Chapter 2 : Should I??

8 2 0
                                    

©WARNING©
CERITA INI HANYALAH FIKTIF BELAKA DAN TIDAK BERNIAT UNTUK MENYINGGUNG PIHAK MANAPUN. JIKA ADA KESAMAAN TEMPAT, NAMA TOKOH, DLL ITU HANYA KEBETULAN

"Hmm... Aneh sekali" gumam Laura.

"Tapi pria itu terdengar sangat meyakinkan, siapa tau aku bisa memperbaiki diri ku sendiri jika aku menjadi model..." ucap Laura kepada dirinya sendiri.

"Ahhhssss ini membuat ku gila, sudah lah aku akan memikirkannya lagi nanti" ucap Laura sembari mengambil keputusan.

Laura melanjutkan aktivitas nya yang tertunda karena Bryant. Laura kembali jalan jalan keliling mall untuk menyenangkan dirinya sendiri. Seketika Laura melihat sekumpulan anak perempuan seumurannya yang sedang tertawa lepas bersama teman temannya. Mereka terlihat sangat bahagia, dan di sebelah sekumpulan anak perempuan itu ada anak perempuan yang kira kira umurnya sedikit lebih tua dari Laura sedang makan bersama ayah dan ibunya.

Melihat semua itu Laura tersenyum miris dan ia menangis, iya dia menangis lagi karena dia mengasihani dirinya sendiri yang tidak punya teman dan tidak punya orang tua.

Tak bisa di bayangkan jika kalian ada di posisi Laura sekarang yang harus mengatasi semuanya sendiri. Dan bahkan Laura sudah tidak pernah tersenyum lepas. Laura terus menatap ke arah anak perempuan yang sedang bersama orang tuanya sambil menangis, hingga ibu dari anak perempuan tersebut sadar bahwa ada yang melihatinya. Ibu ibu tersebut berbalik menghadap Laura dan berkata

"Siapa kamu? Dan kenapa kau menangis?" Laura terkejut dan akhirnya Laura memilih untuk lari dan pulang ke rumah.

~Sampainya Dirumah~

"Ahh lelah sekali" ucap Laura sambil menghela nafas.

Laura kembali merenung dan mengasihani dirinya lagi dan lagi. Dia berkata

"KENAPA? KENAPA HARUS AKU YANG MENGALAMI INI? MENGALAMI KEHAMPAAN DALAM HIDUP! TIDAK PERNAH MERASA BAHAGIA!!" Laura teriak sekeras mungkin hingga ada orang yang membuka pintu kamarnya.

"Mau apa kau disini?" ucap Laura sinis sambil menyingkirkan air matanya.

"Bisakahh kamu diam!!! Aku sedang bekerja dan kamu malah berteriak teriak seakan akan ini rumah mu dan tidak ada yang kau ganggu!!! Kapan kamu mau seperti ini terus?! Huhhh?!?" ucap Noah dengan nada membentak.

Laura yang badannya sudah gemetar dan ia memberanikan diri untuk menjawab

"Apa kau tidak punya hati? Apa kau tidak peduli dengan ku?" ucap Laura.

"Mengapa aku harus peduli dengan mu? Kau hanya anak kecil yang paling menyebalkan di dunia ini" ucap Noah dengan kasar.

"Apa kau peduli jika aku tidak tinggal disini lagi?" ucap Laura dengan sesugukan.

"Heyyy dengar kan baik baik yaa mau kau tinggal di apartement, hotel, kolong jembatan atau kau MATI pun aku tidak akan peduli!" ucap Noah.

Hanya dengan mendengar kata kata tersebut Laura lemas, Laura serasa sudah tidak punya harapan lagi.

"Baiklah minggu depan aku akan pindah ke suatu apartement" ucap Laura.

"Benarkah?? Wow aku akan sangat senang" ucap Noah sambil senyum tipis.

"Seminggu ini aku tidak akan mengganggu mu lagi, jadi bersenang senang lah" ucap Laura.

"Baiklahh" ucap Noah. Noah lgsg pergi ke ruang kerjanya lagi dan Laura makin merenung.

"Jika Noah sudah tidak perduli dengan ku lagi mengapa aku tidak mati saja? Aku ingin menyusul mama sama papa" ucap Laura sambil menangis dalam diam.

Unbeauty PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang