4/6 [M]

9.5K 319 166
                                    

Seulgi membalikkan tubuhnya kembali menghadap lemari yang masih terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seulgi membalikkan tubuhnya kembali menghadap lemari yang masih terbuka. Tangannya mencengkram sekat besi yang terasa dingin itu dengan sangat kuat, mencoba menumpukan sebagian tubuh lemahnya disana. Karena jika hanya mengandalkan kakinya, ia mungkin sudah jatuh merosot kelantai.

Rasanya ia sudah tidak sanggup lagi menampakkan wajahnya pada lelaki itu karena ia yakin Jimin pasti tidak akan pernah siap mendengar pengakuannya ini. Pijakan terakhirnya telah benar-benar hancur sekarang.

Lalu apa yang harus Seulgi lakukan sekarang? Kunci kamar lelaki itu bahkan belum ia temukan, lalu apakah lebih baik Seulgi mengunci diri dikamar mandi Jimin saja?

Jika kalian berpikir bahwa Seulgi malu, maka jawabannya adalah tidak. Seulgi tidak malu sedikitpun mengakui perasaanya. Jauh didalam lubuk hatinya, ia hanya takut. Takut jika persahabatan mereka harus berakhir karena Jimin sudah tahu tentang perasaan bodohnya ini.

Ditempatnya, Jimin pun tidak mampu berbuat banyak. Ia bahkan hampir lupa menarik nafasnya karena terlalu terkejut. Seumur hidup menghabiskan seluruh waktunya bersama gadis itu ternyata belum cukup untuk mengenal hatinya dengan baik. Dan jangankan mengenal Seulgi, mengenal dirinya sendiripun rasanya ia tidak becus.

Jimin menatap punggung Seulgi dengan nanar. Merasa begitu bodoh karena sadar telah menempatkan gadis itu disituasi sulit selama ini. Andai saja ia tahu semuanya lebih awal, semua pasti tidak akan serumit ini.

"Maaf.."

Seolah seluruh koleksi kosakatanya memudar, Jimin si perayu ulung nampaknya tidak mampu mengucapkan kata yang lebih lengkap lagi daripada sekedar maaf. Membuat ia sedikit merutuk walaupun sebenarnya satu kata itu sudah lebih dari cukup untuk merangkum seluruh penyesalan yang ingin ia sampaikan pada gadis didepannya.

Seulgi yang menangkap dengan jelas lirihan itu seketika tertegun sejenak. Otak dan hatinya yang tengah kalut merespon permintaan maaf Jimin dengan sangat berlebihan. Merasa bahwa Jimin tengah meminta maaf atas perasaannya yang tidak bisa lelaki itu balas.

Tangisnya yang sempat terhenti sebentar kembali terurai dengan deras seiring dengan spekulasi jahat yang terus bermunculan dikepalanya. Seulgi tidak tahan lagi. Ia harus segera menyingkir dari ruangan ini. Tubuhnya lalu berbalik dengan gerakan yang bahkan tidak sempat Jimin antisipasi.

"Aku mau keluar!"

Dengan wajah yang sudah tidak karuan, Seulgi dengan berani berseru kencang dihadapan Jimin. Tidak peduli apapun yang dipikirkan lelaki itu sekarang. Ia hanya ingin segera pulang kerumahnya sendiri.
Namun Jimin tentu tidak bisa membiarkan Seulgi berlalu begitu saja. Ia sudah bertekat kalau malam ini ia akan meluruskan segala masalahnya dengan gadis itu. Maka dengan masih mempertahankan ekspresi sendunya, Jimin menggeleng sedikit panik.

"Kita bisa ngomongin ini-"

"Kasih kuncinya sekarang atau aku bakal teriak?!"

"Seul, aku mohon dengerin aku dulu"

One More Time [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang