1 bulan telah berlalu. Baik Jimin maupun Nayeon sudah mulai semakin dekat karena mereka sangat sering keluar untuk pergi kencan. Nayeon tahu dengan baik spot-spot tempat kencan yang bisa membuat Jimin merasa nyaman mengobrol lebih dalam dengannya, dan Jimin juga sedikit demi sedikit mulai mau membuka dirinya pada gadis itu. Nayeon sangat baik dan perhatian. Sering kali Nayeon menelponnya hanya untuk mengingatkannya akan hal-hal kecil yang rawan sekali ia lupakan.
Jimin bahkan mulai meninggalkan kebiasaan buruknya pergi ke club dan bermain wanita, ia sangat menghargai Nayeon sebagai tunangannya, persis seperti yang Seulgi dulu selalu katakan padanya.
Kang Seulgi..
Selama sebulan ini nama itu selalu menghantui hari-harinya. Setelah obrolan dimalam itu berakhir, Seulgi memang sempat mendiaminya selama beberapa hari dan membuat hubungan mereka sempat renggang lagi. Namun setelah berungkali meminta maaf dan membujuknya, Seulgi akhirnya mau berdamai dengan Jimin dan menjalani hubungan mereka seperti biasa lagi.
Hmm.. tidak juga.
Perlahan, Jimin mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Seulgi memang masih sama. Gadis itu masih menjadi Seulgi yang cerewet dan gemar mencari ribut dengannya. Namun walaupun hari-hari mereka masih begitu, terasa sekali bahwa gadis itu sudah mulai menjaga jarak. Kamar milik gadis itu pun sudah sebulan ini dibiarkan kosong tanpa penghuni. Seulgi bahkan selalu menolak ajakannya untuk bermain bersama dikamarnya, menolak makan malam, menolak ia peluk, bahkan untuk sekedar menggenggam tangannya saja susah sekali.
Sedikit banyak Jimin menyesali keputusannya untuk menerima perjodohan itu. Meskipun apa yang Seulgi lakukan padanya sekarang tidak salah, namun hatinya sungguh berontak sekali. Ia mulai tidak terima akan semua perubahan yang terlalu tiba-tiba ini. Tidak ada lagi Seulgi yang memberinya pelukan penuh ketenangan, tidak ada lagi belaian halus gadis itu pada rambutnya, dan tidak ada lagi ciumannya yang begitu lembut dan memabukkan. Semuanya berubah. Hidupnya berubah.
******
"Jim, gaunnya bagus gak?" Nayeon yang baru saja keluar dari ruang ganti sibuk berputar-putar dihadapan Jimin, meminta pendapatnya.
Jimin menelisik gaun pengantin itu dengan seksama. Belahan dada pada gaun putih itu cukup rendah dengan sedikit payet sebagai hiasan pada setiap sisi atasnya, bagian lengannya bermodel panjang dan sedikit tembus pandang. Lalu pada bagian pinggang kebawah, seluruhnya hanya dihiasi oleh bordiran bunga-bunga kecil berwarna senada. Sederhana dan cantik sekali. Mengingatkannya pada seseorang.
"Jim!"
Seruan tak sabar itu membuat Jimin mengerjap pelan, menariknya kembali kedunia nyata. "Iya iya. Bagus kok aku suka"
Nayeon mengangguk-angguk dengan semangat. "Oke berati yang ini aja"
Nayeon bergegas kembali masuk keruang ganti dan mengganti pakaiannya seperti semula. Setelah menyerahkan gaun itu pada salah satu pegawai disana, ia kembali menghampiri Jimin yang masih duduk disofa, menunggunya.
Mereka baru saja selesai memilih gaun pengantin untuk acara pernikahan mereka minggu depan. Untuk acaranya memang hanya akan digelar secara tertutup, maka dari itu persiapannya tidak terlalu merepotkan seperti acara pertunangan kemarin. Untuk acara pernikahan ini, mereka hanya mengundang keluarga dan kerabat dekat. Namun untuk resepsi nanti, Nayeon sudah berandai-andai untuk menggelarnya secara besar-besaran.
"Seulgi emang sekarang lagi sibuk apa sih, Jim? Padahal hari ini aku udah ngajak dia buat nyari gaun pernikahan kita, tapi dianya lagi gak bisa, seleranya bagus banget soalnya"
Nayeon mendudukan dirinya tepat disamping Jimin, mereka harus menunggu beberapa saat lagi sampai pengemasan gaunnya selesai.
"Kamu ngajak dia hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time [M]
Fanfiction#Shortstory Seulmin. [M] Tumbuh bersama sedari kecil membuat Seulgi berpikir bahwa Jimin sudah seperti separuh jiwanya sendiri. Menjadikannya merasa serba tahu dan rela berkorban apapun demi kebahagiaan lelaki itu. Ikatan keduanya terlalu kuat hingg...