Sore hari dikediaman keluarga Park
Jimin yang baru saja keluar dari kamar mandi, menatap tumpukan buku di atas meja belajarnya.
"Hari ini Guru-guru seenaknya ga masuk dan malah ngasih tugas. ugh, Jimin ga suka" Dengan Kaki yang dihentakan keras Jimin ogah-ogahan menghampiri meja belajar berwarna putih di dekat jedela kamarnya.
brug
Pemuda manis itu dengan kasar menduduki kursi kayu yang memang sepasang dengan mejanya. kursi aja berpasangan, trus bagaimana kabar Jimin? Pria menawan tapi Jomblo yang sudah berkarir di bidang perjomloan selama 16 tahun? Hmm... ini bukan kemauan Jimin sih, hanya saja selama ini dirinya selalu menganggap sebuah hubungan hanya sebatas di sebuah pertemanan. intinya siapapun yang mendekati Jimin dengan maksud tertentu selalu terjebak friendzone.
oke
lupakan soal Jomblo
"ha"
Jimin mengambil dua buku yang memiliki ketebalan yang berbeda "Sekarang kita mulai dari yang mudah dulu" katanya pelan.
"Hmm, ah" Jimin Sudah memutuskan tugas yang akan dirinya kerjakan terlebih dahulu, dan itu jatuh kepada
"Sejarah"
Jimin memfokuskan pandangannya, Mata sayu cantiknya menatap beberapa deretan kata dengan serius.
Kepala bersurai Pirang alami itu mengangguk-angguk. "Ooh" Gumamnya sebelum mengambil pulpen dan mengerjakan tugas itu dalam hening.
Satu persatu Tugas Jimin lewatkan dengan mudah. Namun, pada tugas yang ke empat atau terakhir, Jimin tiba-tiba mengerang prustasi.
"Apa-apaan soal ini?" Jimin mengankat selembar kertas dan menghempaskannya begitu saja ke permukaan lantai.
"Sejak kapan Fisika serumit ini? Soalnya cuma tiga, tapi kenapa tidak bisa di cerna?"
Jimin berlari ke arah singgasananya dan menjatukan diri di benda empuk tersebut.
"Arghh!! Aku bisa gila!" Teriaknya.
Brak
"JIMIN, KAMU KENAPA NAK?" Jimin menoleh dengan terkejut.
"Ibu!" Teriaknya lagi.
"Iya, kenapa?"
"Jimin tidak bisa mengerjakan soal yang itu" Jari bantetnya menunjuk ke arah selembar kertas yang terlihat tidak berdaya.
Ibu Jimin a.k.a Park Baekhyun memandangi wajah anaknya sebentar sebelum Mendengus keras "Dasar pelajaran SMA begitu saja kamu tidak bisa nak" Baekhyun memungut kertas itu, sejenak dirinya memandang raut wajah Jimin dengan sembong. "Ibumu ini sangat pintar tau" Bangganya kemudian memfokuskan pandangan pada deretan simbol yang tiba-tiba terlihat abstrak.
"Errr"
Baekhyun menjauhkan lembaran putih itu dari wajahnya
"Bagaimana?"
"Hmm" Baekhyun hanya memberikan senyum kecil ketika Jimin memandangi dirinya dengan penuh harap.
"Ah, rabun ibu tiba-tiba kambuh. kamu datangi nak Jungkook saja sayang. mama memasak dulu ya"
Brak
Ibunya rabun?
Kenapa Jimin baru tau?
Tapi
Jimin mengangguk-angguk. Ah, kenapa dirinya tidak mendatangi Jungkook saja?
Kenapa tidak kepikiran dari tadi ya?
"Kak Tampan, Jimin datang"
Jimin segera beranjak dan memungut kertasnya. Ia keluar dengan terburu-buru, hampir melewati Chanyeol yang baru saja memasuki rumah.
"Eh, Sayang? Kamu mau kemana?" Chanyeol mencengkeram lembut tangan Jimin.
"Ngerjain tugas di rumah Kak Jungkook Pa" Jimin menjawab cepat.
"Tapi ada Abang kamu kan? Buat apa otak pintar Namjoon kalau tidak kamu gunain nak" Chanyeol mengusap kepala Jimin. Keduanya masih berdiri di depan pintu.
"Ah, malas Pa. Abang paling lagi tiduran" Jimin menggeleng, Tangan Chanyeol ia singkirkan sebelum berlari ke arah rumah berlantai dua yang memang berhadapan dengan rumahnya.
Rumah keluarga Jeon
Pangeran Tampangnya
TBC
See u next Chap 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
NcHim BhUl ° KM
FanfikceMengejar cinta Kak Jungkook Berisi chapter pendek BY : Yeon / Yon