Bab 4

591 53 4
                                    

Kegiatan belajar mengajar tak terasa sudah kembali di mulai, kini Vano dan Leon sudah berada di sekolah, dalam perjalanan ke kelasnya, Vano melirik Leon yang sedang berada bersama teman-temannya kelas 12 IPS sambil tersenyum tipis.

"tumben senyum-senyum, lagi mikirin siapa?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di samping Vano.

sontak Vano langsung memutar bola matanya ketika mengetahui suara itu berasal dari Rena, si tukang bully paling ia benci si jagat raya.

Vano tidak memberikan respon apa-apa dan terus berjalan cepat menuju ke kelasnya.

"oyy! kalo gue tanya di jawab!!" bentak Rena yang semakin tertinggal di belakang Vano.

Belum puas, kini Rena berlari mengejar Vano, dan begitu ia menggapai bahu Vano, Rena langsung menariknya dengan sekuat tenaga, hingga Vano jatuh terduduk di lantai dan buku-buku di dekapannya terhambur di lantai.

Vano meringis kesakitan sambil memegang tulang ekornya yang terasa sangat perih, sedangkan Rena tersenyum puas melihatnya.

"makanya jangan nyolot lo disini! kalo gue tanya lo harus jawab!"

"emangnya lo siapa!!"

bentak seseorang yang kini sudah mencengkeram kerah baju Rena dan mendorong tubuhnya merapat ke tembok, sedangkan orang yang mencengkeram Rena kini melotot dengan tatapan sinisnya menatap lurus kedua bola mata Rena.

"Kapten Red bulls ternyata, eh maaf, maksud gue mantan kapten" kata Rena.

"Jangan berani lo ganggu Vano lagi!" kata Leon.

"Kenapa? lo tanya gue siapa, emang lo siapanya Vano?"

"gue temannya!!"

"oww kamu temannya yah, perasaan kalian belum saling kenal, malah setau gue gak ada teman yang dorong temannya sendiri di tangga" balas Rena.

entah datang dari mana, kini anggota geng Rena sudah berdiri mengelilingi mereka bertiga, Leon melirik mereka yang sedang balik menatapnya.

"Lo pikir gue takut sama geng lo ini?"

tangan Leon sudah terkepal dan siap meninju wajah Rena, namun tiba-tiba Leon merasa ada yang sedang memegang kakinya, Leon melihat ke bawah, disana Vano yang masih terduduk kini menggelengkan kepalanya sambil menatap Leon, mengisyaratkan kepada Leon untuk tidak mencari masalah, apalagi di lingkungan sekolah.

Dengan kasar Leon melepaskan cengkeramannya lalu membantu Vano untuk berdiri.

"lo gak apa-apa kan?" tanya Leon.

"Iya, gue gak apa-apa"

Leon merangkul Vano dan membantunya berjalan ke kelasnya.

"lo bener gak apa-apa?"

"iya Leon, gue gak apa-apa, paling entar udah gak sakit kok" kata Vano.

"Kalo dia gangguin lo lagi bilang aja ke gue, telpon atau wa gue aja" kata Leon.

"iya, lo ke kelas aja sekarang, udah mau mulai belajar tuh" kata Vano.

"ya udah, gue balik dulu, hati-hati yah" kata Leon, sesudah mengatakan itu ia memegang pundak kiri Vano, menatap matanya sebentar dan langsung berbalik pergi.

deg!

perasaan itu muncul lagi.

Vano masih berdiri mematung melihat punggung tegap Leon semakin menjauh darinya.

setelah ditatap Leon entah mengapa jantung Vano kembali berdetak dan mulai memanas. Melihat mata Leon, entah mengapa Vano merasa sangat aman dan juga dilindungi

Room 207Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang