Senin, 2 November 2020
21.15 WIB
___________________________________________
'Hai apa kabar?' batinku saat menatap salah satu story media sosialmu. Masih terlalu takut untuk menulis dan mengirimkan kalimat itu.Ya, aku tahu ini salah, maafkan aku. Tapi untuk kali ini saja, ijinkan aku untuk mengingkari janjiku sendiri. Janji untuk menuliskan serangkaian cerita dengan runtut. Singkat kata, hari ini aku ingin menuliskan tentangmu. Bukan tentangnya lagi.
'Aku merindumu. Kau pasti bosan mendengarnya, ya?' -sent
Tiba-tiba saja terdengar bisikkan yang meyakinkanku untuk berterus terang.':)' -read
'Ih tuh kaaaan' -sent
'Ini bener kamu?' -read
'Iya ini aku' -sent
Siapa yang tidak kesal mendengar jawaban seperti itu?'Oke kali ini aku percaya' -read
'Sudahlah, aku tidak jadi rindu' -sent
'Kau ini cepat sekali berubah pikiran' -read
'Habis gitu. Percayalah, rindu sendirian itu ngga enak' -sent
'Setiap orang yang bertemu kemudian harus terpisah oleh jarak, pasti merindukan sebuah pertemuan' -read
Aku membacanya dengan senyuman. Sedikit lega dengan apa yang dikatakan olehnya.
'Haha. Apa susahnya bilang "sama, aku juga rindu"?' -sentSeperti kalimatmu, kita ditakdirkan untuk saling mengenal, kemudian terpaksa menerima jarak yang datang dengan tiba-tiba.
Tanpa memberi kesempatan kita untuk mengenal satu sama lain. Tanpa memberi aba-aba kita untuk perlahan berbalik badan dan melangkah ke tujuan masing-masing. Tanpa memberi jeda untuk saling mengutarakan apa yang dirasakan saat pertama kali dapat bercerita panjang lebar sembari menikmati hidangan di meja dan sesekali menahan tawa melihat pengunjung sebelah asik bermain Werewolf bersama. Tanpa memberi tanda bahwa itu adalah kenangan berharga, yang jika tahu akan hal itu, aku akan menolak kau antarkan pulang secepat itu. Tanpa memberi peringatan, bahwa dengan jarak dan waktu akan ada sesuatu yang sangat menyesakkan bernama rindu.Aku kesal dengan jarak, yang membuatku harus kuat melawan ego untuk selalu bertukar kabar. Membuat kita sulit untuk menambah kenangan-kenangan baru yang menurutku akan seru jika kita bahas tengah malam lewat pesan suara. Ah, lagi-lagi teknologi hanya bisa membuatku lebih rindu karena hanya mendengar suara dan melihat wajahmu, jelas tanpa diberi kesempatan bertemu.
Seperti permintaan terakhirmu tepat sebelum aku pulang,
'Jangan lupakan aku'Aku tidak akan ke mana-mana. Aku akan tetap ada. Akan selalu ku peluk, rindu yang kian menumpuk.
Tetapi.. Jika memang jarak memaksaku untuk tidak perlu menanti cerita baru tentang kita, aku mencoba untuk paham. Tidak mengapa, katakan saja padaku. Maafkan aku yang terlalu sering merindumu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ternyata dah lama banget ga nulis wkwk
Masih mencoba menyibukkan diri dengan hal-hal lain yang semoga juga bisa bermanfaat. Mungkin ke depannya bakal lebih gatau lagi ini cerita update berapa kali sebulan bahkan setahun :)))
Semoga kalian sehat dan lancar dengan kesibukan masing-masing. Dan semoga kalian suka dengan cerita kali ini yaaa ^^Terima kasih sudah menyempatkan membaca. Jangan lupa komen dan vote yaaa.
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu Canda
RandomSebuah tulisan abstrak, berisi tentang kegelisahan-kegelisahan seorang gadis yang sedang mencari jawaban atas segala teka-teki dunia. Menerjang carut-marut kehidupan, dan mengikuti aliran takdir yang menghanyutkan. Dunia seolah menawarkan sejuta can...