hidup itu ibarat tai

8.7K 608 12
                                    

"dis, u bener gamau ikut kita?" alya memastikan keikut sertaan ku dalam acara jalan-jalan bersama teman satu kos minggu depan.

"Ga bisa ya. Gw ada job jaga stand bazaar" aku menjawab acuh sambil sesekali mengutik laptapku yang bermasalah.

"Please dis, masa loe ga ikut lagi. Kalo ga ada loe siapa yang mau jagain gw"
Alya menggelayutkan tangan nya dileherku manja. Membuatku terpaksa membalikan badan lalu menyingkirkan kedua tangan alya yang mengganggu penglihatanku

"Ya, please, gw bukan body guard loe!" lanjutku sambil mengalihkan pandangan ku kembali pada laptop ku yang masih belum ketauan apa sumber masalah kengadatannya.

"Gw bayarin , gimana " alya tampak enggan namun tetap memberi penawaran. Mendengar penawaran alya membuatku tak selera mencari sumber masalah pada laptopku lagi. Aku langsung memasukan nya kedalam daypack ku dan mencoba pergi berusaha menghentikan perbincangan ini. Namun tangan alya telah lebih dulu menggapai ujung lengan bajuku

"Diss" iya memanggil namaku lirih membuatku membalikan badanku mengarah padanya. Memasang wajah ketidak sukaanku
"Sorry, I'm not " ujar alya
"Cukup ya. Gw akan ngertiin loe kali ini" aku tak ingin lagi mendengar pembahasan tentang ini, lagian sebentar lagi aku ada kelas menjadi asisten lab untuk mahasiswa tingkat baru. Aku bisa melihat raut penyesalan dari wajah alya saat aku pergi menjauh darinya. Aku bukan sengaja meninggalkan rasa bersalah didirinya aku hanya ingin dia tidak melakukan hal serupa lagi dilain waktu.

Alya adalah roommate ku di kosan. Dia beda jurusan dariku, anak sastra satu ini ntah mengapa selalu membutuhkan ku disetiap gerakannya. Apa-apa dis, apa-apa dis sampai terbangun tengah malam ingin ke toilet pun dis. Terkadang aku merasa seperti penjaga alya dan pengerem kecerobohan nya. Untungnya kita beda jurusan dan fakultas kalau tidak mungkin aku sudah jadi ibarat baby sitter fulltime nya alya. Walau begitu alya tak pernah melewati batas ia tau apa yang aku tak suka dan apa prinsip hidupku. Dan tadi mungkin dia kepepet lalu melanggar nya.

Kami sudah 1 tahun jadi roommate dia satu tahun dibawah ku dan roommate ku yang dulu satu tahun diatas ku. Ketika roommate ku lulus aku langsung mendaptkan penggantinya. Dulu awal-awal pindah alya masih memanggilku kak, namun ntah sejak kapan ia lebih merasa nyaman dengan memanggil namaku. Dan karena aku bukan penggila honourific aku tak masalah dengan itu.

        *****

Kelas lab kali ini berjalan cukup lama.  Karena banyak hal yang harus diperkenalkan dari awal.

hari ini adalah hari pertama semester baru dimulai. Dan aku adalah satu-satunya wanita yang menjadi asisten di lab ini, rata-rata mahasiswa di jurusan dan fakultas ku adalah laki-laki, pun jika ada wanita itu hanya segelintir dan biasanya hanya sebagai mahasiswi saja jarang ada yang terpilih menjadi asisten lab. Dan karena aku wanita yang adalah kaum minoritas terkadang aku merasa hal yang berbeda, beberapa dari mereka ada saja yang meragukan keahlianku. pandangan 'alah loe cewe tau apasih soal ginian' sering aku alami saat ada sesi tanya jawab atau praktek.

namun karena aku asisten lab tak ada mahasiswa yang berani lagi melihatku seperti itu. Menjadi asisten lab bukan perkara mudah ada seleksi panjang untuk menggapainya. Dan semua asisten lab adalah pilihan terbaik pilihan para dosen. tentu takan ada lagi yang memandangku sebelah mata kalau seperti itu. Karena bukti menghancurkan label gender.

Satu setengah jam berlu akhirnya kelas telah usai. Seorang mahasiswa junior menghampiriku

"Kakak aku boleh tanya? " Ujar nya sambil memandang ku. Aku yang sedang sibuk memrapikan peralatan yang berserakan berusaha ramah dan memandang nya sambil mengangguk. Iya tampak tersipu melihat tanggapan ku. Membuat ku bingung dengan nya.

"Aku mau beli jumper seperti ini enak nya dimana ya?" Ujarnya lagi.

Hmp rasanya aku sudah mulai hapal dengan hal-hal seperti ini.  Pura-pura bertanya hal sepela hanya untuk bisa mengobrol.

not a same (Session 1) (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang