Rabu, 15 April 2020
01.08 WIB
___________________________________________Kemari sebentar, duduk di sebelahku. Sebelum kau tanya mengapa akan kukatakan aku ingin kau mendengarkan ku, sekali lagi. Aku mohon jangan potong dan cukup dengarkan.
Kemari sebentar, duduk di sebelahku. Kau tahu aku merindu mu bukan? Haha. Aku tahu tidak denganmu. Tenanglah, aku tidak akan memaksakan hal itu. Biar aku saja yang menanggungnya, sendirian. Seperti ucapan mu waktu itu bahwa rindu memang berat. Jadi, akan ku biarkan ia memudar sendirinya ditelan hembusan waktu.
Kemari sebentar, duduk di sebelahku.
Lihatlah cahaya itu, sibuk menyinari dunia, hingga membuatku takut untuk sekadar menyapa, barangkali aku hanya bisa meredupkan kilaunya. Apalagi yang bisa ku lakukan selain memandanginya dari jauh? Asal dia tetap bercahaya, aku juga akan semakin senang menatapnya. Kadang dunia memang selucu itu. Menawarkan sejuta keindahan, tanpa memberi tahu seperti apa risiko di depan.Duduk di sini, aku ingatkan lagi.
"Jangan menghilang."
Katakan padaku, apakah aku mengingkarinya? Katakan padaku apakah aku salah? Mungkin begitu, barangkali memang celengan maaf ku belum cukup untuk menebus segala tingkah laku ku. Sekali lagi, maafkan aku. Jangan tolak maaf ku kali ini, aku mohon.Duduklah di sini, jangan biarkan aku bicara sendiri.
"Jangan lupa berkabar."
Kali ini, sejujurnya aku takut mengusik mu. Bukan bermaksud menghindar tapi kata-kata ku mungkin saja hanya angin lalu. Kadang akupun bingung, mengapa aku bisa jadi sekuat ini. Berusaha menenangkan diri walau di sisi lain juga tertekan dengan segala macam pertanyaan. Terlambat bagiku untuk menutup pintu. Kau sudah mengetuk dan berhasil membuat tanganku tergerak membukanya.Duduklah di sini, tapi biarkan kita bertukar peran. Aku ingin mendengarkan canda mu yang seringkali meloloskan bibirku untuk menyunggingkan sebuah senyuman. Tidak pernah aku merasa berat mendengarkan apa-apa yang sebetulnya aku takut untuk menjawab pertanyaan setelahnya, seperti "Aku harus bagaimana?"
Rasa-rasanya aku memang tidak pantas untuk sekadar berujar dengan kalimat-kalimatku. Siapa aku seolah-olah merasa hidup lebih lama darimu.Duduklah dulu, ku ingatkan lagi perihal masa lalu.
Berkali-kali aku tidak percaya, bertemu dengan sosok yang bisa sesabar itu. Menolong seorang anak kecil dari lubang hitam yang bisa saja menjerumuskannya dalam ketidakberdayaan. Malam itu, seorang anak kecil menangis ketakutan dan kebingungan mencari tempat pelarian. Tempat ternyaman seolah berubah menjadi ruang kegelapan. Menutup mulutnya sendiri dengan bantal dan berteriak sekencang-kencangnya untuk mengeluarkan banyaknya pikiran. Ia menjerit dan memberontak menuntut sebuah keadilan. Sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan. Dengan tangan bergetar ia mengetik meminta bantuan. Ingin mendengar suara yang selalu berhasil menenangkan tapi rasanya malu jika terdengar suara tangis sesenggukan. Ujungnya ia hanya meluapkan dalam sebuah pesan. Seperti dugaannya, ia mampu bertahan hanya dengan sederhananya satu pertanyaan, "Sudah mendingan?"Duduklah di sini, aku mohon jangan lagi hilang dan pergi.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Assalamu'alaikum!
Maafkan terlalu lama update-nya. Kemarin-kemarin sambat bingung mau ngapain, eh sekarang sibuk nugas yang gatau kapan berhentinya. Haha.Btw, aku nulis ini sampe nangis sendiri dong :)) payahhhh
Selamat membaca!!✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu Canda
RandomSebuah tulisan abstrak, berisi tentang kegelisahan-kegelisahan seorang gadis yang sedang mencari jawaban atas segala teka-teki dunia. Menerjang carut-marut kehidupan, dan mengikuti aliran takdir yang menghanyutkan. Dunia seolah menawarkan sejuta can...