'Kupikir ketika orang yang kucintai bersama dengan orang lain, aku tidak akan merestuinya. Tapi ternyata aku salah. Ketika kamu sangat-sangat menyukai seseorang, dan ada orang lain yang mengasihinya dan mencintainya, maka kamu akan benar-benar dari hati yang paling dalam, mendoakan dia agar bahagia selamanya'
Dalam ingatan Seulgi, monolog indah dari si tampan Ko Ching-Teng mengalun begitu manis dan tragis disaat yang bersamaan.
Manis, karena dulu ia menganggap kalimat itu terdengar sangat tulus dan meyakinkan saat sang aktor tampan mengatakannya. Dan ternyata sekarang kalimat itu sangatlah tragis, karena ketika ia sendiri yang mengalami, nyatanya Seulgi tidak mampu setabah apa yang Ko Ching-Teng katakan saat Shen Chia-Yi menikah dengan lelaki lain. Atau apakah sebenarnya Ko Ching-Teng hanya membohongi perasaannya sendiri?
Seulgi mendengus kasar. Masih tidak terima akan kenyataan yang harus ia hadapi, bahwa sekarang ia tengah ikut melakoni salah satu adegan paling sadis dalam film terfavoritnya sepanjang masa itu. You Are the Bogel of My Eye.
Dan Seulgi bahkan bisa dikatakan mendapat peran yang lebih mengenaskan dari Ko Chen-Tung dipesta ini, jika kalian ingin tahu, hari ini ia sukses terpilih sebagai pemegang kotak cincin pertunangan dua sejoli itu.
Seulgi mengutuk keras siapapun yang memberi ide agar ia menjadi pemegang kotak cincin. Karena sumpah demi apapun, Seulgi sungguh ingin menghindari Park Jimin, terlebih setelah obrolannya dengan lelaki itu tadi malam, ia rasanya tidak punya hasrat lagi bahkan hanya sekedar untuk datang menghadiri acara ini. Namun kenyataan bahwa mereka bersahabat sejak lahir, tentu tidak bisa Seulgi abaikan begitu saja. Sangat tidak benar rasanya jika Seulgi bersikap seperti itu.
Nging!
Suara memekakkan telinga dari mic yang baru saja dihidupkan membuat Seulgi yang sedang duduk dibagian samping kanan panggung, langsung mengarahkan atensinya pada bagian yang berlawanan dari tempatnya duduk sekarang. Seorang MC pria yang tampak rapi terlihat tengah melangkah dengan semangat menuju bagian depan panggung mewah yang berada ditengah-tengah ballroom.
"Hadirin sekalian, mari kita sambut pasangan yang tengah berbahagia ini untuk naik ke atas panggung. Silahkan.. Park Jimin dan Im Nayeon!"
Tepukan riuh mengiringi langkah kaki pasangan itu melewati karpet bulu tebal berwarna putih. Ratusan pasang mata para undangan yang hadir disana memandang dengan takjub. Jimin terlihat gagah dengan tux abu mewah melekat pas ditubuh kekarnya dan disamping kanannya ada Nayeon yang menebar senyum bahagia pada para undangan yang hadir. Tangan kirinya menggandeng erat lengan berotot Jimin sementara tangan kirinya berada pada bagian depan long dressnya yang berwarna biru malam, gaun itu ia angkat sedikit agar tidak menghalangi langkahnya.
Berbeda dengan Nayeon yang terus menebar senyum, Jimin yang sedari awal menginjakan kakinya di ballroom itu malah tidak tersenyum sama sekali, rautnya begitu datar, terlebih saat matanya berhasil menangkap sosok cantik Kang Seulgi yang berdiri dengan kaku dibagian samping panggung. Tatapan datarnya tidak sekalipun ia alihkan, membuat Seulgi mungkin merasa sedikit tidak nyaman.
Tidak. Jimin sebenarnya tidak marah, ia mungkin masih tidak terima akan keputusan sepihak gadis itu tadi malam. Tapi bukan itu alasan utama Jimin memandanginya. Jika boleh jujur, Jimin sebenarnya hanya sedikit terpesona. Hari ini Seulgi terlihat sangat cantik dengan dress mininya yang berwarna abu, wavy hairnya tergerai dengan sangat indah dan seluruhnya ia letakkan dibahu kanan. Huftt.. outfit mereka bahkan sudah sangat serasi, lalu kenapa tidak Seulgi saja yang mendampinginya disini sekarang
Sang MC yang menyadari sorot datar Jimin segera mengambil alih atensi para undangan yang mulai sadar akan ekspresi dingin lelaki itu. "Wah kenapa ini? Kayanya tuan muda Park gugup sekali ya karna harus sandingan sama si cantik Im Nayeon, rileks aja masnya, bentar lagi mbanya berhasil diikat kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time [M]
Fanfiction#Shortstory Seulmin. [M] Tumbuh bersama sedari kecil membuat Seulgi berpikir bahwa Jimin sudah seperti separuh jiwanya sendiri. Menjadikannya merasa serba tahu dan rela berkorban apapun demi kebahagiaan lelaki itu. Ikatan keduanya terlalu kuat hingg...