Chapter 3 - Blackout

735 138 21
                                    

Yoona membuka matanya ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Ia mendengus kasar. Ia nyaris tidak dapat bertahan kemarin hari akibat morning sickness yang melandanya dan sekarang ia harus dihadapkan lagi dengan hari yang baru (yang juga berarti bahwa ia harus kembali berhadapan dengan morning sickness-nya). Ia beranjak berdiri lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi, menyikat gigi dan membasuh wajahnya.

"Anyone's home?" Seorang laki-laki terdengar berteriak, membuat Yoona terlonjak kaget dan membeku di tempatnya selama tiga detik. Ia sedang tidak mengharapkan kedatangan siapapun dan juga, hey, ia tidak mengenal siapapun di negara ini. Yoona segera berlari dengan hati-hati menuju ranjangnya. "Yoona?" Suara laki-laki yang sama kembali terdengar dan kini memanggil namanya. Ini bukan suara Sehun, batin Yoona, yang kemudian meraih pistol dengan suppressor dari balik bantalnya. Bagaimana laki-laki itu dapat masuk ke apartemen ini? Shit, umpatnya dalam hati. Apa laki-laki itu dari NIS? Apa NIS sudah mengetahui kebohongannya? Atau apakah Sehun telah menjebaknya selama ini? Banyak pertanyaan yang lalu-lalang di otak Yoona saat ini.

Yoona melangkah tanpa suara mendekati pintu kamarnya dengan tangan yang mencengkram pistol dan siap melepaskan tembakan kapan saja (jika diperlukan). "Yoona?" Lagi, terdengar namanya dipanggil.

Laki-laki itu berada di ruang tengah, Yoona tahu itu. Ia memutar knob pintu dengan pelan, keluar dari kamarnya lalu bersembunyi di balik dinding yang merupakan partisi antara kamarnya dan ruang tengah apartemen. Iris madunya megintip dari balik dinding dan menemukan seorang laki-laki semi botak yang mengenakan kacamata serta sweater berwarna juniper dan membawa paper bag berwarna cokelat muda tengah berdiri dan mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut apartemen, mencoba mencari seseorang yang ia panggil sedari tadi. Yoona mencengkram pistolnya dengan kedua tangannya lalu mengangkatnya, mengarahkannya kepada laki-laki itu dan akhirnya menampakkan dirinya.

Laki-laki itu langsung menyadari kehadiran Yoona dengan pistol ditambah tatapan tajam dari sepasang mata rusanya. "Kau pasti Yoona," Ia tersenyum lebar. Kenapa dia tidak takut? Tanya Yoona kepada dirinya sendiri. Laki-laki tersebut terlihat tidak terkejut ketika Yoona dengan sangat jelas tengah membidikkan pistol ke arahnya. "Sehun benar. Kau pasti akan keluar dengan menodongkan pistolmu kepadaku. Dia juga memberitahuku untuk tidak takut apabila kau melakukannya. Aku Do Kyungsoo."

Kening Yoona mengerut tetapi ia belum menurunkan pistolnya. "Kau tahu Sehun?"

Laki-laki itu―Do Kyungsoo―mengangguk. "Sehun menyuruhku kemari."

"Aku butuh bukti."

Kyungsoo tampak berpikir sejenak. "Well, the door. Sehun membukakannya untukku―smart locks. Dia bisa membuka dan menguncinya darimana pun dia berada saat ini―kurasa kau pasti tahu itu."

"Call him." Suruh Yoona singkat dan tajam. Menjadi Agen NIS juga berarti memiliki trust issue. Yoona tidak dapat percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan Kyungsoo, walaupun laki-laki itu tahu pintu apartemen Sehun menggunakan sistem smart locks.

"Baiklah," Kyungsoo menghela nafasnya lalu mengeluarkan ponselnya. Ia terlihat meng-scroll layar ponselnya lalu beberapa detik kemudian ia menempelkannya pada telinga kirinya dan berbicara dengan seseorang di ujung sana. "Yoona ingin aku menelfonmu...Ya, dia sedang mengarahkan pistolnya kepadaku sekarang."

"Aku ingin berbicara dengannya."

"Dia ingin berbicara denganmu." Beritahu Kyungsoo lalu memberikan ponselnya kepada Yoona.

Perempuan itu menerimanya dan segera menempelkan ponsel tersebut pada telinganya. Ia tidak berkata apa-apa dan menunggu sosok di ujung sana lebih dulu membuka suara. "Ini aku. Sehun. Kyungsoo tidak berbahaya, jadi kau bisa menurunkan pistolmu sekarang." Perintah Sehun.

take me, i'm yours.Where stories live. Discover now