Happy reading!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Rea, cepet turun! Leon udah nunggu di depan tuh.”
Suara wanita dari lantai bawah membuat Rea bergegas memperbaiki tatanan rambutnya kemudian turun ke lantai bawah. Di sana sudah ada Rena, saudara Rea dan ibunya yang tengah sarapan.
“Ma, Rea pergi dulu,ya!” seru Rea yang kini menyalami ibunya dan kakaknya.
“Gak makan dulu,nih?” tanya ibunya.
Rea menatap ibunya sejenak sembari berpikir. Ia kemudian menggeleng. “Rea makan di kantin aja.”
“Ya udah sana. Nanti malah terlambat,” usir Rena, kakak Rea, yang akhirnya angkat bicara setelah tadi hanya diam.
Rea pun menyalami kembali keduanya kemudian melambaikan tangan kepada mereka sembari berjalan keluar. Sudah ada Leon, tetangga sekaligus sahabatnya dari kecil yang tengah bersandar di motornya. Ekspresi gusar tampak jelas di matanya. Begitu disadarinya Rea sudah keluar dari rumah, ia langsung menghampiri Rea.
“Rea, Rea. Lama amat. Hampir terlambat kita,nih,” gerutu Leon sambil memperlihatkan jam tangannya.
Gerutuan Leon hanya ditanggapi Rea dengan kekehan. Langsung saja ia mengambil helm dari pada menghadapi gerutuan Leon. Sedangkan Leon hanya memutar matanya sebal.
---
Sesampainya di sekolah, Leon dan Rea berpisah karena kelas mereka berbeda. Rea kelas X IPA 1 dan Leon kelas X IPA 4.
“Rea!” seru seseorang. Rea menoleh dan mendapati Diza, teman sebangkunya di depan kelasnya sembari memegang sapu.
Astaga! Hari ini gue piket.
Rea dengan cengirannya mengambil sapu yang dipegang Diza sebelum Diza mengingatkan akan tugas piketnya. Dengan tas yang masih dipikulnya, ia dengan gesit menyapu teras kelas yang masih ada kotoran. Setelah itu, ia membersihkan meja guru yang masih berantakan dan bergegas mengisi spidol yang kekurangan tinta sebelum guru mata pelajaran pertama datang.
“Nah gitu dong. Salut gue sama lo. tanpa diminta langsung kerja,” puji Diza begitu Rea menyelesaikan tugasnya.
Rea memberikan senyum manisnya. Ia kemudian meninggalkan Diza untuk menaruh tasnya. Jujur, piket dengan tas dipikul membuat tenaganya habis. Belum lagi tasnya yang berat. Bayangkan saja, ada 5 mata pelajaran untuk hari ini dan setiap pelajaran terdiri dari 1 buku cetak dan 2 buku tulis. Bahunya terasa kaku seketika. Dirinya yang tidak sarapan tadi juga membuat tubuhnya lemas.
Baru saja Rea ingin merebahkan kepalanya di atas meja, guru biologi sudah datang bersamaan dengan berlarinya teman-temannya kembali ke bangku masing-masing. Pelajaran pun dimulai.
----
“Baiklah. Sekian penjelasan tentang klasifikasi tumbuhan. Sekarang ibu mau bagi kelompok. Ada tugas kelompok yang harus kalian selesaikan.”
Mendengar pernyataan guru biologi, kelas X IPA 1 yang tadinya hening berubah menjadi gaduh. Masing-masing berharap mendapatkan orang cerdas di kelompok mereka. Reandra Adelia yang terkenal cerdas diperebutkan. Memang terdengar lucu, tapi itulah kenyataannya.
Pembagian kelompok pun dibacakan. Ada yang kecewa, ada pula yang senang. Rea yang diperebutkan, sekelompok bersama Diza, Naya, dan Raihan.
"Tugas kalian adalah telusuri 10 tanaman monokotil yang ada di sekolah ini dan cari klasifikasinya. Dikumpul minggu depan. Paham?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Freeze
Teen FictionAres Farizi Sadewa. Pria yang akrab disapa Ares ini bisa dikategorikan pria bad boy. Kepribadiannya dingin, tempramen, dan suka bergonta-ganti pasangan. Sudah tak dapat dihitung jari lagi siswi yang kini menjadi mantannya. Walaupun cuek, namun wajah...