Selasa, 12 Maret 2019
16.40 WIB
___________________________________________Sepertinya aku lupa, entah senja ke berapa saja yang ku lukai dengan goresan diksi hingga menyayat hati, mengiringi dentum perihnya resah saat memintamu.
.
Ku pandangi jingga di balik tirai, semakin merona. Tapi nyatanya, sejuk justru menerbangkan sebait diksi yang ingin kutujukan untukmu. Luruh bersama hembusan angin, lalu menyingsing bagaikan pekikan rindu. Apa kau mendengarnya?
.
Bahkan rindukupun semakin lirih, hingga lambat laun tak berani bersuara, seolah tergerus bentangan jarak yang ada. Bukan. Bukan tentang jauhnya keberadaanmu, tapi tentang diriku yang agaknya memang jauh dari hatimu.
.
Bagiku, mewujudkanmu sama sulitnya ketika aku berusaha menekan dada, menahan sakit yang mendera. Pun sama sulitnya saat aku berusaha menyeimbangkan tangis dan tawa yang datang bersama.
.
Biarkan aku menyimpulkan tentang kita.
Kau tak mampu berkata,
Dan aku.. semakin jatuh dalam luka.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dari sekian banyak puisi yang ku buat, ini yang paling ku sukaaa :")
Paling ngena walaupun udah ku baca berkali-kali. Kayaknya emang objek itu ngaruh banget deh haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu Canda
AcakSebuah tulisan abstrak, berisi tentang kegelisahan-kegelisahan seorang gadis yang sedang mencari jawaban atas segala teka-teki dunia. Menerjang carut-marut kehidupan, dan mengikuti aliran takdir yang menghanyutkan. Dunia seolah menawarkan sejuta can...