seperti kalian yang paling alim, yang paling suci. Tolong, tidak ada judge di kantor ini saya tidak mau mendengar lagi karyawan dengan karyawan saling menjudge, apalagi itu aib masalah pribadi. Harusnya sekarang tenang, damai menjadi memanaskan?"

Tiba-tiba teh Lala angkat bicara, ia melirik ke arah Mela juga ke arahku.

"Maaf kan saya"
Aku tidak mau memperkeruh suasana, minta maaf hal yang mudah itu sudah membuat ku tenang.
Sedangkan Mela, ia pergi keluar entah kemana pergi nya.

"Udah kamu gak salah, sabar ya."

Dijah, mendekat mengelus bahuku ia tersenyum walaupun matanya ikut berkaca-kaca menahan nangis.
Aku membalas senyumannya, sambil mengangguk.

" Assalamualaikum, selamat pagi semuanya mohon maaf saya terlambat temen-temen! "
Tiba-tiba suara itu mwngisi ruangan, orang-orang semua kembali merapihkan tempat duduknya. Teh Lala, berbisik pada pak Ardi yang baru saja datang lalu duduk di kursi depan, entah apa yang sedang mereka bicarakan tak lama kemudian teh Lala berdiri, lalu pergi ke luar.

Duamenit kemudian teh Lala masuk, di ikuti Mela. Ia menunduk ke arah pak Ardi, setelah semuanya hadir pak Ardi memulai meeting, aku mendengar suara penjelasannya walaupun hati dan pikiran berkeluyuran entah kemana.

Setelah selesai meeting, kami semua kembali bekerja menjalankan tugas masing-masing. Hingga tiba waktunya pulang, Dijah menghampiriku dengan membawa secangkir kopi dan menaruhnya di depanku.
Aku tersenyum, dia sangat pengertian bahwa moodku akan kembali disaat selesai menyeruput kopi.  Aromanya membuat tenang, membuat stressku berlarian.

"Habisin, habis ini kita ke grosir ya! "
"Iya siap ibu Dijah, hehe btw makasih banyak ya selalu ada, dan aku ga bisa harus gimana lagi membalas kebaikan mu selama ini. "
"Alah, lebay banget sih Hanum haha"
Dia tertawa sambil, menarik kerudung ku kedepan

"Dijah, jail banget sih ini anak. "
"Haha, udah yuk kita berangkat sekarang nanti grosir nya keburu tutup. " Ajak Dijah, menarik tangan ku

Aku, berjalan bersampingan dengan sahabatku, dia terus menghibur dengan cerita lucu-lucunya pada zaman dia duduk di sekolah dasar, katanya masa itu dia seorang Playgrlis banyak cowo-cowo yang naksir, dan sekali pacaran sampe lima cowo, ibaratkan putus satu tumbuh seribu cowo yang jatuh cinta padanya hahhaaa...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang