Dia Ikhwan, remaja yang baru saja putus sekolah dikarnakan harus menjadi tulang punggung keluarga.
Dia berhenti dari kelas 1 SMA, mencari nafkah dari tumpukan barang bekas sampai jadi porter di sebuah pasar.
Sebelum itu sejak SMP sudah menjadi tulang punggung keluarga.
Tekun, rajin dan bersabar, hanya itu yang bisa dia lakukan.
Sampai suatu saat ia harus menanggalkan almamater demi menghidupi keluarga kecilnya.
Hari demi hari ia lalui, dia tetap berusaha.
Namun obrolan orang sekitar tidak begitu menyenangkan.
"SMA aja nggak lulus, bisa kerja apa?" Ucap tetangga depan rumahnya.
"Hai nak, saya ada sampah dirumah tolong di bersihkan ya" saut tetangga yang lain.
Namun hal itu tidak dapat mematahkan semangatnya.
Dia tetap bekerja keras demi keluarga meskipun tinggal di sebuah gubuk kecil yang sudah tidak layak.
Tapi dia bertekat "tidak sekarang, tapi harus dipastikan" sebuah keinginan dari hati kecilnya untuk memiliki sebuah rumah yang mewah.
Aryo sahabatnya sejak masih kecil.
Dia teman yang hebat menurut ikhwan.
Karna hanya dia seorang yang bisa menjadi curahan hatinya.
Segala keluh kesah sampai hal yang receh sering mereka obrolkan.
Berbagi adalah kata yang benar bagi mereka.
Aryo adalah orang paling keren menurut Ikhwan.
Karna dia orang yang populer dan disukai banyak wanita di sekolahnya semenjak bangku SMP hingga SMA.
Tampan, tinggi, putih bersih, dan keluarganya tergolong menengah keatas.
Tapi yang sebenarnya membuat persahabatan mereka akrab adalah sebuah loyalitas. Mereka saling mengisi ketika salah satu dari mereka merasakan kegundahan.Suatu ketika hari minggu Aryo dan teman temannya pergi ke pasar untuk membeli bahan bahan untuk memasak, karna dia mau mengadakan acara kecil di rumahnya dengan temen SMAnya. Ketika berjalan di antara jajaran toko yang menawarkan bebagai bahan jualan dari para
pedagang, Aryo dan 3 temannya Indra, Sesil, dan Dania bertemu dengan Ikhwan yang baru saja mengantarkan barang ke sebuah toko."Ikhwan!!!" panggil Aryo.
"Eh Ar, tumben kepasar" saut Ikhwan.
"Iya bro, lagi belanja sama temen temen gw, gw mo ngadakan acara kecil dirumah sama mereka"
jawab Aryo dengan tegas.
"Wah.. menarik, btw gw lanjut dulu ya" jawab Ikhwan dengan nada letih..
"Eh bentar... nih kenalin temen SMA gw.. Indra, Sesil, Dania" Aryo mencoba mengenalkan teman
beda dunianya dengan ikhwan.
"Oh iya.. Ikhwan" kemudian berjabat tanganlah dengan satu persatu.Namun ada seorang yang mungkin terlihat meremehkan seorang ikhwan, dia sesil.
"Kuli panggul ya mas?" Tanya sesil dengan nada datar dan mata tajam yang tidak sampai beberapa detikpun ketika bersalaman.
"Iya mb.. hehe.. knp ya mb?" Jawab Ikhwan dengan nada sungkan dan penuh pertanyaan.
"Keliahatan.." dengan memalingkan wajahnya sambil mengajak yang lain untuk melanjutkan perburuan.
Indra mencoba mencairkan suasana
"Ok mas bro.. kita lanjut dulu ya, kalau bisa dateng juga nanti"
"Oh iya ikhwan... dateng aja ntar.. santuy kita asik asik" Aryo juga mengajak Ikhwan untuk
bergabung.
"Hmmm.. liat ntar deh kalau gw gasibuk" jawab ikhwan.
"Ok siap.. lanjutkan kawan" dengan wajah girang si Aryo memberi semangat.
"Ok guys.. gw lanjut dulu" Ikhwan ingin melanjutkan pekerjaannya.
Kemudian semua pada mengangguk dan melambaikan tangan terkecuali Sesil.
Ketika Ikhwan sudah menjauh, dan mereka berempatpun melanjutkan perjalanan.
Tiba tiba si indra bebicara dengan nada tegang ke Sesil.
"Sil maksudlu apa tadi bilang gitu?" Tanya indra.
"Ya gw kan cuman nanya, apa salahnya sih" jawab dengan ketus.
"Sudah sudah.. santuy aja, gausah dipikirin" dengan nada tergagap.
"Ya gabisa gitu dong, profesi selama halal kan ga masalah" saut seorang Indra yang terkenal
alim.
"Apa sih masalah lu.. jadi BT gw" sesil merespon dengan nada kesal.
Seketika tawa mereka tadi di awal sebelum ketemu Ikhwan menjadi ruang lingkup yang kaku.
"Mending kita fokus cari bahan dulu aja, kasian yang udah munggu" jawab Dania untuk
mencairkan suasana.
"Iya bener Dania, kuy lanjut" saut Aryo.
Akhirnya mereka berempat melanjutkan perjalanan dengan suasana tegang.Dan kemudian.....