Bab 5

642 61 9
                                    

Leon.

sosok pertama yang Vano lihat ketika ia membuka matanya pagi itu, kini si pemuda tampan berlesung pipit itu masih terlelap di samping Vano, yang saat itu masih menggunakan lengan berototnya sebagai bantal.

Senyum merekah di bibir tipis Vano ketika kali ini ia melihat Leon yang biasanya rese dan juga menyebalkan kini terlihat sangat manis ketika ia sedang tidur.

Baru kali ini Vano melihat wajah innocent Leon yang sedang tidur dari jarak yang sangat dekat, dan tangan Vano sudah sangat ingin mencubit pipi mulus Leon saat itu.

pertama kali Vano melihat wajah Leon dengan jarak yang sangat dekat adalah beberapa minggu yang lalu, ketika Leon baru pertama kali tinggal sekamar dengannya, jika kala itu Vano menjerit melihat Leon, kali ini ia justru tersenyum, ingin memandang wajah tampan teman sekamarnya itu sedikit lebih lama.

"andai kamu tahu, sekarang hanya dengan melihatmu hatiku serasa mau copot, apakah karena kau sudah mulai mengisi kekosongan dihatiku? awalnya aku takut membiarkanmu masuk di hatiku, aku tak ingin kejadian di masa laluku kembali terjadi, tapi aku berharap tidak akan jatuh di lubang yang sama, karena aku mungkin sudah mencintaimu Leon" batin Vano.

"Leon" kata Vano mencoba membangunkan Leon.

tanpa harus menunggu lama, Leon langsung terbangun sambil mengerjap-ngerjapkan matanya sambil memanyunkan bibirnya, hingga Vano bersumpah saat itu Leon terlihat 100x lebih imut dari biasanya.

"mandi gih, gak sekolah lo?" tanya Vano.

"sekolah libur mulai hari ini oon" kata Leon.

"hah! libur?"

"makanya, kalo ikut apel di sekolah telinga tuh di pake, kasian yang tuli mau mendengar tapi gak bisa, eh elo gak tuli tapi telinga gak dipake"

"Ya maap, gue kan gak ikut apel kemarin gara-gara tulang ekor gue sakit, emang ada libur apaan?"

"hari raya Covid" balas Leon singkat.

Tawa Vano berderai mendengar lelucon Leon yang lumayan lucu.

"apaan sih, itu gak bisa di bikin lelucon tau, kasian korbannya udah banyak tuh, dosa namanya kalo bahagia diatas penderitaan orang lain" timpal Vano.

"loh tapi kan lo ketawa juga, otomatis dosa kita berdua sama besar"

"gak! dosa lo lebih besar" kata Vano.

Leon menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak ada gunanya adu mulut dengan Vano yang tentu saja mustahil bisa Leon menangkan.

"huft kalo tau-tau hari ini gak sekolah, harusnya gue lanjut tidur" kata Vano yang kembali merebahkan kepalanya dengan posisi tengkurap, sedangkan Leon kini berbaring menyamping menghadap Vano sambil menopang pipinya dan menatap Vano dengan tatapan yang mampu membuat Vano membeku ditempat.

"ya udah tidur aja"

"gak bisa, ngantuknya udah ilang" kata Vano dengan wajah cemberut.

"jadi kapan gue ajarin Matematika? biar gue udah gak ada beban hutang lagi sama lo" kata Leon.

"hmm, gak usah deh, lupain aja, lagian kan lo lewatin batasnya semalam buat nenangin gue, gak adil dong kalo lo masih harus ngajarin gue matematika, lagian sekolah juga udah libur" kata Vano.

"bukan libur Vano tapi belajar dari rumah"

"ih dasar tukang php! lo sendiri yang bilang libur, gimana sih" balas Vano.

"iya, karena di kamus gue namanya gak sekolah itu berarti libur buat gue" kata Leon.

"dasar sesat!!"

Room 207Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang