5/6

3.6K 284 117
                                    

Seiring dengan matahari yang mulai meninggi, hawa panas diruangan itu juga mulai melingkupi tubuh Seulgi yang masih tertutup selimut. Membuat ia melenguh lirih sembari menyibak selimut itu sedikit kasar. Mata sipitnya lalu mengerjap pelan saat bias-bias cahaya yang berasal dari ventilasi kecil dikamar Jimin mulai menyusup masuk ke retina matanya.

Berdiam diri sebentar sementara nyawa dan memorinya mulai terkumpul. Secara perlahan tangannya lalu terangkat, mengusap lembut alas tidur yang terasa keras dan hangat dibawah tubuhnya. Kepalanya juga bergerak turun dan naik secara teratur seiring dengan alur nafas dari seorang lelaki yang masih terlelap dibawahnya itu.

Masih dengan mata yang kembali terpejam, Seulgi tersenyum sendu saat ingatannya berputar pada kejadian tadi malam. Kejadian dimana ia melepaskan harta paling berharga miliknya hanya untuk sahabatnya yang kurang dari seminggu lagi akan menikah dengan wanita lain.

Jika kalian bertanya apakah Seulgi menyesal, maka jawabannya adalah tidak. Sebut Seulgi naif, namun ia sungguh tidak menyesal sama sekali atas segala keputusan yang telah ia ambil.

Mengetahui fakta bahwa Jimin juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya adalah cukup. Seulgi tidak memerlukan apapun lagi setelah ini. Lagipula Jimin sudah berjanji untuk melepaskannya setelah apa yang mereka lakukan tadi malam. Setelah ini, biarlah masa depannya ia yang urus sendiri.

Seulgi mengangkat sedikit kepalanya, memandangi wajah tampan Jimin yang nampak masih hanyut dialam mimpi. Seulgi semakin mengembangkan senyum sendunya, memikirkan bahwa ini adalah kali terakhir ia dapat memandangi wajah Jimin sedekat ini.

Tangannya lalu terangkat membelai pelan pipi tembam Jimin dengan lembut. Monolid cantiknya lalu berbinar gemas saat menatap lebih dekat bibir tebal Jimin yang sedikit terbuka. Tanpa ragu mengusap lembut labium merah muda yang sering mengecupnya itu dengan sayang.

Seiring dengan usapannya yang tidak juga mau berhenti, lapisan tipis dimatanya turut terbentuk saat ingatan tentang kenangan mereka berputar manis diotaknya. Sudah terlalu banyak keindahan yang mereka ciptakan. Membuat keputusannya bisa goyah kapan saja.

Huh?

Seulgi menggelengkan kepalanya pelan. Ia sudah bertekat akan mengakhiri semuanya setelah ini. Ia mungkin mencintai Jimin dengan seluruh hatinya, namun beban besar yang digantungkan keluarga Jimin dipundak lelaki itu juga tidak bisa ia abaikan begitu saja. Ia tidak mau mengecewakan ayah dan bundanya.

Maka dengan itu ia kembali merubah fokusnya pada Jimin yang masih saja terpejam. Menatap bibirnya dengan sayu untuk selanjutnya mendekat dan memyematkan kecupan di bibir tebal itu berulang kali.

Seulgi sungguh tidak memiliki niat untuk menggoda Jimin, ia hanya merasa gemas dengan lelaki yang sedang ia tindih itu. Setelah puas mengecup bibir tebal Jimin puluhan kali, Seulgi kemudian bergerak lebih berani dengan cara menggerakkan lidah basahnya dipermukaan bibir Jimin yang mulai memerah. Oh! Bahkan telinganya juga ikut memerah.

Namun baru beberapa menit ciuman sepihak itu terjalin, Seulgi sudah melepaskannya dengan buru-buru saat dapat dirasanya tonjolan keras menyentuh paha telanjangnya.

Seulgi mengernyit dengan bingung saat melihat milik Jimin yang menegang dibalik celana trainingnya. Matanya lalu melirik kearah wajah lelaki itu yang sudah basah oleh keringat. Namun tidak ada tanda-tanda Jimin sudah bangun. Bahkan matanya saja masih terpejam rapat.

"Kok dia bisa bangun lebih dulu daripada Jimin sih?"

Seulgi bergumam lirih. Matanya sekali lagi melirik kebawah. Terdiam beberapa saat untuk kemudian dengan tiba-tiba melotot kaget.

Eh?! Jimin memakai training?!

Seulgi bergegas bangun dan memungut pakaiannya yang berserakan dilantai. Meringis beberapa kali saat selangkangannya terasa perih karena gerakannya yang terburu-buru. Tanpa menoleh kearah lelaki yang masih terpejam itu, ia segera masuk kekamar mandi untuk berganti pakaian.

One More Time [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang