Bab 1, w

1K 64 7
                                    

"Sejeong!" Marah jungkook, mata nya menatap anak adam dan hawa yang sedang berpegangan tangan di hadapannya dengan mesra. Yang di panggil segera membalikkan badan nya untuk melihat pria yang memanggilnya.

"Kenapa tuan?" Lalu perempuan itu mendekati jungkook setelah menyuruh yang di sana menunggu sebentar.

"Sudah kubilang jangan pernah berpegangan tangan dengan seorang pria! Apalagi yang lajang!" Tangan jungkook sambil menunjuk pria yang di sana dengan melihat sejeong marah.

"Tapi tuan.. dia kekasihku" jelas sejeong, tak berani menatap pria yang sekarang sedang menatap tak percaya ke arahnya.

"Kau tahu aku tidak membiarkan itu!"

"Lagipula aku tetap melaksanakan semua pekerjaan rumah yang tuan suruh kan?!" Teriak sejeong tak kalah keras. Menatap pria di hadapannya dengan mata yang berair.

Jungkook menarik tangan sejeong masuk ke dalam mobil. Yang lebih kecil tak berani melawan, bagaimanapun jungkook ini tuan nya. Ia harus menurut, ia tahu jungkook tidak se-menyeramkan ini biasanya. Jadi sepertinya kali ini pria itu benar-benar marah.

Jungkook menyalakan mobil dan meninggalkan taman yang baru saja di datanginya empat menit yang lalu.

"T-tuan, aku ti-dak bermaksud mem-ben-tak" gugup sejeong sambil memainkan jari nya tanpa melihat sang pria.

"Diam" suasana berubah menjadi dingin dan menyeramkan. Jika jungkook tidak berkata banyak dan hanya menyuruh diam, maka ini sangat buruk.

Singkatnya sekarang pria itu tidak menerima penjelasan.

Dua belas menit berlalu. Karena kecepatan tinggi, mobil sudah sampai di rumah mewah milik sang pria. Jika santai maka butuh memakan waktu sekitar setengah jam.

"Turun dan masuk ke kamar mu" ucap jungkook tanpa melihat sejeong yang sedang menahan air mata.

Karena tak tahan dengan air matanya yang ingin mengalir, maka sejeong masuk ke dalam kamarnya dengan berlari. Tak peduli dengan tatapan bingung jungkook dan tatapan aneh para pesuruh jungkook.

"Hiks, kenapa-hiks, jadi beg-ini.. hiks" isak sejeong di dalam kamar. Tangannya mengelus bunga yang baru saja diberikan jungkook tadi pagi sebelum berangkat kerja.

Kata jungkook, sekretarisnya memberikan ini padanya, tapi karena ia tidak menyukai sekretarisnya maka ia memberikan ini pada sejeong.

"Sejeong" panggil sang tuan. Sejeong segera mengelap air matanya cepat dan membuka pintu kamar.

"Bagaimana kalau besok kau ke jeju?"

Sejeong mematung. Apakah jungkook memecatnya dengan lembut? Apakah kesalahannya begitu besar tadi? Apakah jungkook tidak dapat memaafkannya lagi?

Dengan cepat sejeong terduduk di lantai. "Ja-ngan pecat aku tu-an, hiks kumohon" tangis sejeong pecah.

Yang berada di hadapannya bingung. Lalu berusaha membuat sejeong berdiri.

Setelah sejeong berhasil berdiri, jungkook mengangkat dagu sejeong untuk melihat wajahnya.

"Aku tidak memecatmu, hanya memberikan hari libur" lalu jungkook tersenyum tampan setelah mengatakannya.

"B-benarkah?" Tanya sejeong masih dengan hidung dan pipi yang memerah. Menatap jungkook dengan bingung.

"Aku juga ada pekerjaan di jeju, jadi sekalian mengantar-jemputmu saja"

"Te-rimakas-ih" ucap sejeong masih terbata-bata akibat habis menangis.

Sang tuan mendekat lalu mengusak rambut perempuan di hadapannya yang berstatus sebagai pembantunya.

"Maaf telah membiarkanmu menangis, sejeong"

•••
[Vomment!]

/inilah visual sejeong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/inilah visual sejeong./

We met, we loved [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang