Chapter 9 - Redemption

1.7K 158 49
                                    

Prancis, dua tahun lalu.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga malam.

Langit di luar sana masih hitam pekat. Sebaliknya, gemerlap cahaya Kota Paris semakin terang dan tidak ada matinya. Kebanyakan orang sudah tertelap dan sebagian lainnya masih asik menikmati dentuman musik keras ditemani dengan sebotol bir di kelab malam. Tetapi, tidak dengan Sehun.

Laki-laki itu sedang tidak tertidur di kamarnya yang nyaman atau tengah menari mengikuti ritme DJ di strip club, melainkan berada di dalam sebuah kamar penginapan bertipe family room di sebuah hotel yang tidak terkenal di pinggiran Kota Parisia memiliki pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Ruangan tersebut hanya memiliki dua kamar tidur, sebuah living room yang tidak terlalu luas dan dapur yang sempit.

Mata pure hazel-nya dengan jeli memeriksa setiap sudut living area yang gelap tersebut.

Hening. Sunyi. Lengang.

Ia melangkahkan kakinya tanpa suara. Sepasang sepatu hitamnya dibalut dengan disposable shoe cover dan tangannya ditutupi dengan sarung tangan untuk memastikan bahwa tidak akan ada jejak kaki serta sidik jari miliknya yang tertinggal yang dapat dijadikan bukti keberadaannya di tempat kejadian perkara. Tangan kanannya menggenggam sebuah revolvertipe pistol yang sebenarnya sangat jarang Sehun gunakan dalam menjalankan misinya.

Namun, malam ini berbeda.

Misinya cukup sederhana―membuat pembunuhan malam ini terlihat seperti kasus bunuh diri.

Sehun diam di tempatnya berdiri ketika ia mendengar suara pintu terbuka. Salah satu penghuni kamar hotel tersebut terbangun berencana untuk mengambil segelas air, tetapi badannya membeku ketika ia menemukan sosok laki-laki asing dengan mengenakan pakaian serba hitam berdiri di living area kamar hotelnya. Sehun tahu si penghuni hotel tersebut tepat berdiri di belakangnya dan siap berteriak kapan saja. Itu mengapa ia dengan cepat membalikkan badannya, berhadapan dengan target pertamanya dan mengarahkan revolver di tangannya kepada sosok laki-laki yang merupakan non-identical twin brother-nya―Oh Luhan.





"Aku bahkan menawari Kris untuk menggunakan Strychnine, tetapi dia tidak menerima ideku."

"Kenapa dia tidak menerimanya?" Tanya Minseok. Ia memang bukan pakar toksikologi seperti Sehun, tetapi sebagai seseorang yang terjun di dunia medis ia tahu Strychnine―salah satu racun yang memiliki efek dan reaksi paling menyakitkan dengan menyebabkan kelumpuhan dan kegagalan pernafasan. Yang membuat racun ini efektif digunakan adalah karena belum ada antidote yang secara khusus dan ampuh dapat menangkal Strychnine.

"Bukankah sudah jelas? Kris ingin aku berhadapan dengan keluargaku sebelum aku membunuh mereka semua," Sehun tertawa hambar. "Dia ingin aku melihat jasad mereka baik-baik dengan mata kepalaku sendiri. Jika yang Kris inginkan hanyalah membunuh Oh Seung Hoon dan keluarganya, dia seharusnya akan membiarkanku melakukan apa saja selama misi yang dia berikan selesai. Bukankah begitu yang biasa kita lakukan?"

"He tested you." Ucap Minseok.

"He punished me," Sehun membenarkan. Garis rahangnya menegas setiap kali ia mengingat pertemuannya dengan Kris dua tahun lalu. "For the mistake I never did."

"Lalu, kenapa kau tidak menolak perintah Kris?" Minseok bertanya lagi. Mengetahui apa yang terjadi di antara dua rekannya tentu membuatnya memiliki banyak pertanyaan yang siap dilontarkan. "Aku sangat yakin kau mampu menolaknya."

"I should have just turned him down that day, right? But I was so desperate to prove my loyalty to Vilkas that it drove me insane, and I just knew what I have for Vilkas is not loyaltyit's a blind faith," Sehun tidak menyangka bahwa kalimat tersebut keluar dari mulutnya. Vilkas dan The Alpha One selalu menjadi rumah dan keluarganya. Ia jelas siap mati untuk mereka. Tetapi, di sisi yang sama, ia tidak bodoh. "Bagaimana? Hyung sudah mendapatkan jawaban yang hyung cari?"

take me, i'm yours.Where stories live. Discover now